14. tidak betah.

515 7 0
                                    

WELCOME TO MY STORY!!!
HAPPY READING!, AND I HOPE YOU LIKE IT.
-
-
-
-
-
❤️


Jarum jam menunjukkan pukul 07.30 yang artinya gibran harus bekerja begitupun juga damar, pak bambang memutuskan untuk berhenti bekerja dan di wariskan semua pada gibran, tidak lupa damar juga kecipratan harta pak bambang berupa tanah karna damar adalah suami elis anak pak bambang.

Gibran pergi tanpa berpamitan pada gendis dan hanya pamit pada bu hasna dan elis.

Gendis merasa kesal karna sikap suaminya, gendis berlari kearah Gibran yang ada di ambang ambang pintu rumah, tidak peduli ada damar, bu hasna ataupun elis.

PLAK....

"AGHHHH" Semua terkejut begitupun gibran yang merintih kesakitan karna gendis memukul lengan gibran dengan sangat kencang.

"Gendis udah gak tahan lagi sama sikapnya mas gibran, dari kemarin didiemin mulu, mas juga gak mau liat gendis, salah gendis apa mas" Ucap gendis dengan air mata yang tanpa sengaja mengalir.

Bu hasna langsung pergi kekamar setelah melihat gendis sedang debat dengan puntranya, sedangkan elis menenarik tangan damar untuk menunggu gibran dan gendis berdebat di depan rumah.

"Udah jangan nangis, aku mau pergi kerja liat sawah" Balas gibran mengusap airmata gendis pelan.

"J-jelasin dulu alalalasannya k-kenapa mas marah samma gg-gendis?" Tanya gendis tersegukan karna tangisannya.

"Mas gak suka liat kamu sama pria lain, kamu itu istrinya mas, ngerti!" Tegas gibran diakhir kata, dan membuat gendis mulai menangis lagi.

Hiksss...

"Udah jangan nangis lagi" Gibran menarik tangan gendis Dan memeluknya, gendis tersesekan dan   tangisnya sedikit berhenti.

Gendis membalas pelukan gibran dengan erat, dan sesekali mengelap air sisa tangisannya dipipi.

"Udah peluknya? Mas mau kerja dulu, kasian mas damar nunggu didepan rumah" Bisik gibran ditelinga gendis.

"U-udah mass" Balas gendis sesegukan.

Gibran melepas pelukannya dan segera turun usai gendis mencium tangan gibran.

"Hati hati" Gendis melambaikan tangannya kearah gibran dan elis berjalan kearah gendis.

"Ayo masuk dek" elis menarik gendis masuk dan menutup pintu usai suami mereka pergi.

Gendis dan elis pergi duduk duduk di taman belakang rumah, dan elis berinisiatif untuk menenangkan adik iparnya itu.

"Kamu kenapa hemm?" Tanya elis ditengah tengah keheningan.

"Gendis kesel aja mbak sama sikapnya mas gibran" Jawab gendis menunduk.

"Yaudah, dari pada kamu sedih gimana kalau kita healing aja, sama ibu juga?" Saran elis.

"Goncengan tiga mbak?" Tanya gendis melongo.

"Kan ada mobilnya gibran, biar gak nganggur tu mobil" Jelas elis antusias.

"Emang mbak elis bisa nyetir?" Tanya gendis polos.

"Bisa dong" Jawab elis singkat.

"Tapi mas gibran gimana mbak? Kalau gak diizinin gimana?" Cemas gendis memikirkan gibran.

"Kalau sama elis bisa diatur itu mah" Sahut bu hasna dari belakang.

Elis dan gendis sontak kaget dan menoleh bersamaan, bu hasna terkekeh melihat reaksi anak dan mantunya itu.

"Ibu ngagetin aja" Sahut elis

"Anakmu bangun itu lo nyariin kamu, tapi sekarang lagi main sama bapakmu" Bu hasna menunjuk arah dimana luna dan  pak bambang sedang bermain.

Suamiku Juragan TampanWhere stories live. Discover now