37. Rapor Calon Mantu Bunda

36 9 0
                                    

Setelah Taxi yang dikendarai Tissa dan adiknya sudah melaju cukup jauh, namun Kendra dan Ale masih belum beranjak dari tempatnya. “Kalau lo gak yakin, jangan pernah berusaha buat seolah-olah lo ngasih dia harapan.” Ucap Ale sambil menatap ke arah Kendra yang kini juga menatapnya.

“Jangan buat dia bingung atas perlakuan lo.”

“Kemarin gue kasar ke dia salah dan sekarang gue baik ke dia juga salah?” Setelah mengatakan itu Kendra beranjak pergi meninggalkan Ale yang hanya menatapnya.


*****
Tibalah hari yang paling ditunggu sekaligus paling menegangkan bagi para anak sekolahan, termasuk para siswa siswi SMA Mentaris. Dimana hari ini adalah hari penerimaan rapor sekaligus pengumuman peringkat prestasi siswa siswi yang dihadiri oleh para wali murid untuk mengambil rapor putra putri mereka masing-masing.

“Jantung gue dari tadi pagi gak tenang banget jedag jedug jedag jedug anjir.” Ucap Ciko. Kali ini Kendra dan kawan-kawannya sedang berada di bawah pohon dekat lapangan untuk sambil menuggu kedatangan kedua orang tua masing-masing.

“Kalau gak jedag jedug mati lo.” Saut Ale.

“Mulut lo kalau ngomong di filter dulu kek. Maksud gue tuh gue gak tenang karena emak gue mau ambil rapor gue.”

“Lo pikir Cuma nyokap lo doang yang ambil rapor hah?” Saut Dion.

“Duh takut gue, tiap pulang ambil rapor pasti emak gue dakwahin gue tiga hari berturut-turut. Semester ganjil lalu aja uang saku gue sampai didiscount gede gedean sama emak gue.”

“Nilai lo semester kemarin emang parah banget sih” Pasti Dion.

“Bukan cuma parah, tapi miris banget udah. Dia di bawah gue.” Saut Ale.

“HEH kita Cuma beda 2 point doang ye Nyet.” Bela Ciko yang merasa kesal dengan ucapan Ale yang terkesan sombong padahal nilai mereka hanya terpaut tipis.

“ya kan gue bener? Masih tinggi gue kan?.”

“Iye iyeee. Gue berdoa semoga nilai gue sekarang lebih bagus dari kemarin biar uang saku gue utuh kembali.” Doa Ciko serius.

“Alah mau uang saku lo utuh atau enggak, tiap hari juga lo dapet traktiran.” Saut Ale.

“Inilah salah satu keberuntungan gue punya temen sultan modelan Kendra, Dion sama Alex yang sangatlah dermawan memberi traktiran everyday.” Memang benar jika ketiganya sangat sering mentraktir secara bergantian.

“Tapi gue heran, Alex kan kembaran lo. Tapi kenapa dia lebih sultan dari pada lo?” Kini Ciko menanyakan hal yang mungkin akan membuatnya mendapat masalah.

“Maksud lo gue kismin gitu?! Hah?!!” Sentak Ale.

“Gue gak bilang gitu, maksud gue lo itu sultan tapi kenapa vibesnya lebih sultannan Alex ya? Dia selalu jajanin gue hampir tiap hari.”

“Bener-bener gak tau diri lo ya? Cuma dijajanin makanan kantin tiap hari aja lo udah berani banding-bandingin gue sama dia. Heh yang sering jajanin lo Album dan seperangkat alat kpop yang harganya lebih dari jajanan kantin lo pikir siapa? Alex atau Bapak Jokowi?!” Ale mulai kesal dengan sahabatnya ini, bisa-bisanya kebaikan dia dilupakan begitu saja oleh Ciko.

“Ehehehe canda gue aelah, kalau gini kan lo ngoceh lagi gak diem mulu kek kemarin-kemarin bosen gue liat lo kek orang bisu. Mending gini lo ngomel-ngomel.” Ucap Ciko.

“Sini gak lo!” Pinta Ale pada Ciko, melihat bahwa dirinya terancam segera Ciko mencari perlindungan di belakang Dion. “Heh sini lo gak usah ngumpet lo ye.”

“Bercanda gue le bercanda!” Dion yang sudah jengah akhirnya ia menyeret Ciko dan memberikannya pada Ale. Terjadilah aksi dimana Ale mempiting atau mengapit leher Ciko dengan salah satu lengannya.

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang