BAB 35: Lamaran

259 18 0
                                    

Pagi keesokan hari, Dian menatap nanar ponsel yang ada di depan mata. Pesan yang dikirimkan Fajar dua hari lalu masih belum dibalas hingga sekarang. Tubuh yang bersandar di headboard tempat tidur, akhirnya tegak saat ada dorongan untuk membalasnya.

Me: Wa'alaikum salam, Pak. Maaf baru balas sekarang.

Me: Saya minta maaf atas kejadian dua hari yang lalu. Syukria udah cerita semua. Bapak benar, saya salah paham. Sekali lagi saya minta maaf.

Me: Kejadian itu tolong dilupakan aja ya, Pak. Ini nggak akan pengaruh pada kerjasama kita. :)

Dian mengembuskan napas lega setelah mengirimkan pesan kepada Fajar. Mata yang kembali menghangat terpejam erat, menahan bulir bening yang ingin turun.

Ikhlas, Di. Ikhlas. Mungkin dia bukan jodoh lo. Sekarang fokus dengan lamaran hari ini, batinnya menenangkan diri.

Gadis itu segera berdiri, kemudian beranjak menuju lemari kayu tempat pakaian berada. Tangan diulurkan ke dalam, mengambil gaun brokat berwarna cokelat susu dengan tile di bagian bawah. Senyum samar tergambar di paras menatap gaun yang baru dibeli kemarin sore bersama dengan Keysa, khusus untuk acara lamaran.

"Mpok, Kak Ina dateng noh!" kata Citra tiba-tiba muncul di sela pintu.

Dian langsung memalingkan paras ke sumber suara seraya mengangguk. Dia meminta sahabatnya itu datang, agar bisa membantu mengenakan make-up. Ina yang memiliki pengalaman kerja di bagian public relation, sudah terbiasa dengan peralatan kosmetik. Sekalian menghemat budget juga, karena harus mengeluarkan dana untuk biaya pernikahan Citra.

"Surprise!!" seru Ina, Keysa dan Gita bersamaan.

Wajah Dian yang tadi sedikit murung berubah semringah melihat ketiga sahabatnya datang. Di saat seperti ini, ia butuh suntikan energi dari mereka bertiga.

"Sweet banget sih kalian," risik Dian dengan mata berkaca-kaca seraya mengulurkan tangan.

Gadis itu memeluk mereka satu per satu.

"Gimana hati lo sekarang? Udah baikan?" Keysa mengajukan pertanyaan.

"Alhamdulillah. Masih berusaha mengikhlaskan," sahut Dian tersenyum samar.

"Gue ngerti perasaan lo, Di. Pasti nggak mudah sih," imbuh Ina menatap sendu sahabatnya.

"Pasti beratlah. Tak terbayangkan kalau terjadi kepadaku juga." Gita mengusap lembut punggung sahabatnya.

Bibir Dian tertarik lebih lebar lagi ke samping. "Beruntung ada kalian semua, jadi gue lebih kuat lagi."

"Yoi dong. Sahabat selamanya," kata ketiga wanita itu serentak.

Keysa mengedarkan pandangan ke ruang tamu mencari keberadaan Royati. "Mama mana? Kok nggak kelihatan?"

"Biasa belanja buat bahan makanan ntar siang. Tadi gue pengin ikut, eh malah dilarang." Dian memanyunkan bibir ke depan.

Ina yang tadi berdiri di samping mereka memilih masuk ke kamar Dian. Wanita itu ingin meletakkan peralatan make-up yang dibawa dari rumah.

"Di, koleksi lo udah jadi dimusnahkan?" teriaknya dari kamar.

"Koleksi apaan, Kak Ina?" tanya Citra yang duduk di sofa. Hingga saat ini, ia tidak tahu kalau sang Kakak punya kebiasaan buruk yaitu mengoleksi film dewasa.

Dian auto berlari ke kamar, membekap mulut Ina agar tidak membahas lagi tentang koleksi pribadinya. "Udah gue hapus kemarin. CD dan DVD juga udah gue bakar semua," bisiknya mendelik nyalang.

"Yah, padahal gue mau minta sepuluh biji aja," cicit Keysa kecewa.

"Nggak mau ah. Gue kecipratan dosa kalau kasih ke kalian. Mending gue musnahkan semua," balas Dian dengan raut wajah enggan.

Mengejar Cinta Ustaz Tampan [TAMAT]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن