BAB 15: Tanda-tanda Berjodoh

160 15 0
                                    

Dian keluar dari ruangan redaktur dengan wajah semringah. Senyuman masih menghias wajah ketika duduk lagi di meja kerja. Berdasarkan dengan titah dari redaktur, ia harus menghubungi Fajar hari ini, agar bisa berjumpa besok untuk membahas detail pekerjaan.

"Cerah banget tuh wajah keluar dari ruangan Pak Gatot," goda Syukria seraya menaik-naikkan kedua alis.

Gadis itu memperlihatkan amplop persegi panjang berukuran kecil yang berisi cek kepada Syukria. "Alhamdulillah gue dapat bonus, Syuk," katanya senang.

"Masya Allah. Alhamdulillah," ucap Syukria ikutan bahagia.

"Habis ini kita makan-makan yuk! Gue yang traktir, sekalian sebagai tanda terima kasih karena udah temenin gue ke Thamcit hari Minggu kemarin," ajak Dian dengan wajah yang masih cerah.

Syukria bergumam ketika mempertimbangkan ajakan Dian. Beberapa detik kemudian, wajahnya berubah warna.

"Kayaknya nggak bisa deh, Kak. Suamiku hari ini pulang cepat, jadi dijemput deh ke sini," sahut Syukria menunjukkan paras sungkan.

Dian manggut-manggut paham. "Ya udah lain kali aja."

Pandangan Dian beralih ke arah amplop segi empat berwarna cokelat yang berisikan materi untuk acara talkshow. Tarikan napas panjang terdengar dari sela hidung berukuran sedang tersebut. Dia hening ketika menganalisa apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Maksudnya dengan rentetan kejadian antara ia dan Fajar.

"Syuk." Dian menoleh ke arah Syukria yang sedang asyik mengedit artikel sebelum dikirimkan kepada redaktur.

"Ya, Kak?" Aktivitasnya berhenti kemudian melirik Dian sebentar.

"Apa sih tanda-tanda jodoh dari sudut pandang Islam?" tanya Dian memutar kursi menghadap sepenuhnya kepada Syukria.

Wanita berkerudung tersebut ikut memesong kursi, sehingga mereka berhadap-hadapan.

"Pertama, tentunya bisa bikin kita lebih mendekatkan diri sama Allah. Kedua, ada hal yang bikin kita berbenah ke arah yang lebih baik. Ketiga, punya sifat yang sama. Keempat, rasanya jadi nyaman gitu, Kak. Terus, orang itu memahami kita." Syukria menaikkan telunjuk ke atas dengan sebelah alis naik ke atas. "Yang terpenting, bisa diterima oleh kedua belah pihak. Wallahu'alam."

Dian manggut-manggut mendengar pemaparan Syukria barusan. Ciri-ciri pertama dan kedua sudah terlihat sekarang. Apalagi perubahannya ke arah lebih baik. Selama dua hari, ia sudah mengerjakan salat wajib walau belum bisa di awal waktu.

"Ada lagi nggak? Misal Allah selalu kasih kesempatan buat ketemu gitu?"

Kening Syukria berkerut sedikit. "Ehmmm ... aku nggak tahu pasti juga sih, Kak. Bisa jadi ujian dan bisa juga pertanda kalau orang itu jodoh Kakak. Wallahu'alam."

"Nggak ada cara buat bisa memastikan ya?"

"Ada!"

"Apa?" Dian mendekatkan kepala ke arah Syukria.

"Salat Istikharah, Kak. Itu senjata pamungkas."

"Salat Istikharah? Caranya gimana?" Dian benar-benar ingin tahu apakah Fajar adalah jodoh yang dikirimkan Allah atau bukan.

Syukria menjelaskan tata cara salat Istikharah kepada Dian. Tidak ada raut jengkel di paras ayu itu ketika menjawab semua rasa keingintahuan rekan kerjanya. Dia justru senang berbagi ilmu dengan orang yang membutuhkan.

"Jadi rakaat pertama baca surah Al-Kafirun dan rakaat kedua Al-Ikhlas?" ulang Dian lagi memastikan.

"Iya. Sunahnya seperti itu, Kak."

Mengejar Cinta Ustaz Tampan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang