10. Finn: Project Discussion

249 41 6
                                    

FINN
"Project Discussion"

○●○

Teriakan Dana dari speaker ponsel bagaikan alarm neraka bagiku.

Aku masih berbaring di atas kasur sambil memijat kening, menatap langit-langit kamar yang catnya mulai keropos sebelum mengernyit dan mengusap telinga yang tidak gatal.

Sudah sampai mana progres editingnya kemarin?

Aku menggeram sedikit, menoleh meja komputerku yang masih berserakan dengan kertas-kertas skrip penuh tinta coretan tadi malam, beberapa tampak tidak dapat dibaca. Apa yang aku lakukan tadi malam?

Anotasi animasi sangat mudah, kata mereka.

Aku akan meninju orang yang mengatakan hal itu kepadaku. Aku sudah terlalu muak mendengar orang-orang meremehkan pekerjaanku hanya karena aku bekerja di perusahaan studio animasi komersial. Mereka bilang animasi merupakan hal yang gampang, hanya gambar dan edit saja lalu publikasikan semena-mena. 

Lain kali aku akan menjajalkan kertas penuh anotasiku ke dalam mulut mereka agar mereka dapat berhenti berbicara. 

Aku mengusap kepala kasar, memilih berdiri dari kasur sebelum melenturkan tubuh sampai aku dapat mendengar persendianku berbunyi. Sangat beruntung aku dapat tidur selama empat jam sejak malam tadi. Biasanya aku bahkan tidak dapat menutup mata, rasanya bayangan deadline dan wajah Direktur Sanchez seakan menerorku setiap mataku berkedip.

Sekarang hari Sabtu.

Hah! Fuck the weekend.

Aku harus pergi bertemu dengan Adriana untuk membahas lebih lanjut mengenai pertemuan kami kemarin. 

Kemarin di kantor, Adriana mengatakan kepadaku bahwa ia menyadari kesalahan tim bagian efek saat ia mengarahkan film animasinya berdasarkan skripsi suara Ron Castello. Adriana mengatakan kepadaku bahwa tim kami—yang dibagi menjadi dua antara tim efek dan teknis dan tim pengurus studio—mulai kewalahan untuk mengerjakan tugas mereka.

Kabarnya ... skrip yang berisi sekitar delapan ratus halaman ini merupakan proyek besar pertama. Tidak ada manajer sebelumnya yang pernah mengajari dan menuntun mereka untuk menyelesaikan masalahnya.

Adriana dan aku menyimpulkan bahwa tim teknis kini sedang dilanda oleh dua problematika: satu, orang-orang ini tidak tahu apa yang mereka lakukan meskipun aku sudah mengirimi mereka jadwal dan target selesai proyeknya setiap hari. Dua, kami butuh lebih banyak tim untuk mengurus proyek besar ini.

"Finn ... aku boleh masuk?" Ketukan pintu di kamar sukses membuatku berhenti menata semua kertas yang ada di atas meja.

Wajah Morgan membuatku mengerjapkan mata beberapa kali. Wanita tersebut menyibakkan rambutnya ke belakang telinga sebelum tersenyum kecil di hadapanku. "Kate ingin mengajakmu piknik hari ini."

Aku berkacak pinggang di hadapannya, mengusap keningku yang mulai berkeringat sebelum melirik meja kerjaku yang berantakan. Tugasku masih belum selesai.

Tapi piknik dengan ibu.

Tapi harus bertemu Adriana untuk membahas kerja.

"Bagaimana? Jika kau mau, kita akan berangkat dalam setengah jam. Kami sudah mengemas sarapannya." Morgan masih tersenyum menunggu jawabanku.

Akhir pekan untuk liburan.

Tapi aku harus menuntaskan pekerjaannya agar tidak menghambat progres filmnya.

Aku akhirnya memilih untuk mengangguk. "Ya—uh ... aku akan menyusul di lantai bawah." Suaraku pecah, entah karena efek bangun tidur atau efek tekanan dari dada yang rasanya seperti balon yang ditiup sampai meledak.

Reverie's Project [END]Where stories live. Discover now