Cemburu Level Akut

Începe de la început
                                    

"Haii. " Sapa orang itu.

Nazwa kembali mendongak menatap orang itu, pandangan mereka bertemu, Nazwa membeku di tempat. Kenapa bisa orang ini ada di disini.

"Zaidan.. " Gumam Nazwa dengan lirih.

Nazwa tidak mengerti bagaimana bisa Zaidan ada disini, sedang apa laki-laki itu di tempat ini, memang jika Cafe ini adalah teman umum. Tapi kenapa harus disaat Nazwa datang.

"Kita ketemu lagi.. Boleh duduk disini? " Tanya Zaidan.

Belum sempat Nazwa menjawab, Zaidan sudah lebih dulu duduk di depan nya. Membuat Nazwa kembali menutup bibir nya rapat-rapat.

"Lu disini sama siapa? " Tanya Zaidan memulai topik pembicaraan diantara keduanya.

"Sama seseorang, Lu sendiri ngapain disini? " Jawab Nazwa balik bertanya.

"Gue sama temen, tapi dia lagi ke minimarket bentar. " Jelas Zaidan. Nazwa mengangguk pelan tanpa berniat berbicara lebih. Jujur Nazwa sangat canggung saat berbicara berdua seperti ini, di samping itu juga dia juga takut jika tiba-tiba Gus Raka datang dan melihat mereka berdua.

"Btw.. Lu ngga di Pondok? Bukan nya waktu itu lu bilang kalau lagi mondok di Kediri? "

"Iyaa.. Cuma lagi libur aja. "

"Ouh.. "

Tanpa mereka sadari, rupanya sejak tadi Gus Raka sedang memperhatikan mereka. Gus Raka tidak tau siapa laki-laki yang sedang mengobrol dengan istrinya. Dengan langkah lebar, Gus Raka memutuskan untuk segera menghampiri Nazwa.

"Nazwa! " Panggil Gus Raka.

Tentu Nazwa terkejut bukan main, Reflek gadis itu langsung bangkit dari tempat duduknya. Tak hanya Nazwa, Zaidan pun juga bangkit dari tempat duduknya dan langsung memandang Gus Raka dengan senyum ramah. Gus Raka sendiri merasa tak asing, beliau seolah pernah melihat nya tapi lupa dimana.

"Udah selesai Mas? " Tanya Nazwa mencoba mengalihkan perhatian Gus Raka.

"Sudah. "

"Dia Kakak lu, Naz? " Sahut Zaidan.

"Saya Raka, Suami Nazwa. " Suara itu terdengar begitu horor sampai Nazwa merasakan hawa di Cafe ini berubah menjadi dingin.

Beda dengan Nazwa yang sedang ketakutan, Zaidan malah justru tertegun begitu mendengar penuturan dari Gus Raka. Senyum yang sejak tadi menghiasi wajah tampan Zaidan seketika meredup, tapi detik berikutnya Zaidan kembali menarik sudut bibirnya.

"Ouh.. Kalo gue Zaidan, teman kecil Nazwa. Lu udah nikah Naz? Kenapa waktu itu ngga bilang? " Tanya Zaidan kini melirik Nazwa yang sejak tadi hanya menunduk.

Zaidan? Gus Raka sekarang mengingat nya, dia adalah pria yang pernah Nazwa dan para sepupunya ceritakan waktu di rumah Oma.

"Emm.. Ngga papa.. Gue lupa waktu itu. " Jawab Nazwa sembari melirik Gus Raka melalui ekor matanya.

Tak lama kemudian datang makanan pesanan Nazwa. Dalam hati Nazwa terus merutuki kebodohan nya, kenapa bisa dia tadi harus memesan makanan.

"Mba.. Makanan dibungkus aja. " Punya Nazwa kepada pelayan Cafe tersebut.

"Kenapa dibungkus? Kamu bisa ko makan disini. " Sahut Gus Raka secara tiba-tiba.

Nazwa menggigit bibir bawah nya. Mau tak mau Nazwa harus menuruti perintah Gus Raka, walau dalam hati Nazwa sangat tidak nyaman dengan situasi seperti ini.

"Yaudah Mba makan disini aja. "

"Kalo gitu gue langsung cabut aja.. Next time ketemu lagi byee. " Pamit Zaidan.

"Assalamu'alaikum. " Tegur Gus Raka seketika. Lagi dan lagi Zaidan kembali tersenyum ke arah mereka.

"Assalamu'alaikum. " Sapa Zaidan.

"Waalaikumsalam. "

Sepertinya Zaidan dari tempat duduk mereka. Nazwa dan juga Gus Raka duduk saling bersebelahan.

"Gus.. "

"Makan! " Titah Gus Raka menarik ponsel nya dari genggaman Nazwa. Bisa Nazwa dengar dari nada bicara beliau, jika saat ini beliau sedang marah.

"Naz.. Zai tadi tampan yaa aslinya.  "

Uhukk.. Uhuk..

Nazwa langsung tersedak kuah seblak begitu mendengar perkataan Gus Raka. Jika sudah seperti ini, pasti Gus Raka sedang menyindir dirinya.

"Hah?! "

Nazwa meneguk saliva nya susah payah, badan nya kini menghadap Gus Raka dengan sempurna. Tangan nya terulur berniat menyentuh tangan Gus Raka, tapi dengan cepat Gus Raka mengelak.

"Cepat habiskan makanan nya, setelah itu kita pulang! " Jelas Gus Raka dengan wajah datar dan mengabaikan Nazwa yang saat ini tengah menatap dirinya.

*****
Sejak keluar dari Cafe, Gus Raka sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun, laki-laki itu hanya diam menampilkan wajah datar sama seperti beliau ketika di tempat umum.

Bahkan saat mereka berdua sampai di Ndalem Gus Raka tetap mengabaikan Nazwa, dan memilih untuk masuk lebih dulu meninggalkan Nazwa seorang diri.

"Gus Raka ihh.. Ko malah ninggalin?! " Rengek Nazwa berlari masuk ke dalam mengikuti langkah suami nya.

Nazwa membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati. Disana terlihat Gus Raka sedang bersiap-siap.

"Gus! " Panggil Nazwa berjalan menghampiri suami nya.

"Hmm.. "

"Mau kemana? "

"Masjid. "

Nazwa akui jika sekarang Gus Raka sedang dalam mode kulkas dua puluh pintu. Dan itu semua gara-gara Nazwa.

"Gus Raka marah yaa sama Nazwa? "

"Tidak. "

"Guss.. Beneran deh, Nazwa tadi juga ngga tau ko dia bisa sampai disini. Kita tadi ketemu ngga sengaja. " Ucap Nazwa berusaha menjelaskan kepada Gus Raka.

"Ouh.. "

"Gus- "

"Nanti saja bahas nya, saya mau ke Masjid, Assalamu'alaikum. " Pamit Gus Raka menarik tangan Nazwa dan mengarahkan ke wajah wanita itu.

"Waalaikumsalam. "

Pintu kamag tertutup sudah dengan sempurna. Nazwa menjatuhkan tubuh nya di atas ranjang, merasa kesal sendiri. Tau gitu, Nazwa memilih untuk tidak ikut saja daripada diabaikan oleh suaminya seperti ini.

"Cemburu nya udah level akut.. " Gumam Nazwa menghela napas lelah.

Jangan lupa vote and comment
See you next time

Salam dari Author
Ig:dhnryyy_

Lampung, 08 Juli 2023

Cinta Untuk Nazwa [TERBIT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum