Disukai jin

887 70 0
                                    

"Siapa pun kamu, keluar lah dari tubuhnya Mbak Amira." Pinta Pak Hamid.

Amira menggeleng. "Nggak mau! Enak aja nyuruh-nyuruh keluar. Kamu aja yang pergi, ngapain merintah-merintah. Baumu nggak enak sekali. Bikin aku muntah. Huwek.." Amira mual dibuat-buat.

"Apa yang membuatmu bisa masuk ke tubuhnya Mbak Amira?" Tanya Pak Hamid dan mendapat anggukan dari Bu Halimah.

"Sstt.. rahasia. Aku nggak boleh ngomong." Bisik Amira. Mengundang kerutan di dahi Pak Hadi.

"Jika kamu tidak mau ngaku. Terpaksa saya paksa kamu keluar." Putus Pak Hamid.

Amira memanyunkan bibirnya. "Coba aja kalo bisa. Aku nggak takut sama kamu. Wekk.." Ejeknya sambil menjulurkan lidah.

"Baiklah, saya tidak main-main sama ucapan saya." Ucap Pak Hamid. Karena ia tidak bisa berlama-lama meladeni makhluk laknat itu. Yang banyak sekali tipu dayanya. Kemudian membaca ayat suci.

Amira kembali menangis sambil menutup dua telinganya. Kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri. Amira menangis meraung-raung, air matanya yang keluar sangat deras.

"Aaa.. hentikan orangtua! Jangan baca itu. Aku nggak suka!" Teriaknya menatap tajam Pak Hamid.

"Aaa.. HENTIKAN!" Bentak Amira. Matanya memerah, hidungnya kembang kempis. Jeritannya mampu di dengar tetangga kanan kiri. Hingga mereka terkejut sekaligus bertanya-tanya.

"Aku bilang berhenti ya berhenti. Ku bunuh kau!" Amira berdiri dari duduknya. Bersiap untuk mencekik Pak Hamid.

Pak Hadi langsung sigap memeluk putrinya. Amira meronta-ronta minta dilepaskan sambil berteriak mengumpat.

"Panas kan kamu. Cepat lah keluar dari tubuh Mbak Amira. Sebelum lebih tersiksa kamu." Ucap Pak Hamid.

"Lepaskan aku, lepaskan! Jangan ikut campur KAMU!" Amira membentak ayahnya.

"Biarkan aku membunuhnya!" Teriak Amira lagi. Rupanya sosok yang mengendalikan tubuh Amira sangat dendam kepada Pak Hamid karena membuat tubuhnya kepanasan.

Bu Halimah hanya bisa menonton sambil berdo'a agar anaknya segera sadar. Badannya gemetaran melihat reaksi Amira sangat menakutkan.

Pak Hamid masih membaca beberapa Kalam Allah hingga tubuh Amira merasakan lemas. Amira benar-benar lemas, tidak memiliki tenaga untuk berteriak lagi. Ia sampai limbung, beruntung Pak Hadi masih memeganginya hingga tidak sampai tersungkur ke lantai.

"Baringkan di kursi Pak Hadi. Sepertinya dia sudah keluar dari tubuh Mbak Amira." Ucap Pak Hamid.

Pak Hadi mengangguk lalu membawa Amira ke kursi. Amira tidak sadarkan diri, gadis itu pingsan. Bu Halimah segera mendekati putrinya. Ia juga mengucap syukur.

"Terima kasih banyak Pak Hamid sudah membantu kami." Ucap Bu Halimah.

"Sama-sama Bu Halimah. Kenapa Mbak Amira bisa sampai seperti ini?" Tanya Pak Hamid dan mendudukkan tubuhnya di kursi yang berseberangan.

Tidak jauh dari kursi yang Pak Hamid duduki. Pecahan vas bunga berserakan. Beberapa barang lainnya juga tergeletak di lantai. Tidak ketinggalan kipas angin juga rubuh bahkan kabelnya terlepas dari colokan. Rasanya tidak percaya dengan kerusuhan yang telah Amira lakukan.

"Tadi kami memarahinya. Tidak tahu, reaksinya akan seperti itu. Tapi sebelum anda kemari, sosok pertama yang mengendalikan Amira terlihat sangat garang. Suaranya besar seperti suara laki-laki. Juga menyebutkan bahwa menyukai anak kami. Dia tidak terima jika kami menjodohkan Amira dengan laki-laki lain." Jelas Pak Hadi.

Jin Nasab (Warisan sang leluhur)Where stories live. Discover now