Laki-laki itu memakai topi koboi dengan gagahnya. Mirip seperti seorang pengembala. Yang tentunya, pengembala cinta. Di sisi kanan kirinya, dua manusia berperan aktif membawakan balon berwarna-warni. Buket bunga juga diangkatnya tinggi-tinggi seperti baru saja mendapatkan trofi.

Yang Jingga pikirkan pertama kali adalah,

Siapa yang ulang tahun?

Adakah pesta pernikahan di sini?

"Keenan sama Kenzo kayaknya emang beda gen gitu nggak sih?" celetuk Cahaya asal. Jingga yang belum menyadari jikalau sang koboi itu adalah Kenzo malah tidak menanggapi.

"Siapa itu?" tanya Jingga heran.

"Kak Kenzo. Palingan juga mau nyatain perasaan. Pantang menyerah sebelum hati pasrah. Yang paling buat gue penasaran adalah, sebenarnya yang anak pungut itu Kenzo atau Keenan dah? Sudah beda dimensi soalnya ... Agak lain kakak beradik yang satu ini," ungkap Cahaya sembari mengangkat satu alisnya. Dapat dipastikan, bom atom akan meledak sebentar lagi. Rekor terbaik dunia.

"Mau ke sana Ga?"

"Ngapain? Di sini juga kelihatan."

"Enggak seru kalau nggak ditolak. Cuma memastikan aja," cengir Cahaya tanpa dosa. Tanpa banyak kata, Cahaya sudah melenggang pergi ke arah kerumunan sana.

"Maukah memberi kesempatan sekali lagi saja, Saya benar-benar suka padamu, Bunga ... Maukah, kamu jadi pacar Saya?" tanya Kenzo dengan wajah serius.

"Kalau kamu jawab tidak, maka sudah pasti jawabannya iya. Tapi, kalau kamu jawab iya maka jawabannya tetap iya. Kesimpulannya, Saya tidak menerima penolakan," kata Kenzo sembari bertekuk berlutut di hadapan Bunga. Bagi sebagian orang mungkin akan senang tidak karuan, tapi bagi sebagiannya yang lain akan membuat hati tidak begitu mengenakkan.

"Jangan seperti ini Kenzo," pinta Bunga menyuruh Kenzo kembali berdiri. Dan, detik selanjutnya Kenzo menuruti. Memilih untuk berdiri kembali. Atensi Bunga malah mengarah ke kanan dan kiri. Raut wajahnya gelisah. Seolah sedang mencari kata-kata yang pantas untuk dikeluarkan.

"Aku juga suka kamu Ken—"

Terompet dibunyikan. Bahan peledak seperti party popper ditembakkan. Padahal, Bunga belum sempat menjawab sepenuhnya. Sorot mata Kenzo kini berbinar. Suara tepuk tangan juga turut ikut merayakan. Beberapa penjaga kantin bergabung, untuk melihat tingkah konyol para remaja tanggung.

"Jadi, sekarang kita pacaran?" tanya Kenzo dengan mata sedikit berkaca-kaca. Setelah sekian lamanya penantian jawaban yang diharapkan, setelah ditolaknya bulan lalu, dan setelah dirinya mendapatkan anugerah dari sang pencipta langit dan bumi. Kini, Kenzo tidak perlu meminta doa lagi.

Bunga menggeleng cepat, Kenzo malah terperanjat bingung.

"Maksudnya, aku memang suka kamu. Tapi, dalam artian ... Sebagai teman."

Hening melanda tiba-tiba. Tidak ada yang berani bersuara. Raut wajah Kenzo seperti dihantam oleh bongkahan es dari kutub selatan. Mendadak tidak berekspresi. Bunga membungkukkan punggung, lagi-lagi menolak secara halus.

"Huuuuuuuuu ... enggak asyik!"

"Sesuai harapan netizen."

JINGGA [Completed]Where stories live. Discover now