11. Dana: Project Intertwine

227 41 3
                                    

DANA
"Project Intertwine"

○●○

"Hei ... masih serak?" Aku mengelus kepala Lucy, mengecek kembali suhu tubuhnya sebelum kembali menyelimuti gadis tersebut kembali di atas kasur tidurnya. Gadis itu dengan sigap menggulung di balik selimut yang aku berikan kepadanya sambil menarik napas dalam-dalam.

Aku memeluk diriku sendiri, masih mengeratkan cardigan yang aku kenakan ke tubuh sekuat tenaga. Dinginnya ruangan membuatku kesulitan bernapas, juga bau obat dan infus yang bercampur membuat kepalaku berputar. Aku tidak ingin terus menerus berada di sini, aku tidak bisa melihat Lucy seperti ini.

Aku duduk di sebelah gadis tersebut, menyibakkan poni rambutnya yang menutupi wajah sebelum mengambil makan siang yang tersisa banyak di pangkuannya.

"Mau tidur lagi?" tanyaku sambil memiringkan kepala untuk berusaha menangkap wajahnya.

Lucy menggeleng lemas. Gadis itu menuding TV yang menempel di dinding sebelum menggoyang-goyangkan tanganku. Aku menyalakan kembali TV lalu kembali mengelus kepalanya.

"Istirahat lagi. Minum airnya juga, aku memperingatimu." Aku menyentil keningnya pelan sebelum beranjak dari kasur, tidak lupa tersenyum ke arahnya untuk meyakinkan gadis tersebut bahwa aku akan baik-baik saja.

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Aku harus kembali menyelesaikan rekap laporan proyek minggu sebelum menyerahkannya kepada direktur. Untungnya Kye sudah membantuku menyiapkan semuanya. Pria tersebut masih menghubungiku lewat ponsel meskipun aku memintanya untuk tenang karena sekarang akhir pekan.

Aku keluar dari kamar Lucy sebelum menyemprotkan sanitizer ke tangan dan juga melepas masker yang aku gunakan seharian penuh. Bau obat-obatan dan aerosol membuatku mengerjapkan mata beberapa kali. Di sebelah kamar Lucy ada ruang tunggu yang sepi, bahkan aku dapat meninggalkan laptopku yang masih menyala tanpa takut.

Aku duduk di kursi tunggu, meletakkan laptop pada paha dan mulai menyiapkan laporan yang belum selesai aku kerjakan sejak kemarin. Kopi yang aku beli di kafetaria sudah kembali dingin, aku ingin membuangnya tapi isinya masih tinggal setengah, jadi dengan paksa aku meneguk semuanya sampai mataku menyipit karena pahitnya.

"Manajer Hunt?"

Aku mengerjapkan kepala lalu mendongak ke sumber suara. Kye datang dengan tas laptop selempang di tangannya. Pria tersebut dengan canggung duduk di hadapanku sambil meletakkan laptop dan tumpukkan kertas penuh dengan gambar desain animasi kami ke atas meja.

"Hei ... maaf sudah mengganggu waktumu di akhir pekan, aku benar-benar tidak bisa berpikir jelas sekarang." Aku menarik wajahku ke bawah menggunakan kedua tangan sebelum meletakkan laptopku kembali ke atas meja.

"Tidak apa, aku tidak melakukan apa-apa di rumah." Kye menjawab sembari mengeluarkan semua kertas laporan yang aku berikan kepadanya. "Ini laporan Jumat kemarin, Manajer Rhodes membantu menandatangani laporan hariannya kepada Direktur Sanchez. Untuk laporan target mingguan masih belum selesai sebelumnya." Kye menyerahkan laporan hari Jumat lalu dengan cap tanda tangan Finn di bawahnya.

Aku menarik lembaran laporan dari karyawan dan laporan target minggu depan, masih banyak yang kosong karena aku masih belum sempat mengkurasi semuanya sejak kemarin. "Ugh ... Ya Tuhan." Aku melemparkan tubuh ke atas sofa sambil memijat kening. Mataku sudah bersumpah tidak dapat melihat lagi huruf-huruf dan angka yang ada di lembaran kertas tersebut.

Menarik dan menghembuskan napas beberapa kali, aku kembali bangkit dari sandaran sofa lalu kembali mengamati semua kertas laporan di hadapanku. "Apa target minggu ini terpenuhi?"

Reverie's Project [END]Where stories live. Discover now