BAGIAN 11

105 25 3
                                    

Informasi yang baru saja didapatkan terlalu membuat seorang Jingga mendadak dilanda kekosongan. Sudah kesiangan bangun pagi, terlambat masuk kelas, bekal makanan lupa dibawa, juga mendapatkan informasi yang tidak kalah mengejutkan dua kali. Sepagi ini, masalah sering kali datang tanpa diminta, mana bertubi-tubi tanpa memberikan solusi. Jingga manatap nanar ke arah luar kelas. Seakan-akan ada sesuatu yang lebih menarik perhatian dari kalimat-kalimat Cahaya yang tengah mengalir. Kepalanya masih terasa pusing dan napasnya juga terdengar tidak teratur lantaran harus lari pagi mengejar waktu.

"Intinya gitu Ga, tamatlah riwayat lo!"

"Palingan cuma numpang," seru Jingga berusaha tenang. Gadis itu akhirnya memilih mengabaikan omong kosong Cahaya yang hampir sedikit gila.

"Kalau nggak percaya yaudah, orang gue liat sendiri pas lewat gerbang depan," ketus Cahaya meninggalkan Jingga yang malah memilih untuk menenggelamkan wajahnya di kedua tangan. Gadis itu masih kelelahan. Tidak ambil pusing dengan Cahaya yang keluar tanpa mengajaknya. Entah, gadis itu akan melangkah kemana.

Lagian, Kak Bunga kan sudah punya pacar. Lagipula, Kak Ditya juga orangnya ramah. Sesekali, mereka bertemu di jalan. Dan, Kak Bunga tanpa sengaja ingin menumpang. Ini baru masuk akal.

"Nan, boleh liat PR lo nggak? Semalem di rumah gue mati lampu," Surya berkata seakan-akan benar. Keenan memang tidak percaya, tapi mau tidak mau dia sering kali tidak peduli akan hasil usahanya akan dicontek orang lain atau tidak. Jadilah, dengan sukarela teman sekelasnya tidak tahu malu akan berbondong-bondong menuju ke arah mejanya. Demi contekan gratis tanpa khawatir salah sasaran.

"Nan, gue juga dong. Otak gue nggak bisa nampung kalau di mata pelajaran hitungan."

"Terus, lo bisanya di mata pelajaran apa?" tanya Surya mengangkat satu alisnya. "Cuma Olahraga."

"Kalau gue jadi Keenan, gue bakalan pelit sih."

"Lo sendiri malah nyontek dodol!" tegas Surya membahana. "Ya kan, kalau misalkan..."

Keenan menyenderkan punggungnya di kursi, setengah wajahnya memutar sedikit ke samping, dilihatnya Jingga yang tengah pulas tertidur. Yang sebenarnya, gadis itu hanya memejamkan matanya. Bersikap tidak peduli akan suara bising yang tidak jauh di sampingnya. "Nan! Ini kok hasilnya bisa jadi dua puluh lima ya? Padahal gue semalam cari-cari hasilnya dua puluh," komentar salah satu siswa bertubuh gempal.

"Kok bisa?" Surya ikut-ikutan memeriksa dan malah menyalahkan jawaban milik Keenan.

"Bener nih Nan, kayaknya lo keliru."

Jingga sudah tidak tahan dengan ocehan di sampingnya, dengan gerak cepat mengambil buku milik Keenan dan segera menyembunyikan di balik mejanya. "Ga! Balikin bukunya!" teriak Surya.

"Gue pinjam!" tekan Jingga. Keenan yang masih duduk di tempatnya mulai keheranan. Baru kali ini Jingga mau menyalin jawaban miliknya. Biasanya, gadis itu acuh tak acuh saja. "Gantian lah!"

"Gue bayar!" ketus Jingga.

Pasalnya, gadis itu telah menyelesaikan tugasnya. Jingga hanya merasa terganggu dengan komentar mereka yang tidak nyaman didengar di telinga. Sudah mencontek, berkomentar pula. Kurang apalagi coba? Yang membuat Jingga heran, mengapa sang pemilik malah diam saja?

"Nan, mau dibayar berapa? Seratus ribu cukup nggak?" gurau Jingga. Surya dan segerombolan siswa melototkan matanya.

"Dibayar cintamu dong, Mbak!"

JINGGA [Completed]Where stories live. Discover now