21. MERAYU PAK GURU

Mulai dari awal
                                    

"Buktikan!" Bamantara ingin Nur mencium bibirnya.

"Pak ... banyak orang," tolak Nur gemetaran di lorong sekolah.

"Bapak lagi?!" Bamantara emosi.

"Sayang ... banyak orang. Nanti saja di tempat tersembunyi. Ok?" Nur benar-benar kacau ditekan Bamantara. Seumur-umur baru ini dirinya merayu seorang pria. Meski suaminya sendiri, tetap saja Bamantara adalah gurunya di sekolah.

Bamantara mengajar di sekolah tersebut tepat saat Nur dikatakan akan pindah ke sekolah tersebut oleh keluarga besarnya di Malaysia.

"Baiklah! Aku tunggu janjimu!" Bamantara berseru setelahnya menuju ruangan yang mana disediakan oleh pihak sekolah untuknya.

Nur menghela nafas lega tapi itu tak berlangsung lama, tatapan sinis beberapa murid terus mengikutinya seolah tak mau lepas.

***

Jam sebelas para murid pria di kelas Nur bersiap tanding basket. Kebetulan kelas tiga diistirahatkan semua sebab murid wanita wajib menyemangati teman prianya. Dengan berperan sebagai pemandu sorak atau cheerleader.

Untuk yang tidak jadi pemandu sorak menjadi penonton di lapangan berteriak memanggil pemain basket kesayangan masing-masing.

Pertandingan basket tersebut diadakan antar kelas hingga penyemangatnya pun banyak. Khusus kelas tiga SMA sebab meski kelas tiga, muridnya dibagi menjadi delapan kelas. Sementara setiap kelas ada grup basketnya masing-masing.

Yang menjadi permasalahan, salah satu pemandu sorak di kelas Nur izin tidak masuk sekolah karena sakit. Nur yang biasanya diam lantaran anak baru, ditugaskan ikut meski sudah menolak berkali-kali.

"Jangan sok cantik! Kau harus ikut untuk menyemangati murid pria di kelas ini. Primus sebentar lagi akan tanding maka cepatlah ganti pakaian. Dasar sok cantik!" Sinta melempar baju cheerleader ke arah Nur.

Nur yang tidak tahu menahu tentang cheerleader, begitu saja menerima baju dari Sinta. Selama menempuh pendidikan, ini pertama kalinya Nur jadi cheerleader. Malu tentu saja! Tapi dihadapkan dengan keegoisan teman-teman kelasnya, Nur tak bisa berkutik.

"Mama ... bagaimana ini? Nur tidak bisa menari atau apapun itu tentang cheerleader. Terlebih lagi! Pakaian ini seksi. Masalah kedua ... ada Pak Bamantara di sana! Pasti akan bertambah murka." Nur benar-benar ingin rasanya mengulang waktu agar tidak masuk sekolah hari ini. Benar-benar tak bisa berbuat apa-apa dengan situasi saat ini.

Ada Primus yang jadi alasan kemarahan Bamantara. Sedangkan dirinya?! Menyemangati Primus dengan dandan seksi.

"Apa yang akan dipikirkan Pak Bamantara nanti?!" keluh Nur frustasi.

Pakaian yang akan ia kenakan adalah rok mini yang panjangnya di atas lutut warna merah. Sedang atasannya tanpa lengan dengan belahan bentuk segitiga di bagian dada. Warna merah pula.

Tak bisa berkata-kata Nur memandangi seragamnya. Belum sepatunya yang ada hak tinggi di bawah bagian belakang. Kemungkinan menawan bagi sebagian orang tapi tidak untuk Noor Dina Asikin. Tidak!

"Hei! Apakah kau tidak bisa cepat sedikit?! Pertandingan sebentar lagi dimulai!" Rena membentak Nur.

Anita yang ingin balas dendam pada Sinta dan Rena, menarik Nur untuk dia dandani. "Aku akan membantumu memakai seragam. Juga berdandan. Sekaligus mengajari cara kau menari di lapangan nanti mengikuti anak pemandu sorak lain. Kebetulan aku ketuanya," jelas Anita. Ingin membuat Nur jadi bintang sekolah di pertandingan kali ini mengalahkan Sinta dan Rena.

