31-Sunflower

2.6K 232 15
                                    

Hari ke tiga puluh, Dunk mengumpulkan tiga puluh kertas catatan kecil di daun pintu lemari pakaiannya. Setiap hari, selama tiga puluh hari kerjanya, ia mendapat satu kotak makan dengan satu tangkai bunga yang tak pernah ia simpan. Makan siang itu selalu asistennya yang menghabiskan, sementara pria itu membeli makanan cepat saji di toserba yang terletak di depan studionya.

Tak hanya makan siang dan tangkai bunga, hal-hal kecil seperti gantungan kunci, gelang mainan, gelas pasangan, dan hal-hal lain yang Dunk inginkan sejak lama. Tetapi semua itu tidak Dunk inginkan lagi sejak ia memutuskan untuk berhenti berhubungan dengan Joong lagi.

Selama itu pun Dunk tahu, siapa pengirim benda-benda aneh itu. Siapa lagi jika bukan Joong? Pria yang satu bulan lalu meminta kesempatan kedua, yang sebenarnya entah kesempatan yang keberapa kali Dunk berikan dan Joong sia-siakan.

"Dunk, aku harus jujur," Sergah Kapook tiba-tiba, asistennya menatap Dunk lurus.

Mau tidak mau, Dunk menghentikan kegiatannya demi beta cantik asistennya itu, "Kenapa phi?"

Kapook menarik kursinya agar mendekat pada Dunk, "Sebelumnya, aku berterima kasih sangat banyak karena kotak bekal aneh itu menyelamatkan pengeluaranku selama satu bulan," Kapook mengawali, "Tapi Dunk, apa kau tidak lelah? Maksudku, tangkai bunga dan catatan kecil yang setiap hari datang, kau membuang bunganya dan memberikan makanannya padaku, lalu kau hanya menyimpan catatan itu, permainan apa yang kau lakukan?" Keluh sang asisten.

"Aku melihat setiap hari pengirim yang sama ketika aku menerima makananmu, melirik ke dalam sini penuh harap, aku yakin dia berharap padamu, Satu bulan-"

"p'Kapook, aku tiga tahun berjuang demi pria itu, satu bulan hanya dengan makan siang saja belum ada apa-apanya,"

Kapook total terdiam menderngar selaan atasannya. Ia berceloteh sepanjang itu tanpa bertanya apa yang sudah dilakukan oleh bos nya. Beta cantik itu memelas melihat atasannya, "Apa kau baik-baik saja, nong? Apakah karena pria itu? Kau menjadi gila kerja?"

Dunk mengendikan bahunya asal, "Katakanlah begitu, aku lelah memikirkannya, bahkan dalam tidur pun aku memikirkannya," Kapook bisa melihat kantung mata dan lingkaran hitam di sekitar mata atasannya, "Uuu nong, seharusnya kau cerita padaku, kau anggap apa aku ini?!" Gerutu Kapook lalu membuka tangannya, "Sini peluk phi dulu! Anak nakalku! Kau pasti frustasi menghadapi pria jahat sepertinya, ya?"

Dengan Kapook, Dunk merasakan figur seorang kakak sekaligus seorang ibu. Kapook adalah asisten setianya sejak awal Dunk merekrut asisten untuk mengatur jadwal dan pesanan gambar yang masuk melalui surel dan panggilan telepon. Beta cantik itu adalah orang tua tunggal setelah suaminya meninggal karena kecelakaan kerja. Putranya berusia lima belas tahun dan kini tengah mengenyam pendidikan di menengah pertama.

"Hey sudahlah! Kalian terlalu banyak drama!" Milk datang menengahi dengan satu kotak makan siang dari Joong, meletakan kotak tersebut di meja Kapook, "Phi, makan siang untukmu, dan catatan kecil untuk adikku yang nakal," Lapor Milk, "Bunganya sudah aku buang,"

Milk menatap sang adik yang masih berada di pelukan Kapook, "ai'Nong, jangan membohongiku! Kau masih mencintai kakaknya Fourth, kan? Sampai kapan kau akan memperlakukan Joong sebagai kurir pengantar makanannya p'Kapook?"

Dunk melepaskan pelukannya, "Apa Joong meminta phi berbicara padamu?"

Wanita alpha itu menggeleng, mengistirahatkan kedua tangannya di pinggang kanan dan kiri, "Tidak sama sekali, tapi aku jengah melihat kalian setiap hari. Sama-sama berharap, tapi tak ada yang berani melangkah," Protes Milk dengan prihatin, "Dunk, bicaralah dengannya, pukul dia jika kau mau, jika kalian terus diam seperti ini, aku juga tidak tega," Kapook menimpali.

"Joong menunggumu di depan, bicaralah,"

Mendengar informasi dari sang kakak, Dunk mengintip keluar dengan ekor matanya, sorot harapan dari Dunk tak bisa disembunyikan dari kedua wanita di depannya. Kapook menepuk bahu Dunk lembut, memberinya semangat.

"Aku tidak marah, aku merestui kalian, jika kalian bertengkar lagi, aku akan benar-benar mengirimu ke Korea bersama paman Earth!" Omel Milk gemas hampir memukul kepala sang adik.

"Iya! Aku pergi!"

***

Joong bersama motornya itu menunggu dengan perasaan campur aduk, gelisah gugup dan senang bahkan ia tak tahu apa yang sedang ia rasakan. Perintah Milk untuk menunggu di depan studio fotonya sampai Dunk keluar membuat senyum alpha Jirochtikul itu mengembang seperti adonan roti yang di diamkan beberapa saat.

"Alpha..."

Dalam keadaan apapun Dunk masih terlihat menwan, Joong bersumpah dalam hati. Meskipun ada setitik kekhawatiran yang menyeruak karena pujaan hatinya tidak baik-baik saja, namun Joong tetap bernafas lega sebab Dunk masih bisa memukulnya dengan sekuat tenaga.

"Kau brengsek! Alpha bodoh! Aku benci kau! Bajingan! Sok tampan! Memangnya kau siapa?! Membuatku mengejarmu seperti omega bodoh! Hah!" Dunk menumpahkan segala kekesalannya selama ini pada Joong.

Alpha itu tersenyum menangkap Dunk dalam pelukannya ketika omega itu berhenti memukulnya, keduanya tertawa bersama seperti orang gila di siang terik dan matahari yang sedang berada di puncaknya, tepat berada di atas kepala mereka.

Kedua anak manusia itu saling melempar senyum satu sama lain, sorot mata mereka menyalurkan tatapan rindu yang tak terbendung. Terbiasa bersama selama beberapa tahun membuat dua sejoli itu seperti kehilangan arah, sampai orang-orang di sekitar mereka ikut prihatin.

"Maaf, phi... aku tidak akan bodoh lagi, aku janji akan mencintaimu sepenuh hatiku,"

Dunk menggeleng, "Jangan berjanji soal hati, kau akan terbebani jika cinta itu sudah pergi," nasehatnya.

"Baiklah..." Joong mempererat pelukannya agar Dunk tidak memberontak lagi, "Jadi, kita berbaikan?"

"Kata siapa?" Dunk memalingkan wajahnya, "Kau harus membayar akibat perbuatanmu dulu, baru berbaikan,"

"Dengan senang hati!"













Akhirnya baikan

Rundung [GeminiFourth]Where stories live. Discover now