BAB 10: Belajar Menjadi Muslimah

157 19 0
                                    

Dian mengedarkan pandangan ke arah pintu masuk depan Thamrin City, pusat perbelanjaan yang sebenarnya berdekatan dengan Tanah Abang. Gadis itu malas berbelanja ke Tanah Abang, karena sudah pasti dibuat bingung dengan beragam pilihan yang terlalu banyak. Menurutnya berbelanja di Thamrin City jauh lebih mudah, karena modelnya sudah pilihan terbaik.

Senyum mengembang di paras ketika melihat seorang perempuan berkerudung yang sangat dikenal. Siapa lagi jika bukan teman satu kantor bernama Syukria. Hanya wanita itu yang bisa memberi saran model pakaian yang akan dikenakan nanti.

"Duh gue nggak enak sama laki lo deh, Syuk," ucap Dian dengan wajah bersalah setelah mereka berdekatan.

Wajah Syukria mengernyit sedikit saat kepala bergerak ke kiri dan kanan. "Santai aja, Kak. Aku udah jalan-jalan kok sama Abang kemarin."

Dian tersenyum manis sebelum merangkul lengan Syukria. "Baik banget sih. Makasih ya."

"Sama-sama, Kak." Syukria menoleh kepada Dian sebelum mengayunkan langkah bersama-sama memasuki pintu Thamrin City. "Emang Kakak mau cari apaan sih? Kayaknya penting banget."

Gadis berwajah bulat itu menjepit bibir sebentar. Sepertinya ia harus menceritakan semua kepada Syukria termasuk dengan niat untuk menarik perhatian Fajar. Sesaat kemudian kepalanya menggeleng, karena tidak mungkin mengatakan ingin mengubah penampilan demi mendapatkan perhatian pria itu.

"Gue mau cari baju muslimah, Syuk. Kerudung juga," kata Dian sembari melangkah memasuki gedung.

"Buat mama kakak ya? Atau persiapan nikahan adik kakak?"

Kepala Dian menunduk, sehingga bisa melihat lantai yang tampak bergoyang karena sedang berjalan. "Buat gue."

Langkah Syukria langsung berhenti. Mata cokelat lebar miliknya membulat sempurna. "Buat Kakak?"

Dian mengangguk pelan dengan seulas senyum.

"Masya Allah." Syukria meraih kedua daun tangan Dian, kemudian menggenggamnya erat. "Aku senang dengarnya, Kak."

"Ayo, aku carikan yang bagus dan pas buat Kakak. Pastinya up to date dan nyaman dipake buat kerja," sambung wanita itu semangat.

Dian terkejut melihat wajah semringah Syukria setelah mendengar keinginan mengganti penampilan dengan lebih tertutup. Ternyata wanita itu senang dengan niatnya.

Syukria langsung menyeret Dian menuju tempat langganannya membeli pakaian. Langkah mereka terus berlanjut menuju bagian pakaian muslim. Ada berbagai macam pakaian yang tersedia di sana, baik untuk laki-laki, wanita dan anak-anak.

"Kakak mau pakai rok?" Syukria mengajukan pertanyaan ketika mereka tiba di sebuah toko yang menjual berbagai pakaian perempuan. Tentu saja yang menutup aurat, meski tidak semuanya gamis.

"Rok?" desis Dian terbelalak. Seumur-umur ia hanya mengenakan rok ketika bersekolah dan wisuda. Gadis itu juga tidak mengenal yang namanya gaun saking tomboinya.

"Iya."

"Harus banget ya?" Wajah Dian lesu seketika membayangkan bagaimana ledekan yang akan didapatkan dari sahabat-sahabatnya.

"Sebaiknya pakai rok sih, Kak. Nggak repot kok dan nyaman dipake pas kerja juga kayak aku," sahut Syukria dengan netra mengitari paras Dian.

"Nanti atasannya bisa Kakak padu dengan blus atau kemeja. Intinya nggak memperlihatkan lekuk tubuh gitu." Syukria terdiam ketika tilikan netranya bergerak melihat display pakaian di toko tersebut.

"Celana rok juga bisa tuh, Kak," sambungnya menunjuk celana yang terlihat seperti rok. Pakaian ini memiliki dua fungsi sekaligus, sebagai celana dan rok.

Mengejar Cinta Ustaz Tampan [TAMAT]Where stories live. Discover now