Debat di acara pernikahan

Comincia dall'inizio
                                    

"Jangan mikirin pekerjaan mulu. Cari pasangan juga wajib. Umur kamu kan sudah waktunya menikah?" Bu Ratna menimpali.

Amira berusaha bersikap tenang meski dadanya bergemuruh menahan amarah. Sementara Bu Halimah meminta do'a kepada teman-temannya agar putrinya itu segera naik ke pelaminan.

"Atau kamu mau saya carikan pasangan? Saya ada lho kenalan? Orangnya kaya, juragan sapi." Bu Ratna mengangkat jempolnya saat mengatakan status orang itu.

"Siapa jeng?" Tanya Bu Ambar penasaran.

"Temannya suami saya." Jawab Bu Ratna.

"Lha, udah tua dong?" Sahut Bu Kiki kaget.

"Belum, umurnya 35 kok." Jawab Bu Ratna. Tangannya mengibas di udara.

"Gimana Amira, mau kan? Nanti saya kasih nomor kontaknya. Dijamin kamu bakalan suka." Bu Ratna berganti menatap Amira.

Amira berusaha tersenyum walau hatinya sangat dongkol.

"Bukannya Bu Ratna punya anak perempuan ya? Kenapa nggak anak ibu aja yang dikenalkan sama kenalan ibu itu." Ucap Amira halus dengan maksud menyindir.

"Ya nggak bisa dong. Anak saya kan masih sekolah. Umurnya juga belum genap dua puluh." Sewot Bu Ratna tidak terima.

"Ya nggak papa. Banyak kok anak kuliahan yang sudah menikah. Ngapain jauh-jauh promosi ke saya karena saya juga nggak butuh." Balas Amira terkekeh, membuat Bu Halimah mencubit pahanya. Amira sedikit meringis menahan rasa cubitan itu.

"Beda lah, di sini kamu sendiri yang belum nikah. Temanmu saja sudah pada punya anak. Nggak malu kamu?" Bu Ratna memojokkan Amira.

"Kenapa saya harus malu. Saya aja nggak pernah merecoki kehidupan mereka. Beda sama Bu Ratna, senang sekali ngurusi urusan orang lain. Padahal punya anak perempuan juga." Jawab Amira santai, kemudian meminum minuman yang ada di hadapannya. Lama-kelamaan tenggorokannya haus juga.

Ibu-ibu yang lainnya saling berbisik menatap Amira.

"Amira.." Tegur Bu Halimah sembari melotot. Jangan sampai putrinya itu membuat keributan di acara orang.

"Haduh.. sama orangtua kok nggak ada sopan-sopannya." Bu Ratna mencibir, melirik sinis.

"Saya bakal sopan jika anda menghargai privasi seseorang. Karena tidak semua pertanyaan yang anda berikan akan diterima baik oleh orang yang anda tanya." Jawab Amira, tersenyum manis.

Bu Ratna mendengus. Badannya ia miringkan sambil berkipas agar tidak berhadapan lagi dengan Amira. Ia hanya bertanya dan mengenalkan seseorang, malah seperti itu tanggapan Amira.

Tanpa Amira sadari, Pak Samsul mendengarkan perdebatan itu. Ia menggelengkan kepala, menyaksikan gadis yang sangat diharapkan almarhumah istrinya itu berani membalik perkataan orang yang lebih tua.

Beruntung, suara mereka tertahan dengan suara musik yang menggema. Hanya orang-orang yang duduk dekat meja mereka saja yang mendengar.

                                      ***

"Bikin ibu malu saja kamu!" Bu Halimah menampakkan kekesalannya kepada Amira setelah sampai rumah.

"Aku kan sudah bilang. Aku nggak mau ikut, tapi ibu paksa. Ya, jangan salahkan aku." Jawab Amira sembari menyalakan kipas angin. Gerah sekali tubuhnya.

"Tapi nggak gitu juga Nak? Tidak harus melawan kata-katanya Bu Ratna?"

Amira menatap tajam ibunya. Wajah yang tadi santai, kini berubah raut datar. Sorot matanya pun berubah. Aura hitam menyelimuti diri Amira.

"Dia salah. Orang yang sudah menggangguku harus dibalas!" Desis Amira.

Suaranya sedikit berbeda. Bu Halimah tidak menyadari itu. Wanita paruh baya itu memijit pelipisnya karena pusing.

"Oh, sudah pulang kalian?" Tanya Pak Hadi sambil meletakkan secangkir kopi buatannya di atas meja.

"Hm, anakmu bikin malu ibu!" Jelas Bu Halimah.

Amira duduk dengan tegap, tenang. Menatap Pak Hadi dan Bu Halimah bergantian.

"Apa yang dia perbuat di sana? Apa ikutan nyanyi tapi suaranya sumbang?" Canda Pak Hadi.

"Bukan. Tapi berdebat sama Bu Ratna." Kemudian Bu Halimah menceritakan sedetailnya.

"Memalukan!" Tandas Pak Hadi.

"Apa kalian berbicara denganku?" Tanya Amira dengan suara tenang. Mereka tidak menyadari ada yang berubah dalam ekspresi wajah Amira.

"Lihat Yah, tingkahnya?" Bu Halimah benar-benar geregetan.

"Jaga mulut kalian. Saya lebih tua dari kalian." Kali ini suara Amira juga berubah dan membuktikan jika usianya jauh di atas Pak Hadi dan Bu Halimah.

.

.

.
21 Juni 2023




















Jin Nasab (Warisan sang leluhur)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora