Nazwa tersenyum lalu sedikit memindahkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Gus Raka. Wanita itu terlihat memeluk Gus Raka dari samping.

"Selamat pagi juga suami Nazwa yang paling ganteng. " Jawab Nazwa terkekeh.

"Terimakasih Nazwa.. Terimakasih untuk semua nya. " Gumam Gus Raka menunduk menatap sang Istri. Tangan nya terulur membelai surai milik Nazwa dengan penuh cinta.

"Sama-sama.. Semoga apa yang akan kita lakukan, selalu mendapat ridho dari Allah. "

"Aamiin. "

"Gimana kado dari Nazwa? Suka? " Tanya Nazwa mendongak sambil menaik turunkan alisnya.

"Suka.. Sangat suka. Terimakasih untuk semuanya, ini adalah kado terindah yang pernah saya terima. " Gumam Gus Raka tersenyum kemudian melingkar kan tangan nya pada pinggang Nazwa yang masih tertutup oleh selimut.

"Dan terimakasih karena sudah menjadikan saya yang pertama dan in sya Allah yang terakhir dalam hidupmu. " Ucap Gus Raka berbisik. Nazwa kembali menatap suaminya, tak bisa tertahankan lagi. Gadis itu sudah tersenyum dengan sangat lebar, seakan mewakil kan rasa bahagia nya.

"Udah ahh Gus.. Nazwa mau mandi aja. " Ucap Nazwa sudah tidak kuat menahan malu. Wanita itu berbalik berusaha meraih gamis di sebelah lalu memakai nya.

Begitu tubuh Nazwa hendak bangkit, Nazwa merasakan perih dan nyeri pada area miliknya. Sampai-sampai Nazwa meringis karena tidak kuat menahan sakit.

"Arghhh.. "

"Kenapa? Masih sakit yaa? " Tanya Gus Raka juga ikut bangkit.

"Ngga Gus.. Ngga papa.. Nazwa kuat ko. " Jawab Nazwa dengan cepat.

Jangan sampai seperti adegan novel yang pernah Nazwa baca dimana pemeran utama Pria akan menggendong pemeran utama wanita menuju kamar mandi setelah melakukan hal itu.

"Saya bantu yaa? " Tawar Gus Raka merasa tidak tega melihat Nazwa kesakitan seperti itu, karena bagaimanapun itu adalah ulah nya juga.

"Ngga Gus.. Beneran sumpah ngga papa. Nazwa bisa sendiri. " Seru Nazwa berusaha mencegah sang suami.

Nazwa menghembuskan napas kasar, setelah itu segera bangkit, berusaha menahan perih yang begitu terasa. Gadis itu berjalan menuju kamar mandi seorang dengan kaki mengangkang layaknya bebek. Tentu itu semua tidak luput dari perhatian Gus Raka. Beliau merasa antara kasihan dan ingin tertawa melihat cara jalan Nazwa.

****
Adzan subuh berkumandang, Gus Raka sudah bersiap-siap berangkat ke Masjid. Sama hal nya dengan Nazwa, dia juga sudah cantik dengan mukena serta sajadah di tangan nya.

"Kamu tidak shalat di rumah saja? " Tanya Gus Raka.

"Ngga.. Nazwa mau shalat di Masjid. " Jawab Nazwa dengan mantap.

"Yang itu sudah tidak sakit? "

Nazwa mengigit bibir bawahnya, sebenarnya Nazwa masih belum terlalu sembuh, mengingat cara jalan nya saat ini masih kaya bebek. Tentu nanti akan menimbulkan banyak pertanyaan pada seluruh santri yang melihatnya.

"Dikit Gus. "

"Kamu di rumah saja, kalau tidak berani nanti saya minta Uma untuk menemani. Bagaimana? " Tanya Gus Raka.

"Ngga mau Gus.. Nazwa mau shalat di Masjid. " Rengek Nazwa memegang lengan suaminya.

