11 : bumi dan masa kelamnya

636 37 2
                                    

"saya gimana buk? saya gak tau harus bagaimana lagi, saya bingung." wanita muda yang sedang menangis itu adalah ibu kavi, beliau mengeluarkan semua uneg-unegnya kepada ibu kepala sekolah tentang anaknya yang ternyata telah di rundung selama ini.

"kavi sudah habis 3 alat pendengar bu semenjak sekolah di sini! ibuk tau kan alat itu tidak murah, saya sedih sekali setiap anak saya pulang dengan membawa alat itu yang sudah hancur, dan tidak itu saja bu, dia pulang kadang-kadang ada lebam-lebam di tubuhnya, saya gak terima bu!" ibu kavi masih menangis tersedu-sedu, mencurahkan semua isi hatinya. ibu kepala sekolah sampai pusing mendengar nya terlihat dari gelagat beliau yang memegangi keningnya.

"bu maafkan anak saya ya, anak saya masih belum mengerti apa-apa-"

"DIAM! KAMU TIDAK BECUS MERAWAT ANAKMU! ANAK MU INI AKAN TUMBUH SEBAGAI BERANDALAN! ANAKMU INI PREMAN, DASAR BAJINGAN ANAKKU JUGA BERHAK MENDAPATKAN KEADILAN!"

TAK TAK TAK

"IBU MOHON DIAM DAHULU!" ibu kepala sekolah menggepukkan penggaris kayu ke atas meja, mencoba untuk membuat suasana agar tetap kondusif.

hari ini orangtua dari bumi dan kavi dipanggil ke sekolah oleh bu eka, terkait dengan perundungan bumi kepada kavi selama ini.

"tapi anak saya tidak tahu-" aresh hendak mengatakan sesuatu, namun ibu kavi langsung menyela dengan amukan yang kian menggila, tak menerima segala pembelaan yang akan aresh ucapkan.

"TIDAK TAHU APA? JELAS JELAS ANAKMU ITU TELAH MEMBUAT ANAK KU MENDERITA! huh ya ampun kavi sayang kamu selama ini tersiksa ya nak?" ibu kavi malah semakin menangis menjadi-jadi. aresh pun semakin merasa bersalah, merasa telah gagal sebagai orangtua.

bumi yang waktu itu ada di sana hanya mengamati ke ricuhan di ruangan kepala sekolah kala itu, otak nya masih belum bisa mencerna, 'ini kenapa? kenapa kok sampai seperti ini? memang tindakan bumi selama ini salah? bumi kan cuma pingin main sama kavi, kasian dia sendirian terus di kelas' bumi, bumi sungguh naif sekali dirimu waktu itu ya.

ruang kepala sekolah kian memanas ketika bu kepala sekolah menjatuhkan skors selama 1 minggu kepada bumi, dan ibu kavi memutuskan untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain.

aresh menggeret bumi dengan cepat menuju mobil ketika permasalahan di ruang kepala sekolah itu sudah final, pria berumur 34 tahun itu memijat pelipisnya, kacamata berframe tebal yang sedari tadi bertengger di hidungnya ia lepas, lantas ia mulai menatap putranya yang sibuk memainkan jarinya.

"bumi..." panggilnya lirih sembari memegang bahu anak itu.

pria itu memandangi wajah bulat anaknya, aresh semakin ingin menangis rasanya. bagaimana bisa selama ini ia telah melupakan anaknya sendiri?

"maaf ya, ayah selama ini terlalu sibuk, ayah minta maaf masih belum bisa jadi ayah yang baik buat kamu bumi, ayah masih belajar tapi ayah tidak mau kamu kena dampaknya bumi, bumi maaf ayah...-"

bumi mengerjapkan matanya pelan, ketika sosok yang selalu ia panggil ayah itu mulai menangis. bumi sungguh tidak mengerti apa-apa, kenapa ayahnya menangis?

"maaf bumi... harusnya waktu itu ayah tidak membiarkan semua ini terjadi... seharusnya ayah bisa lebih tegas bumi." aresh semakin tidak bisa menahan bulir-bulir bening yang kian membanjir ketika melihat anaknya yang mengedip polos menatapnya. ia merasa gagal mendidik bumi, ia gagal menjadi orangtua.

hari itu aresh mengecap dirinya sebagai orangtua paling buruk di dunia, ini semua salahnya yang terlalu sibuk melupakan masa lalu yang menyakitkan itu, hingga ia melupakan bahwa ada anak kecil yang masih membutuhkan uluran tangannya.

"ayah.. ayah baik kok! ayah adalah ayah paling hebat di dunia! saat besar nanti aku ingin menjadi seperti ayah!"

aresh termenung sejenak.

will be a chance?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang