10-Rumah Gemini

4.5K 422 18
                                    

Jam delapan tepat, Gemini telah memarkirkan mobilnya di depan asrama omega. Mobil yang baru diambilnya pagi tadi di rumah hanya untuk menjemput sang tambatan hati.

Sementara itu Fourth telah rapih dengan setelan semi-formalnya beberapa menit sebelum jam delapan. Sebagai calon dokter, Fourth harus terbiasa disiplin waktu.

Gemini keluar dari mobilnya, menghampiri Fourth yang berjalan mendekat. Alpha itu menengadahkan tangannya, berharap Fourth menyambutnya dan kemudian Gemini akan menuntunnya masuk ke dalam mobil. Tapi angan hanya sekedar angan, Fourth hanya menatap bingung tangan tersebut, tak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Phi, kita tidak akan berdansa di sini, kan?"

Yang lebih tua menghela napas, tangannya turun tak lagi mengharap balasan tangan Fourth, "Ayo kita jalan, grandpa menunggu,"

Sepanjang perjalanan, Fourth hanya membuka mulut sekenanya untuk mematikan obrolan yang sedang Gemini usahakan. Gemini kira setelah kemarin di lapangan berkuda, Fourth akan lebih mudah diajak berbicara.

Tetapi nyatanya sama saja.

"Phi, apa sedang ada tamu?" Tanya Fourth saat melihat sebuah mobil mewah terparkir rapih di perkarangan rumah Gemini. Sang pemilik juga bingung, "Siapa yang bertamu sepagi ini?"

Akhirnya Gemini menggandeng tangan omega manis itu masuk ke rumahnya, mendapati seorang gadis yang tengah bercengkrama ramah dengan papa Gemini. Melihatnya saja Gemini sudah merotasikan matanya malas. Apalagi Fourth, wajahnya sudah masam tidak karuan.

Phuwin tersenyum sumringah, "Fourth! Sini, nak!"

Si empunya nama berusaha tersenyum sebelum menghampiri calon 'papa mertua', "Swasdee papa," Fourth melirik sekilas, "Swasdee, p'Aralyn," sapanya malas.

Lyn tersenyum sarkas, "Hai, nong! Sudah lama kita tidak bertemu, ya?"

"Kau sudah kenal? Ah baguslah," ujar Phuwin senang, "Fourth, ini Lyn, temannya Gemini, nah Lyn, Fourth ini omeganya Gemini,"

Sesi perkenalan itu tidak penuh drama, hanya penuh sarkastik yang membuat Phuwin tidak nyaman, karena Fourth tanpa sengaja mengeluarkan aura dominannya pada Lyn. Phuwin bisa merasakan aura Fourth yang merasa terancam karena kehadiran Lyn, atau tepatnya cemburu.

"Fourthku sudah datang? Kenapa tidak memberitahuku?!" New berujar setengah berteriak dari dalam, sedikit merajuk karena Fourth ditahan menantunya, meminta Fourth duduk dengannya sedikit lebih lama, "Papi, biarkan Fourth di sini dulu denganku," pinta Phuwin.

Yang paling tua menggeleng, "Tidak! Aku rela menahan laparku hanya untuk sarapan bersama cucuku yang manis ini," Fourth jadi merasa bersalah sendiri, eh tidak! Maksudnya ia menyalahkan Gemini yang tidak memberitahu tentang sarapan grandpa New yang terlambat karena menunggu dirinya yang padahal sudah mengambil sarapan di asrama.

Dengan alasan makan, Phuwin tidak bisa menolak, ia tidak bisa membiarkan mertuanya kelaparan, atau akan ada masalah kesehatan yang datang nanti, "Baiklah. Fourth, kau duluan ke meja makan dengan grandpa, ya! Papa akan menyusul nanti," Pinta Phuwin lalu menilik putranya sendiri, "Fourth, seret alphamu juga, berdiri di sana tak berhenti tersenyum, kurasa dia sudah gila," Gerutu Phuwin kemudian.

Namun sebelum menarik lengan Fourth, New sempat melayangkan tatapan tidak suka kepada Lyn, entah apa yang terjadi. Dan Phuwin juga Fourth tidak mengetahui hal tersebut, Gemini menyadari sang kakek tidak menyukai gadis tersebut. Lyn kalah telak.

"Lyn, ikutlah sarapan bersama kami,"

***

Rasanya meja makan pagi ini agak panas, Gemini duduk diantara Fourth dan grandpa New, tetapi tepat di depannya ada Lyn yang berseteru dengan Fourth.

Tanpa bicara, Fourth selalu melayani Gemini di meja makan, sedangkan New bahkan tak mau melihat Lyn yang sepertinya sedang mencari perhatian yang lebih tua di rumah Vihokratana pagi ini. Ada Tay dan Pond juga yang baru turun, Pond mengecup singkat kening omeganya, "Aku ada rapat sampai siang, bekalnya kirimkan saja lewat supir, maaf sayang aku terburu," Pamit Pond dan menyapa Fourth sebentar, "Nikmati sarapanmu, nak! Maaf ayah sedag terburu, jika kau tidak sibuk, menginaplah dan bermain bersama Lego dan aku nanti malam!"

Gemini saja tidak disapa, Pond langsung pergi begitu saja tanpa menyap tamu lainnya. Atau mungkin satu-satunya tamu, Fourth sudah seperti penghuni rumah ini, menantu Phuwin dari putra sematawayangnya.

Lyn yang melihat itu cukup kesal, Fourth belum mengatakan apapun tetapi seluruh keluarga Gemini menetapkan atensi kepadanya.

Perseteruan dingin ini berlanjut, janji Fourth datang menemui New karena omega yang lebih tua ingin merangkai bunga bersama sambil mengobrol. Sudah lama New kesepian, sahabatnya sudah tiada, dan Phuwin sibuk di rumah sakit. Namun semenjak cucunya membawa Fourth ke rumah, New merasa lebih hidup. Makadari itu New sangat menyukai Fourth ketimbang Lyn yang selalu datang tanpa diundang.

***

"Apa ibumu tak pernah mengajarimu?! Berapa usiamu, hah?!" Sentak New kesal, emosinya akhir-akhir ini sulit dikontrol, "Merangkai bunga harusnya menjadi keahlian seorang omega, apalagi kau cicit raja! Harusnya kau bisa lebih baik daripada Fourth,"

"Grandpa, sudahlah..."

Mendengar omelan New, Lyn rasanya ingin menangis. Ibunya saja tidak pernah memegang jarum dan benang. Kekesalannya makin bertambah pada Fourth yang selalu mendapat pembelaan dari New.

Fourth mengamati, mungkin karena Lyn terlalu fokus pada Gemini, sehingga Lyn lupa jika Gemini memiliki keluarga yang katanya sulit didekati. Terutama Tay, pria paruh baya tersebut adalah orang terakhir yang tersenyum pada Fourth karena diancam oleh omeganya sendiri. Meskipun Tay orang pertama yang meminta Gemini mengirimkan lamaran kepada keluarga Fourth.

"Sudahlah, jika kau hanya mengacau, lebih baik kau kerjakan hal lain!"

New marah-marah pada Lyn, sebab gadis itu tidak bisa merangkai bunga bahkan pada pola yang paling sederhana. New mengira gadis sekasta Lyn harusnya lebih ahli ketimbang Fourth, nyatanya tidak.

"Opa!" Seorang gadis kecil berusia delapan tahun masuk ke dalam rumah Vihokratana, disusul kedua seorang pria di belakangnya.

New tersenyum cerah seketika, suasana hatinya membaik melihat gadis kecil tersebut, "Mikha!" Kemudian kakek dan cicit berpelukan erat.

Sementara pria di belakangnya terkekeh, lalu menyapa Phuwin di sebelahnya, "Aku kira kau lupa alamat rumah ini," Gerutu Phuwin.

"Mana mungkin aku lupa, phi? Keponakanku selalu merengek agar ia bisa mengunjungi paman Gemini-nya,"

Phuwin melihat Fourth dan Lyn mengamatinya, "Ah, Dunk perkenalkan ini Fourth, omeganya Gemi-"

"Gemini punya omega?! Akhirnya adikku!" Dunk heboh, ia langsung menghampiri Fourth yang tersenyum canggung, "Swasdee, Phi! Aku Fourth!"

Yang lebih tua mengulurkan tangannya, "Aku Dunk! Tetangga rumah ini, lebih tepatnya sih kakak tingkatnya Gemini di Matthayom," balas Dunk lalu duduk di hadapan Fourth yang sedang meleseh di atas karpet beludru "Aku sering menginap di sini dulu..." dan bla bla bla, Dunk berceloteh panjang dan langsung akrab dengan Fourth, mengabaikan Lyn yang duduk di dekatnya.

"Aku hampir dijodohkan dengan Gemini, tetapi aku hanya menganggap bocah itu seperti adikku sendiri, aku menolak,"

Binar Fourth meredup, haruskah Dunk mengatakan hal ini di depan omeganya Gemini? Meskipun belum ada kepastian diantara keduanya, tetap ada secuil rasa aneh dari diri Fourth.

"Ah! Lupakan!" Dunk menggenggam tangan Fourth, "Sekarang kau omeganya Gemini, aku menghormatimu sebagai itu, jangan pernah cemburu kepadaku, karena asal kau tahu, Gemini memperjuangkanmu sepenuh hatinya,"

Rasa bimbang sekaligus rasa bersalah bercampur menyeruak ke segala sisi ruang kosong di hati Fourth. Fakta yang Dunk beritahukan kepadanya menyadarkannya bahwa ia harus mengambil tindakan secepatnya terhadap hubungannya dengan Gemini.




















Bersambung

Rundung [GeminiFourth]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu