41

5.2K 560 27
                                    

Note : Fanfiction ini di tulis berdasarkan cerita fiksi, tidak ada kaitannya dengan idol real life!





"Hhaaaaaaahhhh"





Jungsoo dan Giselle langsung terbangun saat mendengar suara Winter. Winter terbangun dan benar saja ia langsung meminta selang di tangannya di lepaskan.





Ia meminta melihat Karina saat itu juga. Dokter meminta Winter beristirahat setidaknya sehari, namun pagi itu dua jam setelah sadar dan perdebatan, Winter akhirnya meminum obat pereda rasa sakit.





Winter langsung bergerak pelan menuju kamar Karina. Winter sudah berganti pakaian dengan pakaian yang cukup formal agar ia tidak dicurigai.




Winter berdiri di depan ruang rawat Karina mengintip Karina yang masih tertidur. Ibunya juga tertidur di sofa sedangkan Ningning sudah terbangun.





"Kalau gak bisa jangan di paksa" ucap Giselle.



Winter menggelengkan kepalanya dan langsung perlahan berjalan masuk. Taeyeon yang mendengar suara orang masuk langsung terbangun, ia menatap kaget mengapa putrinya ada di sini.




Winter meletakkan telunjuknya di depan bibirnya menyuruh ibunya untuk diam saja dan membiarkannya.




Winter peluk ibunya pelan, dengan perlahan Taeyeon memeluk putrinya pelan agar luka di perut Winter tidak tersentuh.



"Aku mau menjaga Jimin..." ucap Winter.




"Kamu harusnya istirahat, eomma disini menjaga Jimin dan bayi kalian" ucap Taeyeon.




"Aku tidak bisa tenang, aku harus berada di dekatnya. Dia pasti cari aku kan?" ucap Winter yang diangguki oleh Taeyeon karena memang kenyataannya begitu.




Karina merengek selalu menanyakan keberadaan Winter, meminta Taeyeon menghubungi Winter hanya sekedar ingin mendengar suara Winter.



"Tidurlah di kamarku dengan appa, aku akan kembali nanti.." ucap Winter.



Taeyeon akhirnya menurut dan perlahan keluar dari ruangan bersama Ningning walaupun hatinya was was dengan kondisi putrinya.



Winter perlahan berjalan kearah ranjang dan menatap wajah Karina yang tidak tenang. Wanita itu tidur dengan wajah yang seperti ketakutan.




Winter duduk di kursi sebelah ranjang dan ambil tangan Karina dan ia kecupi punggung tangan gadis itu..




"Maafin aku ya... aku gagal lagi buat dapatin keadilan..." ucap Winter.






"Minjeong-a?" Karina terbangun. Suara lembut Winter juga air mata Winter di punggung tangannya membangunkan dirinya.




"Hei, morning love..." ucap Winter.


"Morning, kamu gapapa?" tanya Karina mengusap pipi Winter menghapus air mata Winter.



"Aku yang harusnya tanya, kamu gapapa? maaf aku terlambat datang" ucap Winter.




"Aku takut..."


"Takut apa?"




"Takut kehilangan bayi kita, aku juga takut kamu terluka..." ucap Karina lemah.




Winter menggelengkan kepalanya dan ia bawa tangan Karina ke pipinya.




"Anak kita itu kuat, jadi kamu tenang ya?" ucap Winter. Karina mengangguk pelan, senyuman mulai mengembang di wajah Karina.




"Sini naiklah, aku mau di peluk" ucap Karina menepuk ranjang di sebelahnya.



"Apa tidak apa apa? nanti kamu sempit" ucap Winter. Karina langsung menggelengkan kepala cepat dan merentangkan kedua tangannya.




Winter akhirnya naik dan Karina langsung memeluk Winter erat dan memejamkan matanya saat Winter mengecup hidungnya.



Winter perlahan memindahkan tangan Karina dari pinggangnya saat ia merasakan perih saat tangan Karina menyentuh lukanya, namun perlahan ia bisa menahan rasa sakitnya.




Karina tarik tangan Winter untuk mengusap perutnya dan kembali memeluk erat Winter tidak mau berjauhan.





Winter tiba tiba menunduk memejamkan matanya membuat Karina terdiam. Ia berfikir apa yang di lakukan oleh Winter hingga ia tersenyum.


Saat Winter kembali membuka matanya, Karina menatap wajah Winter.


"Kamu gapapa?" tanya Karina.


"Aku berterima kasih pada Tuhan, masih menjaga kamu dan anak kita" ucap Winter.


"Apa kamu selalu melakukannya setiap pagi?" tanya Karina.



"Hmm?" kening Winter berkerut.


"Aku beberapa hari ini sering bangun pagi, dan merasakan kamu menyentuhku di pagi hari, setiap jam 5 pagi. Lalu aku dengar doamu untukku dan baby... sejak kapan kamu melakukan ini?" tanya Karina.




"Baru baru ini?" ucap Winter..


"Aku gatau kenapa, tapi aku rasa kamu bohong..." ucap Karina membuat Winter terkekeh pelan.





Winter tersenyum pelan dan menunduk hingga akhirnya ia hela nafasnya dan kembali menatap Karina..





"I wish you knew, how much I'm thinking about you..." ucap Winter.

"Aku selalu ngerasa kalau kamu meluk aku di motor, aku selalu ngerasa berdebar bahkan saat kamu gak ada disana.."




"I can feel you, even tho I haven't touch you.When you talk to me with that smile on your face, I can remember pretty much everything you said..."



"You're the everything I was made to believe was asking too much for, you're such a bless, aku gak tau apa yang sudah aku lakukan sampai Tuhan bisa membuat aku dicintai oleh kamu..."



"It means everything to me..." ucap Winter.



"Kalau kamu tanya sejak kapan..." Ucap Winter lagi lalu terkekeh.











"Sejak aku jatuh cinta sama kamu, kamu selalu masuk di dalam doaku. Jadi ingat, saat kamu jatuh, saat kamu merasa di bawah, kamu harus tau bahwa Tuhan selalu ada di sisimu, karena ada aku yang selalu mendoakan kamu dan memohon pada Tuhan, agar Ia tidak membiarkan kamu terjatuh..."













To be continued~



Terima kasih sudah membaca🙏🏻

I'm Sorry that I Love YouWhere stories live. Discover now