"Emang kamu mau orang lain berpikir macam-macam saat melihat kamu. "

"Iyaa jugaa. Tapi setoran Nazwa gimana? Nanti habis subuh kita ngaji bareng abis itu setoran hafalan. " Tanya Nazwa.

"Nanti saya izinkan ke Ustadzah bilang kamu lagi sakit. Kan kamu memang benar lagi sakit. "

"Iyaa gara-gara Gus Raka. " Cibir Nazwa sembari mengerucutkan bibir.

Gus Raka terkekeh kemudian mendekati Nazwa seraya mengelus puncak kepala istrinya.

"Yasudah saya pamit.. Sini salim dulu biar berkah. " Ucap Gus Raka menyerahkan tangan nya ke arah Nazwa.

"Memang belum wudhu? "

"Nanti di Masjid saja. "

Nazwa menurut dan menyalami punggung tangan suaminya, lalu di lanjut dengan Gus Raka mengecup pelan kening istrinya.

"Assalamualaikum. "

"Waalaikumsalam. "

Setelah pintu tertutup rapat, Nazwa langsung menutup wajah karena malu, mengingat sekarang mereka sudah menjadi suami istri yang sesungguhnya.

"Jantung udah ngga aman. " Cicit Nazwa sembari mengibaskan wajah nya yang sudah memanas.

****
Nazwa memilih keluar guna membantu sang Uma, memasak untuk sarapan pagi. Sampai di dapur terlihat Uma Aminah tengah memasak nasi.

"Assalamualaikum Umaa. " Sapa Nazwa.

"Waalaikumsalam nak. " Jawab Uma Aminah tersenyum.

"Belum masak sayur, Uma? "

"Belum.. Uma lagi bingung hari ini mau masak apa. " Jelas Uma Aminah.

"Gimana kalo sup iga? Kayanya enak pagi-pagi makan yang anget-anget apalagi baru hujan semalam. " Saran Nazwa. Nampak Uma Aminah tengah berfikir sebentar.

"Boleh jugaa. Kebetulan kemarin Uma sempat beli iga. "

Keduanya akhirnya memasak bersama-sama tanpa dibantu oleh Abdi Ndalem.

"Ouh iyaa nak, tadi suami mu bilang kamu sedang sakit, makanya tidak ikut jama'ah ke Masjid. Hari ini juga minta izin libur, apa kamu demam? " Tanya Uma Aminah.

Nazwa menggigit bibir bawahnya, dia bingung bagaimana harus menjawab Uma Aminah. Dia memang sakit, tapi bukan sakit demam. Tapi kalau Nazwa jujur sama saja mengumbar hubungan nya, dan itu tidak diperbolehkan.

"Iyaa.. Uma. Tapi udah sembuh ko. "

"Udah sembuh? Memang kamu sakit apa? "

"Yaa ada pokoknya. Emm intinya Nazwa udah sembuh. " Jawab Nazwa sedikit terbata-bata.

Uma Aminah terdiam seperti nya tengah berfikir sesuatu, hingga detik berikutnya senyum Uma Aminah terbit begitu lebar. Apalagi saat melihat hijab Nazwa sedikit basah seperti terkena tetesan air.

"Iyaa Uma paham ko. " Jelas Uma Aminah mampu membuat Nazwa menjadi salah tingkah.

"Pertama-tama memang sakit, tapi setelah udah  ngga ko. Jadi sering-sering yaa nak. Pesan Uma Aminah tapi lebih tepatnya menggoda Nazwa.

"Umaaa. " Sungguh rasanya Nazwa ingin menghilang saja dari hadapan sang mertua.

Yeayy finally akhirnya beneran jadi wkwkk.. Please jangan baper guyss, awas entar giginya kering😭

Dan maapkeun seminggu ngilang tanpa sebab, dikarenakan Author sedang mentok inspirasi plus lagi ngejar target untuk cerita apk sebelah.
Jadi mohon maap🙏

Jangan lupa vote and comment
See you next time

Salam dari Author
Ig:dhnryyy_

Lampung, 04 Juli 2023

Cinta Untuk Nazwa [TERBIT]Where stories live. Discover now