#09

69 20 8
                                    

   Pagi hari ini Wedelia sudah melangkah santai menuju sekolahnya, sebetulnya sejak turun dari rumah, Wedelia sibuk memperhatikan lukisan dari buku sketsa rusak waktu itu, gadis seperti Wedelia masih menyimpan benda itu sebagai kenangan sekaligus ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


   Pagi hari ini Wedelia sudah melangkah santai menuju sekolahnya, sebetulnya sejak turun dari rumah, Wedelia sibuk memperhatikan lukisan dari buku sketsa rusak waktu itu, gadis seperti Wedelia masih menyimpan benda itu sebagai kenangan sekaligus aset sebelum dirinya dan Rivajun sedekat sekarang.

  Sejak tadi malam, Wedelia terusan kepikiran soal kejadian semalam di atas jukung itu, mengapung di atas air laut yang dingin, ditambah cahaya lembut dari langit jingga. Wedelia membuka dan menelaah setiap hasil lukisan di dalam buku sketsa itu. Wedelia mengembuskan napasnya kasar, menemukan semua kisah Rivajun dari sebuah buku sketsa rasanya tidak masuk akal. Akhirnya Wedelia menyerah sendiri—memasukkan buku itu ke dalam tasnya dan melangkah lebih cepat agar cepat sampai ke sekolah.

  Di sekolah, Wedelia hanya duduk menelungkup kan wajahnya di atas meja, sekarang terbesit di kepalanya mengenai lukisan gadis berambut pendek di atas kursi roda, sejauh ini belum ada jawaban siapakah gerangan gadis itu dan kenapa pula harus dilukiskan oleh Rivajun dengan detail dan rapi.

"Wedelia." Panggilan dari Serly membuat Wedelia langsung duduk manis dengan tatapan fokus pada lawan bicaranya.

"Iya, kenapa?" Wedelia memperbaiki posisi duduknya, dan sangat bersedia mendengarkan Serly.

"Ini nggak penting sih, cuman aku mau tanya aja. Kamu," Serly menarik bangku kosong di sebelahnya. Matanya menatap liar ke bawah sampai akhirnya pupil itu tertuju pada Wedelia, "Punya hubungan apa sama Rivajun?"  Wedelia yang mendengar pertanyaan itu terdiam beberapa saat, apalagi saat melihat gurat wajah Serly terlihat kurang ramah membuat Wedelia berpikir.

"Aku sama dia nggak lebih dari seorang teman." jawab Wedelia memberikan senyuman yang tulus dan jawaban yang pasti, tanpa ragu dirinya balas menatap Serly.

"Begitu," Serly mengangguk-anggukkan kepalanya, "bagus deh!" ujarnya sambil berdiri meninggalkan Wedelia.

  Wedelia menatap punggung gadis itu yang naik turun dan dia berucap karena respons Serly tidak ramah sama sekali, " Kamu cemburu, aku dekat sama Rivajun?" Wedelia terus menatap punggung Serly bahkan saat gadis berambut ikal itu berbalik badan dan melangkah cepat mendatangi meja Wedelia.

"Iya! Kamu tau kan, Aku pernah bilang, Aku tuh suka sama dia!" Serly mengentak meja dengan kedua belah telapak tangannya, membuat Wedelia terkejut namun namanya juga Wedelia, gadis itu selalu saja tenang di situasi apapun.

"Seingat ku, nggak pernah kamu ceritain." jawab Wedelia tenang, namun ketus pula dengan cara yang halus dan santai.

"Itu karena kamu nggak pernah dengerin Aku!" Serly bersuara lantang, membuat Wedelia tak lagi bersuara. Bahkan, suara Serly memantul di dalam kelas, kebetulan kelas juga masih sepi.

"Ingat Wedelia, kamu orang baru yang datang di kehidupannya. Kamu nggak tau seluk-beluk hidupnya, daripada kamu nyesel, menyerah sekarang." Serly memelankan suaranya dan menurunkan nadanya juga.

RIVAJUN  (On Going)Where stories live. Discover now