28. Finn: Project Home

284 30 1
                                    

FINN
"Project Home"

○●○

September

Aku duduk di depan nisan ayah dan ibu. Buket bunga yang aku beli sudah tertata rapi di atas makam mereka.

Aku menghela napas. Surat peringatan keluar dari perusahaan sudah aku berikan kepada HR setelah mengerjakan semua tanggung jawabku di kantor. Aku melihat beberapa dari anggota HR yang terlihat syok saat membaca surat yang aku berikan kepada mereka. Aku masih menatap mereka datar, ingin keluar dari perusahaan tersebut secepatnya agar aku dapat mendedikasikan semuanya untuk bisnisku.

Tanganku mencabuti rumput panjang yang kering di sela-sela nisan, membuangnya ke sembarang arah sebelum aku berdiri dengan gontai.

Memasukkan kedua tangan ke dalam saku jas yang aku kenakan, aku berjalan menjauhi tempat pemakaman sebelum masuk ke dalam mobilku yang terparkir di pinggir jalan. Meremas setir aku menghembuskan napas dalam. Aku kembali merapikan jasku yang lecek akibat duduk di rerumputan, mengancing lengan jasku sebelum menyalakan mesin.

"Sudah siap?" tanya Dana yang mengenakan jas hampir sama denganku. Rambutnya tertata rapi dan riasan yang ia gunakan menyembunyikan kantung matanya.

"Ya. Kau?" Aku menarik tuas mobil, menekan gasnya sebelum kita berkendara lagi.

"Gugup."

"Kau akan baik-baik saja." Aku menyampaikan, mengelus tangannya yang ada di paha sebelum meremasnya.

Matahari sore di Los Angeles aku yakin masih dapat membunuh orang dengan cepat jika mereka berdiri di tengah jalan. Gas yang menguap dari mobil terlihat sangat jelas saat kita di tengah jalan. Ditambah lagi dengan banyaknya mobil yang saling membunyikan klakson bergantian, aku ingin terbang dari sini dan tinggal di kota lain.

Dana akan bersiap di pengadilan. Wanita itu menghabiskan waktu mengumpulkan semua bukti untuk memberikan kedua orang tuanya dan Robin sanksi atas apa yang mereka lakukan kepadanya.

Aku pikir setelah pengadilan Januari kemarin selesai, Dana sudah tidak lagi perlu lagi merasa buruk jika tidak melindungi Lucy, tapi ternyata aku salah. Semua hal yang ia katakan kepadaku membuatku positif bahwa orang-orang yang pernah ada di hidup wanita itu merupakan seorang psiko dan butuh pelatihan kesehatan mental.

Wanita itu mendorong dirinya lagi, dan lagi, dan lagi untuk membuktikan tuduhan yang ia berikan kepada orang tua dan mantan suaminya tersebut. Setelah menghabiskan banyak waktu berbicara dengan Anthony, aku rasa wanita itu semakin cepat dan tanggap dengan respon dan bukti yang harus ia siapkan.

Setelah berbulan-bulan, akhirnya pengadilan membuka permintaan kasus yang diberikan Anthony dan Dana. Aku dapat melihat Dana yang lega sekaligus khawatir saat mendengar kabarnya dari Anthony. Aku yang hanya bisa mendengarkan mereka tidak bisa membantu apa-apa.

Dengan keputusan yang terjadi nanti, kedua orang tua Dana akan mendapatkan sanksi dan surat peringatan, sementara Robin yang notabenya merupakan seorang terkenal juga wajib mengirim kompensasi atas apa yang terjadi dengan hubungan mereka. Anthony menjelaskan bahwa kasusnya akan lebih sulit diukur karena privasi Robin kini sebagian milik publik.

"Aku takut."

Aku mengecup punggung tangannya. "You shouldn't, karena kau pantas membalas apa yang mereka lakukan kepadamu selama ini."

Dana mengusap keningnya kesal. "Aku mendedikasikan hidupku untuk mencari semua bukti. Apa menurutmu aku sudah kelewatan dengan semua sanksi dan dendanya?"

Aku menggeleng. "Mereka keluargamu, mereka seharusnya bertindak sebagai keluarga, bukan orang gila yang memanfaatkan dan menggunjingmu saat kau ada di masa terendah." Aku kembali meremas setir, masih memikirkan semua hal yang orang tua dan Robin lakukan kepada Dana.

Reverie's Project [END]Where stories live. Discover now