#13

47 4 1
                                    

 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



  Jam istirahat, Wedelia memilih segera keluar dari kelasnya. Membawa sebuket anggrek putih di dalam pelukannya, Serly sempat bertanya kemana akan pergi langkah kakinya, Wedelia menjawab hanya ingin ke kamar mandi. Faktanya, Wedelia saat ini sudah berdiri di depan kelas tempat Rivajun belajar. Namun, tidak ada keberadaan Rivajun di sana, Wedelia sempat bertanya pada teman sekelasnya, katanya, pagi hari tadi Rivajun pingsan dan di antar tim UKS pulang ke rumah.

  Perasaan Wedelia jadi tidak nyaman, banyak sekali hal-hal buruk yang memenuhi pikirannya. Wedelia menyalahkan dirinya, kenapa bisa ia tidak menyadari kondisi kesehatan Rivajun saat mereka berangkat berdua menuju sekolah.  Wedelia kembali ke kelasnya, gadis itu melangkah cepat, sesampainya di kelas dia segera mengambil tasnya dan tidak sengaja melihat Serly membuka tas miliknya, Serly memeriksa buku sketsa rusak yang kala itu ingin dibuangnya namun urung.

  Wedelia merebut buku sketsa dari tangan Serly—hal itu membuat Serly terkejut bukan main. Ia sontak berdiri dan memberikan penjelasan pada Wedelia, namun hal itu tidak merubah semuanya.

"Kamu tau nggak, membuka tas orang itu nggak sopan!" Wedelia terlihat kesal dengan temannya itu, ia berbalik dan melangkah keluar dari kelasnya. Rupanya langkah kaki Wedelia diikuti Serly yang merasa bersalah.

"Wedelia! Dengerin aku dulu!" Serly menyebut namanya, tepat di koridor sekolah yang sepi, kebetulan hanya mereka berdua yang ada di sana. Wedelia berbalik dengan perasaan muak melihat wajah Serly.

"Dari mana kamu dapat buku itu?" Pertanyaan dari Serly membuat Wedelia bingung, untuk apa lagi Serly mengetahui buku itu.

"Apa pentingnya buat kamu?" Wedelia mengangkat satu alisnya, menatap wajah Serly yang tampak risau.

"Kasih bukunya ke aku, aku nggak mau ada Lily di situ!" Serly maju dua langkah, tangannya menengadah meminta Wedelia memberinya buku sketsa rusak yang merupakan benda berharga yang telah mempertemukan Wedelia dan Rivajun.

"Buat apa Serly? Ini punya aku!"

"Di situ ada Lily! Rivajun melukis Lily di sana disaat hari terakhir aku bisa melihat wajahnya!"

  Wedelia diam membisu mendengar nama Lily disebutkan Serly, gadis cantik bermata belo itu sedang kebingungan. Rivajun melukis wajah Lily di sana, apakah mungkin lukisan seorang gadis di atas kursi roda ketika ia melihatnya di jembatan sore itu. Entah kenapa, perasaan hatinya jadi panas saat mendengarnya apalagi ketika ia menduga-duga banyak hal tentang laki-laki tenang itu.

  Wedelia tidak menjawab apa-apa, ia berbalik dan pergi dari kelasnya. Sedang Serly muram bersama rasa bersalahnya. Ia menatap kepergian Wedelia yang sekarang meninggalkan dirinya sendirian. Serly tahu, Wedelia pasti sangat menyukai Rivajun, tapi tidak semua orang bisa mendapat sesuatu yang setimpal sama seperti perasaan yang jarang bisa terbalas. Segala sesuatu di dunia ini katanya berpasangan, seperti siang dan malam, bulan dan bintang, namun tidak semua ketetapan itu berlangsung mudah, selalu ada proses seperti langit yang berubah gelap yang akan digantikan malam.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RIVAJUN  (On Going)Where stories live. Discover now