Terpesona?

4.5K 1K 162
                                    

Setelah melaksanakan salat ashar Mama langsung membantuku memakai kerudung. Kerudung yang sangat panjang lagi lebar.

"Nggak nusuk leher aku kan jarumnya, Ma?" Tanyaku saat Mama memasangkan jarum tepat di dekat leherku.

"Nggak usah lebay, ini pake peniti."

"Mau peniti ataupun jarum kan sama-sama tajam Ma, kalau nusuk leher aku gimana."

"Astagfirullah Jasmine... Berhenti berkomentar."

Akupun langsung menutup mulutku.

"Cantik," puji Mama saat Mama telah berhasil memakaikan kerudung di kepalaku.

"Yailah cantik kan aku anak Mama. Coba aku bukan anak Mama pasti Mama nggak akan muji aku cantik."

"Kata siapa?"

"Kata aku barusan," jawabku.

"Tangan Mama menangkup kedua pipiku. Jangan gara-gara Arkhan tidak dapat membalas cintamu lantas kamu merasa rendah diri. Kamu cantik sayang. Bukan karena Mama ibumu lantas Mama memujimu cantik, kamu memang benar-benar cantik." Perlahan Mama memutar tubuhku sehingga aku dapat melihat pantulan diriku di cermin.

Cantik? Benarkah aku cantik? Kalau aku cantik tentu tidak akan sulit bagi Kak Arkhan untuk dapat membalas cintaku.

***

"Ih Kakak cantik banget." Dengan penuh semangat Arsy menghampiriku dan langsung memelukku.

"Masa?"

"Serius. Mau bukti, tuh tengok Kak Arkhan yang sedari tadi natap ke arah kakak terus."

Dengan cepat akupun langsung menengok ke arah Kak Arkhan tapi ternyata Kak Arkhan tidak tengah menatapku. "Bohong kamu, orang Kak Arkhan lagi ngobrol sama Ayah Alka."

"Ih serius tadi Kak Arkhan lihatin kakak Mulu."

"Udah ah. Aku mau bantu Bunda dulu." Aku menghampiri Bunda Aliandra yang tengah menata kue di dapur. Ini adalah pengajian yang memang rutin diadakan sebulan sekali di rumah Kak Arkhan. Yang diundang paling para tetangga dekat rumah dan tentunya para sahabat Bunda dan Ayah serta keluarganya. Langkahku terhenti saat ternyata di dapur bukan hanya ada Bunda. Disana juga ada Namira yang sedang membantu Bunda menata kue. Ternyata tidak butuh waktu lama bagi Namira untuk dapat dekat dengan Bunda.

"Jasmine." Bunda memanggilku padahal tadinya aku sudah hendak kembali ke ruang keluarga.

Kucium punggung tangan Bunda. "Bunda sehat."

"Alhamdulillah sehat." Tangan Bunda membelai pucuk kepalaku. "Masya Allah kamu cantik banget."

Aku hanya menimpali pujian dari Bunda dengan senyuman. Karena kini diriku sudah terlanjur di dapur akupun akhirnya membantu menata kue ke piring bersama dengan Namira.

"Kak." Aku menengok ke arah Namira.  Aku kira dia memanggilku, namun ternyata yang dipanggil Kak Arkhan. Tanpa mempedulikan keberadaanku keduanya mengobrol, membicarakan tentang rencana lamaran yang tinggal tiga Minggu lagi.

"Kak Jasmine nanti datang yah."

"Apa?" Hanya kata itu yang mampu kuucapkan.

"Insyaallah tanggal 28 Kak Arkhan akan melamarku, nanti Kak Jasmine datang yah di acara lamaranku."

"Insyaallah." Bergegas aku meninggalkan dapur. Melihat mereka berdua mengobrol saja hatiku terasa sakit apalagi kalau harus menyaksikan hal yang lebih dari itu. Pasti hatiku akan hancur.

Senja Bersama Arkhana | ENDWhere stories live. Discover now