BAB 20: Tingkat Kekepoan Dian

152 13 0
                                    

Pertemuan dengan tim produksi berlangsung selama dua jam lebih. Banyak hal yang dibahas mulai dari rencana program hingga detail materi acara talkshow. Setelahnya ada penjelasan juga perihal kontrak kerja sama yang akan berlangsung hingga tiga bulan.

"Pak Fajar tidak sendirian. Akan ada host yang bertindak selaku moderator. Setiap episode akan menghadirkan empat orang politikus yang akan beroposisi. Posisi Pak Fajar nanti adalah sebagai penengah dan penyeimbang. Kami juga mengundang ulama berbeda di setiap episode. Acara akan tayang setiap hari Senin, satu kali dalam seminggu. Untuk syutingnya akan diambil hari Minggu. Karena isu ini sangat sensitif, jadi acara tidak akan kami tayangkan secara langsung," papar produser acara talkshow tadi ketika rapat berlangsung.

Sekarang, Fajar sedang menandatangani kontrak setelah membaca dan mendengarkan penjelasan isi poin yang ada di dalam kontrak dari tim legal Yohwa TV. Pria itu resmi menjadi bagian dari program talkshow yang akan diberi judul 'Politik, Islam dan Ulama.'

"Terima kasih atas kesediaan Bapak untuk bergabung dengan kami di program ini," ucap produser berkacamata dengan rambut cepak seraya mengulurkan tangan.

Fajar segera menyambut uluran tangan tersebut dengan senang hati. "Sama-sama, Pak. Mohon bimbingannya, karena ini pertama kali saya tampil di televisi."

Masing-masing tim yang terlibat turut mengucapkan terima kasih kepada dosen muda tersebut. Dian yang sejak tadi berdiri tak jauh dari sana, hanya mengamati cara Fajar berinteraksi, terutama dengan kaum hawa.

Aneh, Pak Fajar nggak berjabat tangan sama cewek lain. Cuma sama Syukria aja. Mencurigakan, gumamnya dalam hati.

Awas lo, Syuk. Bakal gue cecar nanti, batin Dian lagi.

Tak lama kemudian semua tim produksi meninggalkan ruang rapat. Tinggal Gatot, Dian dan Fajar yang ada di sana.

Wajah Gatot tampak semringah melihat Dian dan Fajar bergantian. Redaktur muda itu bergerak menghampiri Fajar yang berdiri di dekat meja.

"Terima kasih sudah terima tawaran dari Dian, Pak," kata Gatot mengulurkan tangan dengan senyum mengambang.

"Sama-sama, Pak. Sulit menolak tawaran bagus dari Mbak Dian," balas Fajar mengerling singkat ke arah Dian yang sudah berada di sampingnya.

Gatot berniat menepuk lengan Dian seperti biasa, tapi diurungkan setelah sadar kalau gadis itu sudah mengenakan jilbab. "Maaf, saya lupa kalau kamu sudah hijrah, Di."

"Dian memang paling bisa diandalkan, Pak. Kerjanya profesional, tidak pernah gagal sejauh ini," puji Gatot senyam-senyum melihat Dian dengan decak kagum. "Sebentar lagi akan dipromosikan jadi redaktur, gantikan saya."

Fajar mengamati Gatot sebelum menghela napas berat. Senyum singkat tergambar di paras pria itu sebelum bersuara.

"Kalau begitu saya pamit dulu, Pak. Sebentar lagi waktu salat Ashar datang," tutur Fajar melirik jam tangan.

"Oh, baik, Pak. Saya juga permisi kembali ke ruangan dulu. Maaf tidak bisa antarkan ke depan." Gatot menoleh ke arah Dian yang diam sejak tadi. "Bisa antar Pak Fajar, Di?"

"Bisa, Pak," sahut Dian singkat.

Setelahnya redaktur muda itu berlalu dari hadapan kedua orang tersebut. Tinggallah Dian dan Fajar di ruangan yang bisa menampung dua puluh orang.

"Mari saya antarkan, Pak," desis Dian mengulurkan tangan ke arah pintu keluar ruangan.

"Terima kasih, Mbak Dian." Fajar segera menuju pintu, kemudian membukanya. Dia meminta Dian keluar terlebih dahulu.

Perlakuan gentle Fajar seperti ini yang membuat Dian semakin tergila-gila. Jarang ada pria yang memperlakukan wanita dengan hormat di zaman sekarang.

Mengejar Cinta Ustaz Tampan [TAMAT]Where stories live. Discover now