18 : sosoknya menghilang

729 58 4
                                    

pagi ini pukul 9 pagi dan liburan hari pertama rencananya bumi dan mama akan pergi ke pantai. sudah lama sekali sejak bumi tidak lagi menginjakkan kaki di atas pasir.

"ayo bumi kita berangkat." sara berseru, setelah memasukkan tas ransel ke dalam bagasi mobil.

bumi setelah mengunci pintu menghampiri sara dengan sedikit berlari, "langit kemana ma?" tanyanya, ia tidak melihat lang koit sejak tadi pagi saudaranya benar-benar hilang seperti di telan bumi.

"dia pulang sama pak marno kemarin malem."

"hah? kok udah pulang? kok gak bilang-bilang." bumi segera merogoh kantong celana dan mengambil gawai, mencoba untuk menghubungi langit namun panggilan tidak dapat disampaikan, sepertinya ponsel milik langit sedang mati.

"mungkin masih dalam perjalanan dia bum, ayo kita juga harus bersenang-senang." sara sudah berada di kemudi mobil, melambaikan tangan kepada bumi yang masih berdiri di luar. lantas anak 17 tahun itu mengendikan bahu dan ikut memasuki mobil.

hari ini harus bersenang-senang!

sementara itu in another place

langit terbangun, entah itu terbangun dari pingsan atau terbangun dari tidur, kepalanya terasa sangat pening tidur hanya dengan ber alaskan kardus membuat tubuhnya masuk angin.

langit mengerjapkan mata, mencoba untuk mengumpulkan fokus lantas ia duduk dan di depannya ternyata sudah ada makanan. apakah mama yang menaruh makanan ini disini? tak hanya itu di samping makanannya juga sudah ada masker oksigen beserta tabungnya dan jangan lupakan obat-obatan yang harus ia konsumsi setiap hari.

tanpa meraih makanan terlebih dahulu, remaja 17 tahun itu mulai memasangkan sendiri masker oksigen dan mengalirkan udaranya sesuai anjuran dokter yang selama ini ia lakukan.

"uhukk uhuk hhh" saat masker oksigen itu telah terpakai ia terbatuk hebat beberapa kali hingga napasnya tersengal. langit menyenderkan punggungnya ke dinding dan memejamkan mata, lantas terbatuk lagi.

"hhahh ya-ampun, uhukk." anak itu hampir panik, batuknya tidak mau berhenti apakah ini efek kedinginan atau memang penyakitnya tambah parah karena langit jarang chekup dan tidak pernah perawatan secara intensif lagi, langit tidak tahu.

langit kembali memejamkan mata, batuknya masih belum reda beberapa kali dirinya menghantamkan kepalan tangannya ke arah dada, tapi itu tidak membantu sama sekali.

langit meluruh, masker oksigen ini tidak membantu sama sekali. ia beralih bernapas menggunakan mulutnya rasanya tetap sama tersengal-sengal. langit terlihat seperti ikan yang berada di daratan.

entah harus berapa lama lagi ia merasakan hal ini dan akhirnya langit menyiramkan air putih ke tubuhnya, ia tidak lagi merasakan napasnya.

3 hari kemudian.

"ma aku kok nggak bisa ngehubungin langit ya? harusnya kan kalo udah sampai di rumah dia berkabar kek atau apa gitu." bumi mengotak-atik ponsel, sudah ratusan pesan dan chat ia kirim ke gawai milik langit tapi si pemilik handphone tidak pernah menjawabnya, bumi merasa ada yang aneh.

"hmm mungkin aja langit ga mau mbuka hp nya?" balas sara dengan santai yang kini duduk di sofa ia tengah menonton drama korea dari tv besar yang ada di ruang tamu itu.

