Pagi Yang Indah

4K 972 74
                                    

Kutatap wajah kak Arkhan yang terlihat begitu tampan saat tertidur. Jarak wajah kami begitu dekat, tangan kanannya menjadi bantal bagi kepalaku dan tangan kirinya memeluk pinggangku. Apakah aku masih berada dalam dunia mimpi?

Kutorehkan kepalaku ke arah jam yang menggantung di dinding. Sudah jam tiga pagi, berarti benar ini hanyalah mimpi kalau bukan mimpi aku yakin sekarang kak Arkhan pastinya sudah terbangun untuk melaksanakan salat malam.

"Engh...." Kak Arkhan menggeliatkan tubuhnya. Dan perlahan matanya pun terbuka. Tangannya yang memeluk pinggangku terlepas. "Jam berapa?"

"Jam tiga lewat."

Kak Arkhan menoleh ke arah jam dinding, "Astagfirullah. Kenapa kamu nggak bangunin aku?" Ia langsung beranjak dari tempat tidur. Dan bergegas masuk ke kamar mandi. Setelah dari kamar mandi ia langsung menunaikan salat malam dan tak lupa iapun membaca Al Qur'an.

"Ternyata di dunia mimpi pun Kak Arkhan tetap menjadi sosok yang shaleh," gumamku sambil memperhatikan kak Arkhan yang terlihat begitu damai saat membaca Al Qur'an.

Kak Arkhan menghentikan bacaan Al Qur'annya dan menoleh ke arahku. "Kamu masih menganggap semua ini mimpi?"

Dahiku berkerut. Inikan memang cuma mimpi.

Kak Arkhan beranjak dari atas sajadahnya, ia lipat sajadah itu dengan rapi dan kembali menaruhnya di atas nakas. Setelah itu ia menghampiriku yang masih bergelung di balik selimut. "Semua ini bukan mimpi, Jasmine."

"Benarkah?"

Kak Arkhan mengangguk. "Bangunlah."

Aku menuruti perintah kak Arkhan, ia menyodorkan tangannya ke arahku dan aku langsung menyambutnya, kucium punggung tangannya dan ia pun mencium keningku.

"Benarkah ini bukan mimpi?" Tanyaku sekali lagi padanya.

Kak Arkhan menggelengkan kepalanya, dan tangannya menepuk-nepuk pucuk kepalaku, "Kamu sungguh aneh."

"Kalau memang ini bukan mimpi kenapa Kak Arkhan sangat baik padaku?"

"Perlukah pertanyaan itu kujawab?"

Aku langsung mengangguk.

"Karena aku tak ingin lagi menyakitimu."

Dahiku berkerut. "Terus?" Jawaban itu tak cukup bagiku.

"Sudah adzan aku harus segera ke masjid. Assalamualaikum."

"Tapi, kak..."

"Bersabarlah." Ucap kak Arkhan sambil berlalu dari hadapanku.

Aku mengangguk patuh, kak Arkhan mengulangi salamnya dan aku pun menjawab salamnya.

***

Sepulang dari masjid kak Arkhan membawa dua bungkus bubur.

"Kita sarapan dulu."

Aku mengangguk, kulakukan hal yang kemarin kak Arkhan lakukan, menggelar karpet di dapur untuk tempat makan.

"Enak buburnya, beli diamana?"

"Di dekat masjid."

"Kak."

"Hmm."

"Kenapa kakak jadi begitu baik padaku?"

"Memangnya tidak boleh?" Kak Arkhan beranjak dari duduknya, namun sebelumnya ia terlebih dulu mengambil mangkok kotor dihadapanku. "Kamu ingin aku terus-terusan jahat padamu?"

Aku langsung menggeleng. Aku ikut beranjak dari dudukku dan langsung berdiri tepat di belakangnya yang tengah mencuci mangkok di wastafel.

"Aku seneng kak Arkhan jadi baik kaya gini. Nggak dingin lagi kaya batu es." Ucapku sambil memperhatikan punggungnya yang tegap.

Senja Bersama Arkhana | ENDWhere stories live. Discover now