06: rengkuhan dari semesta

967 70 0
                                    

senin 10.59

"WAH GAWAT! GUE KELUPAAN SESUATU."

"APAAN!"

"ADEK GUE DI RUMAH SAKIT, GUE LUPA!"

"KOK BISA LUPA."

"YA GUE LUPA."

"LAIYA KOK BISA LUPA."

"GATAU POKOKNYA LUPA GUE."

bumi segera bangun dari sofa, ia mengambil tongkat yang tak jauh dari sana, pergi ke kamar mandi milik nando dan mulai membasuh mukanya, sedikit menata rambut agar terlihat rapi, ia juga meminjam parfum milik nando.

"gue mau kerumah sakit sekalian pulang, makasih ndo udah mau nampung gue."

"yaelah kaya sama siape aje, ttdj ngab."

"ttdj paan."

"tiati di jalan."

"oalahh." bumi memesan grabcar. tentu saja kakinya yang sedang pincang ini tidak bisa digunakan untuk mengendarai sepeda motor untuk sementara waktu.

bumi sampai di rumah sakit itu, berjalan dengan tertatih-tatih menuju ruangan rawat inap adiknya 22B, itu ruangan VIP. dengan perlahan bumi masuk kedalam ruangan yang terasa sepi itu. dilihatnya langit yang menompang dagunya menatap ke arah jendela.

"ngit, lo udah sembuh?" bumi duduk di sofa warna hijau yang ada disana.

"siapa?" dilihatnya langit yang mengernyit mencoba menatapnya, padahal jarak antara bangsal langit dan sofa yang ia duduki hanya berkisar 3 meter.

"lo kenapa?"

"ah maaf." langit memakai kacamata nya dan pandangannya langsung jelas. ternyata disana ada bumi.

"lo rabun?" tanya bumi mencoba berbasa-basi.

"iya."

"apa itu?"

"maksudnya?"

"minus atau silinder?"

"minus 3, sama silinder."

"banyak banget, ga pusing lo?" langit hanya menjawab dengan gelengan. tak ada yang berkata-kata lagi, suasana terasa sangat hening, bumi benci ini ia tak suka kecanggungan entah itu dengan siapapun.

"maaf bumi." langit menunduk, ia memainkan jari-jarinya gugup, jujur saja langit memang tidak akrab dengan bumi, apalagi setelah kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu.

"buat?"

"maaf gue ngehancurin reputasi lo, gue udah sekarat kemarin harusnya udah impas?"

bumi menatap ke atas, entah kenapa tiba-tiba rasanya ia merasa ingin menangis, "apa gue kena karma ya?"

"karma?"

"iya ini kaki gue patah, 2 hari yang lalu kecelakaan?" bumi menunjuk kakinya yang dibalut perban tebal itu.

"hah? kok bisa?"

will be a chance?Where stories live. Discover now