BAB 13: Pertemuan Singkat Berikutnya

199 15 0
                                    

Dian duduk di ruang tunggu bengkel mobil di daerah Gunung Sahari. Gadis itu sedang menanti kedatangan Fajar yang akan membayar seluruh tagihan perbaikan. Untuk mengisi waktu, ia bermain ponsel mengirimkan pesan di ruang chat Remponger5.

Me: @Rara Kambing Habis ini gue ke Gading ya. Masih kangen sama lo.

Gadis itu ingin memberi kejutan kepada sahabatnya dengan penampilan sekarang. Dia butuh pendapat Raline tentang perubahannya, sekaligus mau berdiskusi juga dengan Daffa, kakak Raline.

Keykey: Jam berapa tuh? Pas gue pulang kerja nggak? Mau ikut dong.

Rara Kambing: Aman, gue hari ini nggak ke mana-mana kok, Di.

Rara Kambing: Ayo, siapa lagi yang mau ke sini? Biar rame kita ngumpul-ngumpul. Minggu depan gue udah balik lagi ke London. :(

Dian langsung antusias membalas pesan grup Remponger5.

Me: Kira-kira satu jam lagi deh. Gue lagi di bengkel sekarang, tungguin Pak Fajar.

Kurang dari satu menit kemudian, pesan beruntun masuk ke ruang chat. Semua penghuni grup langsung kepo kenapa Dian menunggu Fajar? Apakah mereka sedang ada janji? Ataukah Dian akan membawa Fajar ke rumah Raline untuk dikenalkan?

Kepala yang ditutupi kerudung berwarna abu-abu itu langsung bergerak ke kiri dan kanan. "Kalian ini nggak berubah sama sekali ya."

Me: Dia cuma bayar biaya perbaikan dinding mobil kok. Penginnya sih bisa langsung seret ke KUA sekarang. :p

Gitgit: Cieeee dia, dese sudah hilang ya, Di?

Ina: Gue pikir tadi salah baca, ternyata beneran Dian tulis dia.

Keykey: Ehemmm ... ehemmmm ... goodbye dese, cong dan acaaraan.

Rara Kambing: Auto delete koleksi film porno :))

Decakan pelan keluar dari sela bibir Dian ketika membaca pesan dari sahabatnya satu per satu. Gadis itu tidak bisa marah kepada mereka, karena keempat wanita tersebut memiliki arti yang luar biasa baginya. Apalagi mereka telah menghabiskan lebih dari satu dekade bersama-sama, dalam suka dan duka.

Baru saja ingin mengetikkan sesuatu di kolom balasan, pandangan Dian beralih ke arah sepasang sepatu kulit berwarna hitam mengkilat yang ada satu meter di depan. Tilikan mata hitam bulat itu perlahan naik, hingga berhenti ketika melihat sepasang netra almond menatapnya.

"Pak Fajar," serunya nyaris terkejut.

Pria itu langsung mengalihkan penglihatan ke tempat lain. "Maaf udah bikin Mbak Dian nunggu," ucap Fajar to the point.

Kening Dian berkerut bingung, karena Fajar bisa mengenalinya. Bahkan rekan kerja di kantor banyak yang berpikir dirinya adalah wartawan baru. Hanya Syukria yang bisa langsung tahu dalam waktu singkat.

"Oh iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya aja yang datangnya kecepetan," sahut Dian langsung memasukkan ponsel ke saku celana.

"Langsung ke kasir, Mbak?" Fajar mengerling ke arah kasir.

Tampak kekecewaan di paras Dian ketika Fajar langsung mengajak ke kasir, bukan mengobrol walau hanya sekedar berbasa-basi. Sebisa mungkin gadis itu berusaha mengontrol mimik wajah, agar tidak terlalu kentara.

"Oke, Pak. Saya juga ada janji ke rumah teman di Kelapa Gading," kata Dian tersenyum singkat.

Apa-apaan sih, Di? Perlu banget kasih tahu mau ke rumah Rara? Hah! rutuk hatinya.

Mereka berdua segera bergerak menuju meja pembayaran. Fajar mengeluarkan sejumlah uang sesuai dengan nominal tagihan. Setelahnya ia menyerahkan struk bukti pembayaran kepada Dian, agar gadis itu bisa mengambil mobil di bagian belakang bengkel.

Mengejar Cinta Ustaz Tampan [TAMAT]Where stories live. Discover now