BAB 18: Belajar Menjadi Calon Istri yang Baik

160 14 0
                                    

Pagi hari berikutnya disambut dengan suka cita oleh Dian, karena Fajar akan berkunjung ke Yohwa.com and Magazine untuk membahas talkshow. Sehingga sebelum waktu Subuh, ia sudah terjaga. Mata tidak dapat dipejamkan lagi, karena telah terbiasa bangun jam segini. Untuk mengisi waktu, gadis itu langsung beranjak ke dapur menyiapkan sarapan. Hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.

Hei, jangan berpikir Dian tidak bisa memasak. Gadis itu memiliki keahlian masak memasak dari Raline. Sahabatnya yang mengajarkan bagaimana cara membuat makanan yang sedap. Hanya saja ia terlalu malas melakukannya, karena selalu bangun satu jam menjelang berangkat ke kantor.

"Apaan sih pagi-pagi udeh berisik?" Terdengar suara serak khas bangun tidur dari belakang.

Kepala Dian auto menoleh dengan ekspresi terkejut. Khawatir jika yang berbicara tadi Mbak Kunti atau Mbak Sun, eh Kuntilanak atau Sundel Bolong maksudnya. Haha!

"Ngagetin aja lo, Cit," kata Dian seraya mengusap dada sendiri.

"Habisnya pagi-pagi udeh berisik. Jadi kebangun aye pan," balas Citra dengan wajah mengerucut.

"Makanya bangun salat Subuh. Gimana jadi bini yang baek kalau lo bangun kesiangan." Dian mengibaskan dengan gerakan mengusir seraya mengerling ke kamar mandi yang ada di dapur. "Salat dulu gih, mumpung masih ada waktu."

Bibir Citra langsung maju lima centimeter mendengar perkataan Dian. "Yang baru hijrah langsung deh ceramah," ledeknya memutar bola mata malas.

"Mpok lu bener, Cit. Sono gih salat. Mau jadi istri gimane lu nanti kalau bangun kesiangan mulu," imbuh Royati tiba-tiba sudah berdiri di dekat putri bungsunya.

"Tuh dengerin kata Nyak. Kualat lo nanti," timpal Dian menunjuk Citra dengan sendok penggoreng.

Gadis berambut panjang itu langsung beranjak ke kamar mandi, karena kalah suara. Sementara Royati berjalan mendekati putri sulungnya.

"Masak ape, Di?"

"Lagi coba bikin nasi goreng ampla buat sarapan, Nyak. Ntar cobain deh, enak kagak?" Dian melirik kepada sang Ibu, sebelum fokus lagi mempersiapkan bumbu nasi goreng.

Royati beranjak ke meja makan yang berada tak jauh dari dapur. Dia memperhatikan perubahan Dian beberapa hari ini dengan serius. Sungguh tidak pernah menduga, gadis yang selama ini begajulan (sering hidup tidak teratur) bisa berubah menjadi tertata.

"Di," panggil Royati membuat gadis berambut pendek itu menoleh sebentar.

"Ye, Nyak?"

"Udeh ketemu?" tanya Royati curiga perubahan Dian belakangan ini ada kaitan dengan masalah asmara.

"Doakan aja, Nyak. Biasanya doa orang tua paling manjur," jawab Dian tanpa menoleh, karena sudah mulai menumis bumbu.

"Itu udeh pasti. Maksud Nyak, kasih jawaban pasti, ape lo udeh nemu atau belom?"

Dian menjepit bibir dengan pandangan masih melihat bumbu yang ditumis. Untuk menghormati sang Ibu, ia mematikan dulu kompor kemudian memindahkan wajan ke tungku sebelah, agar tidak gosong. Gadis itu melangkah ke meja makan dan duduk di sana.

"Masih ada yang mau aye pastikan dulu, Nyak," ujar Dian menatap serius Royati.

"Ape?"

"Perasaan orang itu. Dia mau kagak sama aye? Nyak tahu sendiri gimane aye selama ini." Dian menarik napas singkat sebelum melanjutkan perkataannya. "Apalagi, orang itu alim banget. Jadi butuh waktu untuk bisa mengenalnya."

Royati menatap mata bulat putrinya satu per satu. Tarikan napas berat terdengar dari sela hidung ketika tahu apa yang membuat Dian berubah belakangan ini. Tebakannya benar, asmara yang mengubah seorang Dian menjadi sosok berbeda.

Mengejar Cinta Ustaz Tampan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang