17. KE HOTEL

2.2K 40 5
                                    

Jam sepuluh malam di hotel terbaik salah satu kota Jakarta.

Ani, Sabaruddin dan Mohamad bersitegang di hotel. Mereka berbeda pendapat mengenai Nur. Ani meminta anaknya tetap sekolah di Indonesia sementara Mohamad dan Sabarudin menolak. Tidak mau Nur dekat dengan Bamantara lagi.

Sedangkan Ani menginginkan Nur tetap tinggal sebab sekolahnya hanya tinggal dua bulan. Setelah lulus baru pindah ke Malaysia menurut Ani. Agar tidak buang-buang biaya.

Nur yang mendengar ibunya berteriak-teriak pada ayah dan kakeknya, jadi serba salah dan merasa bersalah. Tidak sedikit biaya perpindahannya ke negara Indonesia. Akan tetapi melihat sikap Bamantara dan Jelita, Nur jadi ragu mau menyetujui usulan ibunya. Kini Nur bimbang hingga yang ia lakukan cuma diam.

"Apapun yang terjadi aku ingin Nur melanjutkan sekolahnya di sini, Ayah. Bertengkar dengan Bamantara bukan berarti dia memutus sekolahnya, bukan. Tidak murah mengurus biaya Nur dari Malaysia ke sini. Toh hanya tinggal dua bulan saja dia sekolah. Setelahnya bisa kuliah dan pindah ke Malaysia. Sabarlah!" Ani marah sebab tidak ingin Nur pindah sekolah.

"Jadi kau ingin anakmu mati di sini, Ani?! Ada Jelita yang siap menyakiti Nur kapan saja. Kau harus membuka mata lebar-lebar, Ani!" Sabaruddin emosi.

"Ayah! Aku sangat menyayangi Nur. Namun, bukan berarti harus menyetujui semua keinginannya, bukan? Dia harus dewasa. Bertengkar dengan suaminya silahkan saja. Mau cerai juga terserah! Tapi jika ingin putus sekolah atau pindah! Aku tidak setuju! Aku ibunya jadi berhak mengatur Nur." Ani tetap keras kepala ingin Nur tinggal di Indonesia.

"Ma, tenanglah. Tidak masalah Nur tinggal di Indonesia. Mama benar. Biaya perpindahan dari Malaysia ke Indonesia tidak murah. Tidak masalah sekolah di sini asal setelah lulus bisa pindah ke Malaysia. Terpenting! Tidak menjadi istrinya Pak Bamantara Putra." Nur menyetujui usulan ibunya. Merasa apa salahnya tinggal dua bulan saja. Toh dirinya sudah cerai dengan Bamantara Putra.

"Nak, tidak usah mendengarkan ucapan ibumu. Jika tidak betah ... kau bisa pindah ke Malaysia. Persetan dengan biaya mahal! Yang pasti anak Ayah harus baik-baik saja atau bahagia." Mohamad menenangkan anaknya.

"Tidak, Ayah. Nur tetap ingin di sini menyelesaikan sekolah. Tidak usah sewa rumah cukup kost saja Nur sudah bahagia," jelas Nur tidak mau merepotkan kedua orangtuanya.

"Jika demikian ... Kakek akan tinggal di sini saja menemani kau, Nak." Sabaruddin menatap cucunya penuh sayang.

"Tidak, Ayah. Ayah akan pulang ke Malaysia bersama Ani dan Mas Mohamad. Jika di sini! Nur akan kesusahan merawat Kakek jika ada apa-apa nanti. Izinkan cucu kesayanganmu itu fokus menimba ilmu di sini. Jangan membebani Nur, Kakek." Ani menolak keinginan ayahnya.

"Kalian berdua memang tidak sayang pada Nur. Sudah tahu anak berada dalam masalah! Tapi masih saja dipaksa tinggal di Indonesia. Heran!" Sabaruddin menatap Ani dan Mohamad kesal.

Nur diam saja tidak berani membantah ucapan ibunya.

"Sudahlah! Kembali ke kamarmu, Nak. Kakek, Mama dan ayahmu akan tidur di sini!" Ani meminta anaknya pergi. Disewakan kamar hotel sendiri takut barangkali saja anaknya mau menangis tapi malu jika satu kamar dengan keluarga sendiri.

"Iya, Ma." Nur agak kecewa mendengar keputusan ibunya. Lamun juga kasihan jika hanya dua bulan lagi dirinya sekolah, harus keluar dengan alasan benci dengan Bamantara Putra.

***

"Jadi bagaimana, Dok? Mamanya Jelita baik-baik saja?" Bamantara cemas menanti penjelasan Bu Dokter.

"Beliau terlalu terkejut, Tuan. Hal yang akhirnya membuat Nyonya Jeni pingsan. Jadi ... untuk sementara ini jangan buat beliau kepikiran." Dokter menerangkan.

KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22+)Where stories live. Discover now