☘️KESAYANGAN GURU BAB 4

4.6K 59 6
                                    

"Jelita?" sapa Bamantara berusaha menenangkan deru nafasnya.

"Kau sedang apa?" Jelita bertanya lantaran nada bicara Bamantara terdengar tidak suka.

"Mandi. Ada keperluan apa?" Bamantara kesal sebab meninggalkan Nur sendirian di kamar mandi.

"Tidak. Hanya ingin tahu kabarmu saja, Bamantara." Jelita tidak enak bicara dengan Bamantara. Tadinya ingin membicarakan masalah kerjasama yang minggu lalu diutarakan Bamantara. Namun, mendengar nada bicara Bamantara seperti ini Jelita mengurungkan niatnya.

"Baiklah. Sepertinya nanti kita sambung lagi sebab istriku sendirian di kamar mandi." Bamantara segera mematikan sambungan telponnya dan memejamkan mata berusaha menenangkan dirinya sejenak. "Astaga! Bagaimana bisa aku hilang kendali dengan Nur. Bagaimana kalau dia ketakutan? Sudahlah. Aku harus bersabar," lirih Bamantara mendesah kesal.

"Pak, aku sudah selesai mandi. Bisa antarkan aku pulang sekarang?" Nur yang tidak tahu kapan keluarnya, tiba-tiba saja sudah memakai lagi seragam sekolahnya.

Bamantara geleng-geleng kepala betapa hati-hati istrinya padanya. Nur memalingkan mukanya tidak mau melihat Bamantara telanjang.

"Kau sudah keluar?" Bamantara heran.

"Saya tunggu di luar!" Nur bergegas keluar kamar tidak mau dicium Bamantara lagi. Hatinya masih berdebar kencang sejak tadi, terbayang jilatan gurunya di dadanya terasa aneh sampai sekarang. Bahkan ujung dadanya masih ngilu baru pertama kali dilumat dan dihisap oleh Bamantara. Sebelumnya benar-benar kembang perawan.

"Dasar, Noor Dina Asikin." Bamantara tersenyum geli merasa lega sebab istrinya tidak menangis seperti tadi. Bamantara sudah was-was takut tangis Nur tak berhenti lantaran sudah dia cumbu di kamar mandi.

***

"Ani, apa tidak masalah kita tinggalkan Nur di Indonesia sendirian? Baru pertama kali ini dia ikut suaminya. Masih terbayang tangisannya saat baru menikah karena tidak mau tinggal dengan Bamantara." Sabaruddin berbicara pada putrinya.

Ani Asikin yang merupakan ibu kandung Nur, hanya tersenyum manis maklum pada kecemasan ayahnya.

"Ayah, Nur harus belajar dewasa. Bamantara bukanlah pria sembarangan. Ani tahu betul sifatnya sejak dulu. Putra dari sahabatku itu benar-benar bertanggung jawab dan pasti akan bisa meluluhkan hati Nur. Jika tetap tidak bisa, maka dengan berat hati terpaksa aku pisahkan mereka berdua. Jika Nur tidak bahagia, kita harus ikhlas melepaskan dia hidup dengan pria yang ia cinta. Sementara ini biarkan saja Bamantara mengambil hatinya." Ani menenangkan ayahnya.

"Kau begitu tenang. Tapi aku sebagai kakeknya merasa tidak tega, Ani." Sabaruddin kesal menatap Ani.

"Ayah, laki-laki zaman sekarang itu banyak. Namun, yang baik hati dan penyayang seperti Bamantara itu jarang. Sejak dulu dia sudah menyukai Nur kita hanya saja tidak berani mendekat sebab Nur masih kecil. Sekarang karena Ani tahu perasaannya pada Nur, makanya langsung Ani nikahkan. Persetan Nur suka atau tidak! Yang pasti! Bamantara pria baik, idaman semua wanita. Bahkan juga para ibu-ibu yang berharap bisa menjadikan Bamantara menantu." Ani begitu bangga Nur menikah dengan Bamantara.

"Kau kebanyakan nonton film drama. Tidak semua pria sama seperti di televisi, Nak. Bagaimana kalau Bamantara penipu. Lembut tapi aslinya jahat--"

"Tidak mungkin!" sahut Ani memotong ucapan ayahnya. "Ani tahu Bamantara sejak dulu, Ayah. Astaga!" Ani kesal saat ayahnya mengatai menantunya.

"Kau sudah masuk dalam perangkap Bamantara, Nak. Awas saja jika cucuku Nur menangis karena Bamantara." Sabaruddin mengancam anaknya. Sedang Ani hanya tersenyum saja tidak memedulikan amarah ayahnya.

KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22+)Where stories live. Discover now