Anita sendiri tidak terlalu suka menarik perhatian sebab cintanya hanya ada di Bamantara Putra. Meski tidak mendapatkan balasan, Anita tidak gila seperti Rena dan Sinta. Gadis itu memang cenderung berubah-ubah moodnya. Kadang ingin kadang tidak. Tentang suatu hal yang kapan saja bisa jadi kemauannya.

"Ganti pakaianmu, Nur." Anita meminta Nur berganti pakaian di ruang ganti.

"Tapi ... " Nur masih berat hati.

"Cepatlah! Pertandingan sebentar lagi akan dimulai." Anita tidak mau menunda waktu. Setelahnya tegas menatap Sinta dan Rena.

"Kalian pergilah dan tunggu di lapangan!" Anita meminta pergi Rena dan Sinta hingga kedua gadis itu pun mendengus benci meninggalkan Nur sendirian dengan Anita.

"Dia pikir dia siapa? Hanya ketua regu cheerleader saja berlagak!" maki Sinta. Rena menenangkan sahabatnya dan menyusun rencana untuk mempermalukan Nur nantinya.

"Apa kau tidak dengar?! Lekas ganti pakaian!" marah Anita tidak sabar.

Nur yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi, masuk ruang ganti dan mengganti pakaiannya dengan seragam cheerleader. Begitu seksi, imut tapi masih tampak sopan sebab pihak sekolah juga tidak akan membiarkan muridnya berpakaian terbuka. Hanya saja terlalu seksi untuk Nur yang pendiam.

Setelah berganti pakaian, Anita kaget mendapati Nur ternyata sangat cantik. Tidak heran jika Bamantara mau didekati olehnya. "Rupanya selama ini kau bersembunyi, Nur. Aslinya cantik tapi berdandan jelek," pikir Anita. "Kemarilah!" Anita meminta Nur duduk di kursi.

Tak lama kemudian, Anita menguncir rambut Nur agak tinggi ke atas hingga leher Nur yang jenjang tampak menawan menurut Anita. "Aku yang seorang wanita saja suka bagaimana para pria. Sinta ... Kau akan kalah pesona dengan Nur," batin Anita tak sabar ingin melihat Sinta marah disaingi oleh Nur kecantikannya.

Menurut Anita jauh lebih cantik Nur dibandingkan Sinta bahkan Jelita. Rena masih tidak ada apa-apanya dibandingkan Noor Dina Asikin.

"Apa ini tidak terlalu seksi?" Nur cemas menatap Anita.

"Tidak. Kau sangat cantik. Tanpa perlu berdandan kau memang aslinya cantik," puji Anita.

"Benarkah? Terima kasih," lirih Nur tidak ada kebahagiaan sama sekali dipuji Anita. Yang ada nyalinya makin menciut menghadapi Bamantara Putra nantinya. Pesona Primus sudah tidak ada di otak Nur. Terlalu takut pada hal yang akan terjadi ke depannya.

"Pakai sepatu ini setelahnya akan aku ajari gerakan pemandu sorak di regu kami." Anita meminta Nur ganti sepatu sedang dirinya sendiri mengajari Nur cara menari, yel-yel juga gerakan-gerakan lain yang diperlukan di lapangan basket.

"Bagus. Kau mendengarnya dengan baik, Nur. Jadilah bintang sekolah yang sesungguhnya!" Semangat Anita.

Nur diam saja sebab bukannya semangat sama sekali yang ada malah takut. Anita berganti pakaian dan puas melihat Nur tampak menawan mengenakan seragam cheerleader dengan rambut di-kuncir ke atas memperlihatkan badannya yang langsing dan menarik.

Tadinya akan Anita dandani muka Nur tapi melihat kecantikan alami milik Nur, tidak jadi dan malah lebih manis seperti ini menurut Anita.

"Ayo!" ajak Anita menarik tangan Nur.

"Aku malu, Anita." Nur semakin gelisah menatap Anita.

"Malu apa?! Kau sangat cantik, Nur. Sungguh!" Anita tidak memedulikan ketakutan Nur dan terus menarik tangan Nur menuju lapangan tempat anak-anak pria tanding basket antar kelas.

Gema suara para penonton semakin menciutkan nyali Nur. Rupanya kelas lain mulai beristirahat dan berbondong-bondong menyaksikan pertandingan.

***

SELENGKAPNYA BISA KALIAN BACA DI APLIKASI: KARYA KARSA. Nama pena Dilla909.

Judul : KESAYANGAN GURU BAMANTARA.

THANKS, ALL ....

KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang