Godaan (tipuan) jin

867 69 1
                                    

Nindi menepuk pipi Amira pelan. Gadis itu tertidur dengan pulas.

"Amira bangun." Amira mengerjap-ngerjap matanya pelan, setelah itu ia bangkit dari berbaringnya. Meski ia sedikit bingung dengan Ustadz Zami yang duduk di hadapannya bersama Pak Hadi dan Pak Hamid.

"Minum dulu Mbak Amira." Ustadz Zami mengulurkan sebotol air mineral yang sudah di campur dengan serbuk Bidara.

"Apa ini? Baunya nggak enak sekali." Amira menutup hidungnya, menjauhkan botol mineral itu sebelum ia minum.

"Itu campuran serbuk Bidara, Mbak. Bagus untuk anda." Kata Ustadz Zami.

Amira menggeleng. "Tapi baunya bikin saya mual."

"Nggak papa di minum saja. Itu bukan anda yang tidak mau tapi jin yang ada dalam tubuh Mbak Amira yang menolaknya." Jelas Ustadz Zami.

"Anda siapa?" Tanya Amira.

"Saya Ustadz Zami yang tadi meruqyah anda. Mbak Amira tidak ingat?"

Amira menggeleng pelan sambil melihat istri Ustadz Zami sedang memberi nasehat ke salah satu ibu-ibu. Sedangkan Ustadz Salim meruqyah seorang laki-laki berbadan tambun.

"Benar anda tidak ingat?" Ustadz Zami seakan tidak yakin.

"Saya memang tidak ingat." Jawab Amira. Ustadz Zami mengangguk-angguk. Itu artinya mereka tidak bohong. Amira memang mereka tidurkan. Agar kesadaran Amira bisa diambil alih mereka.

"Airnya di minum Mbak." Sekali lagi Ustadz Zami menyuruh Amira.

Dengan tangan bergetar Amira mengangkat botol mineral itu. Mulutnya tertutup rapat seolah melarang agar tidak minum herbal tersebut.

"Ayo Nak di minum." Desak Pak Hadi dan Bu Halimah bersamaan. Nindi juga mengangguk.

"Jangan lupa bismillah dulu Mbak." Interupsi Ustadz Zami.

Setelah membaca bismillah dalam hati, Amira meneguk minuman itu dengan susah payah.

"Huek.. pahit Ustadz." Amira sampai menjulurkan lidahnya. Badannya bergidik ketika minuman itu telah masuk ke perutnya.

"Habiskan Mbak!" Perintah Ustadz Zami.

"Segini aja Ustadz, perut saya nanti kembung." Amira beralasan.

Ustadz Zami tersenyum simpul. "Kalau gitu minum separuh saja. Itu baru seper-empatnya."

Amira menggeleng dengan wajah memelas.

"Anda tahu kenapa saya suruh untuk menghabiskan?"

"Nggak tahu." Jawab Amira pelan.

"Karena bagi bangsa jin, daun Bidara itu racun. Anda mau sembuh atau tidak? Jika anda ingin sembuh jangan turuti bisikan mereka. Abaikan saja."

"Iya Nak, habiskan." Sahut Bu Halimah.

Melihat semua orang di sampingnya mengangguk, mau tidak mau Amira meneguk sampai habis. Hingga ia bersendawa cukup keras.

"Ups, maaf." Amira merasa malu saat mereka tertawa kecil.

"Sekarang tubuh Mbak Amira bagaimana? Apa enteng?" Tanya Ustadz Zami.

"Enteng Ustadz. Apalagi di bagian punggung dan tengkuk, saya tidak merasakan pegal lagi."

"Sebelumnya berat ya, punggung dan tengkuknya? Itu memang wajar karena selama ini Mbak Amira tidak sendiri. Dalam tubuh Mbak Amira terdapat tiga jenis jin yang mendiami tubuh Mbak Amira."

"T-tiga?" Amira tercengang. Banyak sekali.

"Ya, saat saya meruqyah anda. Anda menangis sesenggukan dengan menyebut nama Bopo, jika dilihat dari cara bicaranya sepertinya jinnya perempuan. Kedua adalah jin harimau. Jin harimau ini tidak mau bicara ketika saya tanya ini itu. Saya curiga jin harimau itu bersarang di kepala anda. Karena saat saya pegang kepala anda, anda langsung bereaksi mencakari karpet dengan suara geraman. Dan yang ketiga itu jin ular. Mengaku Sanjaya, sepertinya berada di punggung anda dan jin ular inilah yang menyukai anda. Makanya anda tidak suka dengan namanya Ikhwan(laki-laki). Ketika anda di dekati mereka."

"Saya sering kali bermimpi ular Ustadz. Terus mimpi pacaran dengan laki-laki tampan tapi wajahnya buram. Dan kalau tidur, saya merasa ada seorang laki-laki yang berbaring di samping saya."

"Maaf sebelumnya, apa anda pernah mimpi bersetubuh?"

"Enggak pernah." Jawab Amira cepat.

Ustadz Zami mengangguk meski sebenarnya ragu dengan jawaban Amira.

"Begini Mbak Amira, anda ini terkena gangguan jin nasab, warisan dari leluhur anda terdahulu. Dan jin nasab ini menyukai anda karena dari dulu sudah ikut anda. Baginya, anda ini orang yang spesial. Makanya bisa berada di tubuh Mbak Amira. Apa saat kecil Mbak Amira pernah mengalami suatu hal? Seperti bisa melihat adanya makhluk halus di sekitar anda?"

"Emm.. Kalau indigo saya baru-baru ini Ustadz. Bahkan ketika saya keluar rumah, entah itu bekerja atau pergi bersama teman, saya merasa ada yang mengikuti saya. Meski saat saya toleh tidak ada wujudnya."

"Merasa di ikuti itu adalah salah satu ciri-ciri jin nasab. Banyak sebenarnya ciri-cirinya. Seperti mimpi jatuh dari ketinggian, mimpi ular, mimpi bertemu orang yang sudah meninggal, firasatnya jitu, kepala sering sakit, was-was, tiba-tiba sesak nafas, mendapat bisikan, mudah sekali emosi, kedua tangan dan kaki menjadi dingin, ketakutan tanpa sebab, sering menunda waktu sholat, tubuh sering sakit dan sakitnya berpindah-pindah, indigo dan masih banyak lagi, Mbak." Jelas Ustadz Zami.

"Ya Allah, semua ciri-ciri yang Ustadz sebut ada pada diri saya. Apalagi bisikan-bisikan yang kerap saya terima, kadang membuat saya down. Saya sampai takut sendiri Ustadz. Saya juga sering marah-marah meski itu hal sepele. Dan mengenai firasat, saya bahkan bisa mengetahui hal buruk yang bakal terjadi. Apalagi tadi malam saat saya tidur, saya sampai kebangun. Gara-gara di kamar, saya mendengar suara berisik seperti tengah memperebutkan sesuatu. Karena takut saya lari ke kamar orangtua saya."

"Kenapa nggak bilang Nak?" Tanya Pak Hadi cepat.

"Maaf Yah, aku takut kalian cemas. Sebenarnya banyak sekali hal mistis yang menimpa saya Ustadz."

"Apa itu Mbak?" Tanya Ustadz Zami.

"Jika saya bangun tengah malam untuk ke kamar mandi, saya merasa ada yang mengawasi saya, Ustadz. Lalu ada suara yang manggil, tapi suaranya itu seperti diterpa angin. Saya juga mimpi gelud dengan hantu yang saya temui di kuburan, eh besoknya badan saya langsung panas. Kata dokter saya kena tipes. Terus, saya juga dibisiki jangan datang ke klinik anda jika tidak ingin celaka. Sebetulnya saya takut pada anda, meski saya belum tahu wajah anda itu seperti apa."

Ustadz Zami tersenyum dan mengangguk.

"Benar, anda ini terkena gangguan jin nasab. Akan saya agendakan dengan Ustadz Salim untuk datang ke rumah anda. Sekalian meruqyah anda lagi, karena jin-jin itu belum sepenuhnya keluar dari tubuh anda."

"Emm.. tapi kalau bisa hari Sabtu atau Minggu ya Ustadz karena hari lainnya saya kerja." Amira bernego.

"InsyaAllah Mbak."

"Mbak Amira masih ingat tidak? Tiba-tiba minta pulang saat di tengah perjalanan?" Sahut Pak Hamid.

"Iya Pak, saya masih ingat. Jujur ya Pak Hamid, tadi tuh badan saya benar-benar nggak enak sekali. Apalagi kepala saya pusing sampai berat."

"Itu tadi godaan jinnya, Mbak. Biar Mbak Amira tidak jadi di ruqyah."

"Itu beneran Pak Hamid?" Tanya Nindi setengah tidak percaya.

"Benar Mbak, karena seperti itulah tipu dayanya."

"Jadi Mbak Amira, jika mendapat bisikan jangan di dengarkan, abaikan saja. Jangan sering melamun. Dan emosinya juga harus dijaga!" Titah Ustadz Zami.

.

.

.
3 Juli 2023



Jin Nasab (Warisan sang leluhur)Where stories live. Discover now