BAB 29: Memulai Lembaran Baru

176 14 0
                                    

"Oke. Beritanya udah dikirim ke Pak Gatot, tinggal proses editing trus rilis di web dan aplikasi. Mudah-mudahan sesuai dengan yang kita harapkan," seru Dian seraya berharap tulisannya tadi bisa meredam berita-berita sebelumnya.

Dian menuliskan perjalanan hidup Fajar mulai dari terjerumus narkoba, hingga akhirnya kembali ke jalan Allah. Tentu sekaligus sebagai klarifikasi berita yang sudah menyimpang jauh dari kebenaran. Tilikan netra hitam bulatnya berpindah ke arah Syukria, setelah memasukkan lagi laptop ke dalam tas.

"Balik sekarang?" ajaknya dengan sebelah alis naik ke atas.

Syukria bergumam sebelum menjawab. "Kakak udah makan belum?" tanya wanita itu kepada Fajar.

Fajar menggeleng karena memang belum sarapan sejak tadi. Rencana ia akan makan bubur ayam di dekat kampus, tapi terpaksa diurungkan karena direktur memintanya untuk tidak datang dulu hari ini.

"Lauk buat makan ada?" Syukria kembali mengajukan pertanyaan.

Lagi-lagi pria itu menggeleng sembari nyengir kuda. Dian yang melihat Fajar seperti itu, menjadi berkedip pelan. Tidak disangka ia bisa melihat sisi lain dari seorang ustaz tampan yang ternyata juga manusia biasa.

Syukria berdecak pelan dengan mata menyipit. "Makanya cepetan nikah, biar ada yang bikinin sarapan. Untung aku ke sini, kalau nggak pasti Kakak kelaparan," celotehnya seraya menyingsingkan lengan blus yang dikenakan.

Dalam hitungan detik, ia sudah menarik Dian ke posisi berdiri. "Kak Dian, bantuin aku masak dong. Kasihan tuh laper nanti kalau ditinggal sekarang."

"Syuk?" tegur Fajar keberatan.

"Ya nggak apa-apa, 'kan? Sekalian aku mau cicipi masakan Kak Dian. Ngakunya sih pintar masak, tapi sampai detik ini belum pernah coba masakannya," goda Syukria mengerling usil.

"Eh iya, nggak apa-apa kok, Pak. Biar saya bikinin lauk buat makan Bapak sekalian," imbuh Dian ingin unjuk gigi kemampuan memasak yang dipelajari dari Raline.

"Tuh, 'kan." Syukria menepuk lengan Dian dua kali. "Kak Dian baik dan suka menolong. Calon istri idaman ini."

Perkataan Syukria mampu membuat Dian tersedak. Otomatis kulit kuning langsatnya menyembulkan rona kemerahan.

"Awas lo ya, Syuk?" bisiknya menarik Syukria mendekat.

"Biarin aja, biar Kak Fajar melek ada mutiara di depan mata," balas Syukria berbisik juga.

"Kalau begitu saya bantu juga," tanggap Fajar ikutan berdiri.

Kedua alis Dian terangkat ke atas, membuat kening jadi berkerut. "Bapak bisa masak?"

"Hanya yang simple-simple aja," sahut Fajar garuk-garuk tengkuk.

"Kakak udah mandi belum? Dari tadi garuk-garuk terus," ledek Syukria tidak bisa menahan diri menggoda dua orang dewasa ini.

"Sembarangan kamu ya. Udah dong. Nih cium kalau nggak percaya," cetus Fajar mendekatkan pipi kepada adiknya.

Lagi-lagi Dian dibuat terkesima melihat sisi yang selama ini tidak pernah terlihat dari Fajar. Dari cara keduanya berinteraksi, tampak dekat dan saling menyayangi. Berbeda dengan ia dan Citra yang terkadang suka bersaing di beberapa hal.

"Yuk ke dapur, Kak!" Syukria menarik lagi tangan Dian menuju dapur.

"Biasanya Umi sering ke sini bawa bahan buat dimasak. Kita lihat apa yang bisa dibikin," sambungnya lagi bergerak ke kulkas.

Dalam hitungan detik setengah ekor ayam sudah ada di atas meja dapur, menyusul sepuluh butir kentang ukuran sedang.

"Adanya ini, Kak." Syukria menunjukkan bahan makanan yang bisa mereka olah sekarang.

Mengejar Cinta Ustaz Tampan [TAMAT]Where stories live. Discover now