BAB 24: Pikiran yang Tidak Tenang

158 14 0
                                    

Dada Dian terasa sesak menyaksikan keakraban yang ada di depan mata. Tak hanya dengan Fajar, Aafiyah juga tampak dekat dengan Subroto. Sudah pasti hubungan mereka bukan hanya sebatas rekan kerja atau antara dosen dan mahasiswa.

Dian memutar tubuh membelakangi ketiga orang tersebut. Gadis itu tidak ingin melihat hal yang menghadirkan nyeri di hati. Tanpa disadari kakinya maju dua langkah.

"Kakak mau ke mana?" tanya Syukria menahan tangan Dian.

Sementara Jamilah hanya memperhatikan reaksi Dian yang di luar dugaan. Biasanya gadis itu selalu tersenyum dan ceria. Paling tidak itulah yang bisa ia tarik kesimpulan setelah sekian kali berinteraksi dengannya.

"Tolong temani Bu Jamilah, Syuk. Gue mau ke toilet," jawab Dian menoleh sebentar dengan air mata menetes di pipi, lalu melepaskan pegangan tangan Syukria.

"Kak," panggil Syukria tanpa dihiraukan oleh gadis itu.

Tilikan netra cokelat Syukria beralih ke arah Fajar dengan wajah mengerucut. Matanya mendelik nyalang ketika pria itu kebetulan melihat kepadanya.

Sementara Dian pergi membawa hati yang cemburu dengan kehadiran perempuan tersebut. Begitu tiba di dalam bilik toilet, ia melepaskan bulir bening yang sejak tadi berkumpul di pelupuk mata. Terdengar suara bersit tidak nyaman di hidung ketika tangis tidak bisa lagi dibendung. Untuk pertama kali seorang Dian Ayudisha terluka karena cinta seperti ini.

Perasaan yang tidak dapat ia utarakan saja sudah cukup menyiksa, apalagi melihat orang yang dicintai berbagi senyum dan pandangan dengan perempuan lain. Dian tidak pernah mendapati Fajar menatap dirinya seperti kepada Aafiyah barusan.

"Saya? Saudara kandung hanya dua. Saya dan adik perempuan saya." Perkataan Fajar kemarin kembali terngiang di telinga Dian.

Kepalanya menggeleng ketika dugaan gadis itu adalah adik Fajar hinggap di pikiran. Wajah mereka tidak mirip sama sekali, pria itu lebih memiliki kemiripan dengan Syukria dibandingkan Aafiyah. Dari cara Aafiyah berinteraksi dengan Subroto juga tidak terlihat seperti ayah dan anak. Mereka bersalaman tidak berjabat tangan juga.

"Pak Subroto," desis Dian segera mengeluarkan ponsel dari saku.

Mata Dian terpejam sesaat mengingat paras pria paruh baya yang baru saja ditemui tadi. Begitu kelopak mata terangkat, ia langsung membuka aplikasi Facebook milik Syukria. Dia sangat yakin foto kedua orang tua rekan kerjanya itu pasti ada di sana. Peluang yang besar adalah mencari di album pernikahannya.

Kening Dian berkerut melihat jumlah foto yang berkurang drastis di album 'My Wedding'. "Kok cuma tinggal segini?"

Dian membuka album tersebut seraya menyeka air mata yang masih tersisa di pipi. Gadis itu berharap dugaannya benar bahwa Syukria adalah adik Fajar. Setidaknya ia bisa meminta bantuan Syukria untuk menjembatani dirinya dengan pria tersebut.

Desahan penuh kekecewaan meluncur di sela bibir ketika tidak menemukan foto keluarga besar Syukria yang ia lihat kemarin. Sepertinya foto-foto tersebut telah dihapus atau diganti pengaturan oleh si pemilik akun menjadi private.

"Kak." Terdengar suara Syukria diselingi ketukan pintu.

"Ya?"

"Sebentar lagi azan. Siap-siap wudu yuk!" kata wanita itu.

"Iya, ini gue lagi bersuci," sahut Dian sebelum bersuci.

Setelah merasa tenang, Dian membuka pintu bilik toilet. Tatapannya bertemu dengan sepasang netra cokelat lebar milik Syukria.

"Kakak kenapa?" selidik Syukria melihat mata Dian merah dan basah.

Dian tersenyum singkat, kemudian melangkah menuju wastafel. Dalam hitungan detik, air sudah membasuh wajah hingga bagian pinggir kerudung bermotif bunga warna pink tersebut sedikit basah.

Mengejar Cinta Ustaz Tampan [TAMAT]Where stories live. Discover now