2. Sekilas

86 5 3
                                    

Tissa berjalan menuju taman belakang sekolah. Ini tempat favorit nya, hembusan angin yang menerpa wajahnya memberikan ketenangan baginya. Aura kecantikan Tissa pun semakin bertambah ketika angin menerpa rambut indahnya.

Banyak laki-laki yang melihat Tissa dan terpesona dengan kecantikannya. Ya memang Tissa adalah salah satu cewek tercantik disekolah ini walaupun ada beberapa minus dari sifatnya.

Tissa mengambil Handphone yang ada di sakunya, dan mencari nomor seseorang.

"Hallo. Kenapa sa?"

"Seperti biasa"

"Owh siap, besok jadwalnya start jam 7 malam"

"Berapa?"

"Lumayan sih, 10 juta. Mau gk Lo?"

"Okey"

"Uang Lo kemarin udah abis sa?"

"Masih, tapi gue lagi butuh uang lebih"

"Kali ini buat apa?"

"Ck cerewet banget sih Lo!"

"Yaelah tanya doang bestiee"

Tissa langsung mematikan sambungan telepon nya secara sepihak. Mata Tissa menyusuri setiap sudut taman, melihat beberapa siswa siswi dengan kesibukannya masing-masing.

Tissa berdecak malas ketika memergoki, ada beberapa cowok yang melihatnya tanpa berkedip. Dia paling malas jika ditatap oleh cowok, kecuali cowok yang dia suka.

"Apa Lo liatin gue!? Mau gue colok mata Lo!!?"

Gerombolan cowok tersebut langsung mengalihkan pandangan mereka, karena mereka takut jika Tissa murka. Mengingat dulu Tissa pernah memukuli cowok sampai kritis, ketika cowok tersebut dengan lancangnya memegang tangannya.

Tissa bukan cewek alim, tapi dia tidak suka ditatap maupun dipegang oleh cowok yang bukan dia suka. Dia bisa murka akan hal itu.

Nah, ada yg sama gak kayak Tissa?

Bela diri Tissa tidak diragukan lagi, setiap ada lomba bela diri, Tissa selalu menjadi wakil sekolah dan selalu membawa penghargaan. Ya setidaknya itu yang bisa sekolah banggakan darinya. Oleh karena itu senakal apapun Tissa, sekolah tidak akan mengeluarkannya karena Tissa bisa dibilang aset bagi sekolah dalam hal bela diri cabang cewek. Dan selama ini untuk cabang bela diri cowok ada Alex yang mewakili.

Tissa memejamkan matanya sebentar untuk menenangkan pikiran. Sampai akhirnya ia mendengar ada suara riuh yang mengganggu ketenangannya.

Tissa menajamkan penglihatannya pada jajaran cewek-cewek SMA Mentaris yang dengan hebohnya menyoraki sesuatu dengan penuh kekaguman...

"Ck, apaan sih!?"

Sampai akhirnya pandangannya mendapati sosok yang menjadi pusat kehebohan tersebut, lebih tepatnya gerombolan pria yang baru saja memasuki taman belakang sekolah.

Salah satu dari pria ituuu.....?? yah dia kenal. Itu Kendra.

Sudut bibir Tissa terangkat sedikit ketika mengetahui bahwa pria yang di temui tadi pagi tertangkap oleh retina matanya.

Tissa hanya melihatnya dari jauh, dia sedang mode mager untuk menghampiri nya. Tapi Tissa tau jika Kendra mengetahui keberadaan nya. Karena tadi tatapan mereka berdua sempat bertemu sekilas.

Kendra bersama dengan Dion, Ciko, Ale dan Alex. Mereka sudah saling kenal sejak lama lebih tepatnya sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Mereka terpisah dengan Kendra sejak SMA, ketika Kendra dikirim ke rumah sang nenek untuk menemani sang nenek. Namun tak lama nenek Kendra meninggal sehingga Kendra kembali lagi tinggal bersama papa dan bundanya. Begitupun dengan sekolah Kendra juga ikut pindah di sini. Akhirnya bertemulah mereka setelah 1 tahun terpisah.

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang