29. Dana: Project Forever

912 38 7
                                    

DANA
"Project Forever"

○●○

Oktober, Animation Film Festival

Gaun hijau emerald yang aku gunakan membuat lekuk tubuhku lebih curvy dari biasanya. Gaun tanpa lengan dengan tali tipis tersebut membuat bagian dadaku terlihat lebih mencolok juga. Aku selalu berusaha untuk tidak menunjukkannya karena payudaraku berubah setelah Lucy lahir.

Aku tidak menyalahkan siapapun, aku tidak akan pernah mengubah apa yang aku punya sekarang. Tubuhku bisa saja remuk, rusak, atau berdarah ... tapi apapun itu aku masih tetap ingin Lucy ada di hidupku.

Gaun panjang ini punya cela di bagian kaki kananku membuat pahaku terlihat setiap aku berjalan. Aku terlihat seksi setelah sekian tahun menutup seluruh tubuhku di kantor.

Semua ini mengingatkanku saat kuliah, dengan puluhan gaun dan pergi ke klub malam setiap hari. Aku selalu menyukai tubuhku, hanya saja sejak kehamilan aku harus mengubah perspektifnya menjadi perspektif yang lebih baru.

Dan aku menyukai diriku.

"Hei, kita harus berangkat." Finn menggumam di telinga, berjalan di belakangku sebelum menarik tali gaunku di punggung dan menalinya penuh konsentrasi.

Aku menjatuhkan kepalaku ke pundaknya, untuk pertama kali sejak lama aku merasa bebas dan tidak terluka. Semua urusan antara orang tuaku dan Robin memang akan selamanya membekas di dalam dada, aku juga tidak dapat mengubahnya, jadi yang aku lakukan sekarang hanya ... terus maju dan melakukan semua hal yang sebelumnya tidak berani aku lakukan.

Seperti menjalin hubungan dengan pria berengsek yang meluluhkan hatiku ini.

Aku memutar tubuh, meremas kalung pemberian Finn yang masih menempel di leherku sebelum kedua tanganku melingkar pada lehernya. "Hello, boyfriend."

Finn tersenyum kecil, menyibakkan rambut cokelatku ke balik telinga sebelum bibirnya menempel pada hidung. "Hello, girlfriend."

Tanganku turun ke kerah kemejanya, merapikannya sebentar sebelum mataku kembali memperhatikan wajahnya. "Apa kau gugup?"

Finn menggeleng. Ia menarik tanganku lembut sebelum mendudukkanku ke atas kasur kami. Ia menarik celananya sebelum berjongkok di hadapanku, mengambil sepatu hak tinggi yang masih ada di dalam boks sebelum memasangkannya ke kakiku.

"Kenapa gugup? Aku sudah bukan bagian dari perusahaan." Finn menali sepatu hakku, mengecup kecil kakiku dari betis ke lutut sebelum ia ganti memasang yang lain. Aku menahan napas, merasa geli setiap bibirnya menyentuh kulitku seperti itu meskipun ia sering melakukannya.

Aku memutar mata. "Kau masih harus berdiri di depan panggung bersama kami semua."

Finn mendesah pelan sebelum kembali berdiri, mengulurkan tangannya kepadaku sampai aku menerimanya. "Jadi?"

Aku tidak menjawab, memilih mengambil tas selempangku sebelum berdua keluar dari kamar.

Lucy sudah mengganti pakaiannya sebelumku. Ia masih menghabiskan waktu di ruang bermainnya setelah kami pindah ke rumah baru. Finn memberikan gadis itu banyak mainan sejak kami pindah. Gadis itu menghabiskan banyak waktu bermain di ruangan mainannya sampai ia seringkali lupa untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan makan.

"Aku bilang itu ide yang buruk." Aku menggumam di sebelah Finn yang terlihat bangga dengan ruangan ekstra di rumah baru kami itu. Aku pikir saat kami membeli rumahnya Finn akan menggunakan ruangan mainan Lucy untuk kantornya, ternyata aku salah.

Finn dan aku menghabiskan waktu banyak mengurus ruang bermain Lucy sebelum mengurus ruang lainnya. Sekarang masih ada boks-boks bertebaran di sembarang tempat, kebanyakan merupakan barangku dan Finn yang belum sempat kami tata.

Reverie's Project [END]Where stories live. Discover now