#02

152 33 6
                                    

  Wedelia duduk menelungkup kan kedua tangannya, wajahnya menghadap kanan tertuju pada bangku-bangku kosong yang ditinggalkan pemiliknya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Wedelia duduk menelungkup kan kedua tangannya, wajahnya menghadap kanan tertuju pada bangku-bangku kosong yang ditinggalkan pemiliknya. Semua orang di kelasnya pergi ke kantin, lain hal dengan Wedelia yang memilih jam istirahat sebagai waktu berharga untuk memanjakan diri rebahan walaupun hanya kepalanya. Wedelia segera bangun, lalu mengeluarkan laptopnya yang selalu dibawa kemana pun ia pergi.

Dibukanya laptop itu, dan jari jemari Wedelia terlihat sibuk mengutak-atik setiap keyword huruf. Terlihat pula garis lurus berkedip dimonitor itu menandakan dirinya tengah mengetik, seperti itulah Wedelia, dia menyukai sastra membaca banyak buku bukan hal yang memuaskan baginya jika tidak mencoba menciptakannya sendiri dengan tangan kita sendiri pula. Bagi Wedelia, tidak salah membaca karya orang lain karena dari situ ada timbal balik, sang penulis merasa dihargai dan sang pembaca mendapatkan ilmu sekaligus belajar dunia sastra.

Wedelia men-delete setiap kata yang berhasil ditulisnya. Gadis itu membuat format baru dan memulai karya barunya, Wedelia terlihat mengetikkan huruf demi huruf hingga menjadi serangkaian kata yang panjang. Namun tak lama berselang, Wedelia mendengus dan membiarkan garis panjang vertikal itu berkedip tanpa bergeser karena tidak ada huruf baru yang dimasukkan.

Wedelia membuka tasnya lagi, kembali memperhatikan buku sketsa kotor itu. Segeralah dibersihkan-nya tanah-tanah yang mengering, Wedelia mengikisnya dengan penggaris dan sangat berhati-hati karena tidak mau merusaknya. Setelah selesai Wedelia menatapi lukisan itu baik-baik dan sangat lama, gadis itu menggaruk kepalanya dirinya benar-benar tidak bisa menafsirkan arti dari lukisan yang diciptakan laki-laki itu.

Jam pelajaran kembali berjalan, Wedelia menahan kantuknya ditengah pelajaran hari ini. Bagaimana tidak, penjelasan dari guru pengajar membuatnya mengantuk, apalagi di siang hari seperti ini. Bulan februari menurut Wedelia adalah bulan yang labil, terkadang turun hujan beserta badai kecil. Terkadang juga panas membakar lalu tiba-tiba mendung seperti mau hujan, di malam hari sangat dingin dan bulan redup tertutup awan membuat alam terasa sunyi dan terlihat suram.

Wedelia mengucek matanya yang sudah tidak bisa ditahan lagi karena kantuknya itu. Gadis pemilik tatapan lembut itu menaruh pipinya di atas meja, memejamkan matanya yang sudah tidak bisa ditahan dan samar-samar sudah tidak terdengar lagi penjelasan guru pengajar di telinga Wedelia.

𓆩𓆪𓆩𓆪

Lonceng berdentang, semua siswa sudah merapikan alat tulis mereka. Wedelia terbangun dari tidurnya, matanya terbuka lebar menatapi meja kosong milik teman di sebelahnya. Perlahan Wedelia mengangkat kepalanya ke udara lalu, bergegas dirinya merapikan buku dan alat tulis ke dalam tas.

Wedelia segera berdiri ketika semua siswa-siswi di kelas berebut pintu untuk segera pulang ke rumah mereka, gadis itu dengan semangat melangkahkan kakinya. Namun, guru pengajar sudah berdiri di depannya, tatapan mata lembut dan wajahnya yang ramah membuat Wedelia mengurungkan niat.

RIVAJUN  (On Going)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