"gak mungkin ma, aku kok khawatir dia kenapa-kenapa ya ma? apa dia lagi di rawat? ma aku mau pulang aja."

sara langsung menoleh tak suka dengan penuturan anaknya, "kamu kamu pulang? sekarang jam berapa bumi? jam 11 malam, jangan aneh-aneh. pulang nanti hari senin." sara berdiri dan berjalan menuju kamarnya meninggalkan bumi dengan berjuta rasa khawatirnya kepada saudara kembarnya itu.

"langit lo ga papa kan?" ia menatap nomor handphone langit dengan nanar, sejak 2 hari yang lalu ia mengirim pesan tapi hanya centang satu pesan itu.

bumi keluar dari fila, ia duduk di teras menikmati hembusan angin malam yang terasa dingin. gemersik daun dan ranting pohon pinus menemani.

remaja itu mengeluarkan rokok dari kantong celana dan mulai menyalakan rokok itu. asap mulai mengepul keluar dari belah bibir dan hidungnya. entah sejak kapan merokok menjadi pelampiasannya saat stress.

"lo di mana ya langit? gue liburan nggak tenang, dasar dodol lu, gue cuman pingin liburan dengan tenang." rasanya 2 hari ini ia tak bertemu langit kehidupannya kosong. 

ikatan batin anak kembar memang tidak perlu diragukan lagi.

•••

sara membuka pintu gudang, meletakkan nampan berisi makanan baru kepada langit dan mengambil nampan kemarin yang seperti tak tersentuh. ia seperti memelihara anjing saja sekarang.

wanita itu tersenyum miris melihat keadaan langit yang telah gontai, langit tidak memakai baju dan terlihat bahwa punggungnya dipenuhi lebam biru, kemarin malam sara baru saja memukuli dirinya dengan rotan, tanpa alasan yang jelas. dari kecil hingga sekarang ini adalah makanan sehari-hari nya.

"gak dimakan yang kemarin?" tanya sara, anaknya masih bisa menjawab dengan gelengan pelan.

"kenapa nggak di makan? mau di suapi?" sara mendekat, ia berusaha untuk menyenderkan tubuh langit yang lemas itu ke dinding, dan anaknya itu menurut bahkan langit mematuhi perintah sara yang tanpa berkata-kata.

"makan langit." sara mengambil sesendok nasi dan mengarahkannya ke depan mulut langit yang pucat pasi.

langit menggeleng, mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"makan!" sara menyentak. langit semakin beringsut ia memejamkan mata dan mulutnya rapat-rapat.

"MAKAN BRENGSEK!" akhirnya sara tersulut emosi, wanita itu mencoba menjejalkan sendok kayu itu ke mulut anaknya dengan paksa, lantas menggeram frustasi. langit terpaku, ia sangat takut sekarang.

mama adalah ketakutan terbesarnya.

"gue capek, lo kenapa nggak pernah nurut sih ngit, selalu mbantah mulu." sara menjeda ucapannya, lantas menolehkan netra nya kepada pergelangan kaki langit bagian kanan yang terbogol. luka tusukan dari borgol itu sepertinya membusuk karena telah terinfeksi dari paku yang menusuknya.

payah sekali keadaan anaknya kali ini, kantung mata hitam, bibir pucat pasi, punggung penuh dengan lebam biru dan kaki yang terinfeksi. sara rasa kali ini ia keterlaluan. langit bersender ke dinding dengan lemas, lantas dengan perlahan anak itu mengibaskan nasi yang berceceran di dadanya dan kembali memakai hoodienya. kemudian anak itu kembali tergolek dengan lemas.

"ma, uhukk." langit memanggilnya begitu lirih, lantas kembali terbatuk hingga tersengal. jujur sebenarnya hati sara sedikit tercubit melihat keadaan langit yang seperti ini karena ulahnya.

"ma..maaf ma. a-aku ga tau s..salahku apa," langit kembali terbatuk sebelum selesai mengucapkan anak itu memejamkan mata, kembali menarik napas lewat mulut yang terasa sangat menyakitkan.

"maaf, ma..."

━━━━━━━━ ✧

will be a chance?Where stories live. Discover now