13. MELAWAN JELITA

1.1K 34 1
                                    

"Buka mulut, Nur!" pinta Bamantara sebab dokter ingin meneteskan obat tetes mulut ke mulut Nur.

"Iya." Nur membuka mulutnya sedang pak dokter langsung meneteskan obat tersebut padanya. Nur kesakitan terlihat dari cara dia menggenggam kuat-kuat tangan Bamantara Putra.

"Tahan sebentar, Sayang. Sebentar saja." Bamantara memeluk sayang istrinya. "Kira-kira berapa hari lagi istriku akan sembuh, Yan?" Sangat serius, Bamantara menatap Yanuar. Dokter pribadi keluarga Bamantara Putra.

"Kurang lebih tiga harian, Tara. Jika obatnya cocok, sore nanti juga akan sembuh. Bisa digunakan makan tanpa rasa sakit." Yanuar menjelaskan pada Bamantara.

"Kenapa lama sekali?! Tidak adakah obat yang langsung sembuh?" oceh Bamantara tidak tega melihat istrinya kesakitan.

"Tidak. Sebab luka di mulut istrimu sangat parah, Tara. Seperti diremas dan disobek dengan sengaja. Aku bisa melihat itu luka buatan dan bukan sariawan. Lidah ada lima goresan merah, gusinya lebih banyak tapi lebih parah bagian belakang bibir atas dan bawah. Langit-langit mulutnya ada sekitar enam luka. Hebat jika dia bisa makan dan berbicara seperti ini. Pasien lain mungkin akan diam." Yanuar heran. "Apakah kau habis ditonjok oleh seseorang, Nona Nur?" Yanuar penasaran menatap Nur.

"T-tidak." Nur menggeleng.

"Baiklah. Sekarang biar aku periksa bagian badan. Kata suamimu badanmu memar." Yanuar melanjutkan tugasnya memeriksa badan Nur.

"Tapi ... " Nur malu jika harus membuka baju di depan pria lain.

"Tidak masalah, Sayang. Buka saja. Demi kesehatan kau harus diperiksa secara menyeluruh." Bamantara menyuruh.

"T-tidak mau." Nur beneran malu tak ingin diperiksa. Terlebih oleh dokter Yanuar yang masih muda dan tampan.

"Sayang ... begini saja. Tutup matamu. Aku yang akan membuka pakaianmu." Bamantara menutup mata Nur kemudian mengambil selimut untuk dia tutupkan di badan Nur sebelum membuka pakaian Nur.

Setelah semua dirasa aman, Yanuar mulai memeriksa secara bergantian dan teliti. "Ini ... " Yanuar menatap aneh ke arah Bamantara Putra.

"Kenapa?! Apakah ada masalah?" Bamantara panik menatap sahabat dokternya.

"Apa kau melakukan kekerasan dalam rumah tanggamu, Tara?! Luka yang Nur terima ini tendangan dan bukan karena jatuh. Terbukti lukanya di bagian-bagian tertentu. Jika jatuh! Tidak merata seperti ini. Kau sungguh lalai." Yanuar marah entah kenapa merasa tidak tega saja melihat semua luka di badan Nur.

"Kau benar. Aku lalai. Obati saja istriku dan aku akan membayar berapapun kau mau, Yanuar." Bamantara tampak tertekan. Oleh rasa bersalah dan cemas memikirkan kondisi Nur Asikin.

"Bukan masalah uangnya, Bodoh. Namun, karena aku kesal saja melihat seorang suami gagal melindungi istrinya. Adikku meninggal karena suaminya lalai, Tara. Kau jangan seperti suaminya adikku. Tahu!" Yanuar tiba-tiba saja marah dan menasehati Bamantara dengan nada ketus.

"Aku tahu apa yang seharusnya aku lakukan untuk istriku, Yanuar. Periksa dan obati saja dia sampai sembuh." Bamantara tidak meladeni merasa buang waktu sebab fokusnya hanya untuk Noor Dina Asikin.

"Aku akan beri obatnya dan kau bisa minumkan pada Nur tiga kali sehari. Lusa aku akan datang lagi." Yanuar membenahi alat-alat medisnya merasa sudah selesai dengan Nur.

"Baiklah. Terima kasih, Yanuar." Bamantara berucap datar.

"Sama-sama. Aku pergi dulu." Yanuar berlalu meninggalkan kamar Noor Dina Asikin.

Nur memakai lagi pakaiannya dibantu Bamantara Putra. Tak lupa ia oleskan salep di badan istrinya. Tidak menyadari luka di badan istrinya ternyata cukup parah dan serius.

KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22+)Where stories live. Discover now