"Udah, bun." Anak itu menunjukkan sebuah surat yang baru didapatnya.

"Beneran nih yakin mau ikut? Ayah udah boleh pulang kok, gak akan capek nanti pas nyampe sana langsung pulang lagi? " tanya bundanya.

"Iya, aku mau tetep ikut. Gak capek kok... Kan nanti sekalian bantu-bantu beresin barang juga, bun."

Sebetulnya rencana yang dibuat kemarin-kemarin untuk hari ini adalah Putri mau ikut pergi menengok ayahnya di rumah sakit. Kebetulan di sekolahnya ada jadwal rapat orang tua murid. Dan kebetulannya lagi, ini hari jumat. Meski sekolah memberi embel-embel tetap wajib masuk sekolah, nyatanya tidak ada tanda tanda kegiatan belajar. Maka gadis itu memilih memanfaatkan waktunya dengan izin setengah hari.

"Iya ibu, silahkan. Ruangan rapat buat kelas 11 IPS 4 ada di lantai dua, nanti di ujung koridor disana ada tangga."

Bibirnya melengkung kan senyuman. Langkah kaki yang ringan itu pergi menghampiri sesosok penjaga gerbang sekolah saat ini.

"Kak Satria~"

"Halo Mput~" balasnya ramah. Kala itu, sang ketua OSIS tampak begitu rapih dengan jas OSIS-nya. Senyumnya tidak pernah hilang. Ia selalu siap membantu mengarahkan jalan menuju tujuan para orang tua. Jangan heran, sebutlah ini waktu kaum laki-laki bagian iri. Bila bukan orang tuanya yang bertanya, maka anaknya sendiri yang akan memberi tahu, 'Bu, yang barusan namanya Satria, 'Mah, itu Kak Satria yang suka aku ceritain. Satria, dan selalu Satria.

Siapa yang peduli? Gadis berambut sebahu itu juga pasti melakukan hal yang sama jika ia lebih berani.

"Hm? Apanih?" tanyanya selepas secarik kertas itu diperlihatkan.

"Mau ijin pulang duluan, hehe."

"Wah, mau kemana hayo~ ikut dong-- eh halo tante... "

"Halo... Yang tadi ya?"

Laki-laki itu mengangguk. "Iya, tante." Sayangnya basa basi lebih lamanya tidak sempat terjadi disana. Beberapa orang tua murid yang datang mengharuskan Satria untuk segera kembali menjalankan tugasnya. Sementara itu, ibu dan anak ini juga mesti pamit.

"Gapapa ya Putri nya dipinjem dulu, " ujar sang bunda.

"A-Ah iya tante, gapapa kok," balasnya canggung. "Put, hati-hati di jalan ya."

"Iya. Duluan ya kak, dadah!"

Sementara ibunya sudah pergi lebih dulu, kedua murid itu sama-sama melambaikan tangan.

Aduh, bunda, harus banget gitu pake kata dipinjem? Udah kayak barang aja.

Klek!

Safety belt kursi pengemudi sudah terpasang. Kini penumpang mobil itu siap pergi.

"Yang barusan itu temen kamu juga?"

"Iya. Ketua OSIS, bun."

"Oya? Relasi dibanding di SMP lebih luas disini berarti ya? Gitu dong, sekali-sekali temenannya sama ketua OSIS."

"Eum... Ini juga faktor dikenalin Theo sih, " ujarnya yang diam-diam agak meringis mengingat kejadian lalu bersama kakak kelasnya itu.

Yah, seenggaknya dari insiden sweater itu bisa bikin Kak Satria jadi temen.

"Tadi waktu bunda mau nyari kelas kamu pas selesai rapat, tiba-tiba ketemu dia."

Dari kursi belakang, gadis itu menoleh ke kaca spion dalam. "Oya?"

"Iya. Lagi cuci tangan di wastafel deket aula. Pas dia liat bunda langsung bilang gini, 'eh tante, nyari Putri ya?' Kelasnya ada di lantai tiga sebelah kiri."

Dear You [TXT fanfict]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt