21. MERAYU PAK GURU

1.4K 30 0
                                    

Di sekolah, Nur terus menempel pada Bamantara Putra. Tidak peduli pandangan sinis para murid di sekolah. Terutama Sinta, Rena dan Anita. Dingin menatap Nur.

"Selamat pagi, Pak," sapa mereka pada Bamantara tapi matanya menatap sinis ke Nur.

"Pagi," jawab Bamantara terus berlalu digandeng Nur.

"Dasar tidak tahu diri. Diam-diam meraih perhatian Pak Bamantara. Apanya yang murid pemalu. Nur lebih pantas dibilang tidak tahu malu!" marah Sinta.

"Apakah kalian mendengar berita kemaren?! Pak Bamantara ternyata tinggal satu rumah dengan Nur dan Nona Jelita. Ada yang bilang Nur istrinya Pak Bamantara. Namun, tidak sedikit yang percaya bahwa Pak Bamantara hanya mencintai Nona Jelita. Pasti Nur yang gatal dan sengaja menggoda Pak Bamantara!" Rena menyahuti ucapan Sinta.

"Siapapun Nur. Aku rasa hebat sebab bisa meraih hati Pak Bamantara Putra. Bukankah selama ini sukar didekati oleh kita!" Anita bersuara membuat Sinta mencibir benci dan akhirnya pergi mengajak Rena.

"Ayo, Rena. Jangan dekat-dekat dengan gadis tidak tahu diri ini. Di kantin kemaren siapa yang mentertawakan Aku saat mendekati Pak Bamantara Putra?! Dia. Sekarang sok dekat! Dasar tidak tahu malu. Huh!" Sinta berseru mengabaikan Anita.

"Heh! Siapa juga yang mau berteman dengan cewek gatal macam kalian?! Tidak sudi. Cuih!" Anita meludah benci menatap kepergian Rena dengan Sinta.

Kembali pada Nur, gadis itu menahan malu saat beberapa murid pria bersiul padanya. Rambutnya yang panjang nan hitam dan biasa Nur arahkan ke belakang telinga, terpaksa dimajukan guna menutupi wajahnya yang merah padam karena malu dan takut.

Malu pada murid pria yang tengah menggodanya dan takut pada murid wanita yang kini memandanginya dengan tatapan aneh. Benci bercampur heran.

Raut muka mereka seakan mengatakan bagaimana bisa Pak Bamantara mau digandeng Nur?! Bagi mereka para murid wanita, Nur dianggap jelek sebab selama ini tidak pernah berdandan.

Selalu mengenakan pakaian seragam kebesaran serta rok yang panjangnya di bawah lutut hampir mendekati mata kaki. Tak menarik sama sekali.

"Sebaiknya kita berpisah di sini, Pak!" ketus Nur, hilang kesabaran menjauhi suaminya. Sampai saat ini tidak ada kalimat dari mulut Bamantara tentang Nara. Minimal bilang akan memaafkan begitu menurut Nur.

"Kenapa?! Tidak betah menggandeng tangan suami sendiri?" Bamantara tersenyum geli.

"Heh! Bagi mereka aku tidak pantas dekat dengan Bapak. Memang tidak pantas sih! Lebih baik Bapak dengan Kak Jelita saja. Lebih cocok dan keren di mata mereka. Apanya yang suami idaman. Jauh lebih keren Primus." Nur pergi mengomel diabaikan Bamantara Putra. Benar-benar tidak ada kata maaf untuk Nara.

"Tunggu! Kau jatuh cinta pada Primus?" Bamantara yang tanpa sengaja mendengar omelan Nur barusan, hilang kesabaran dan marah memegang tangan Nur.

"Apa sih? Tidak kok. Hanya kagum saja. Dia pemain basket terbaik di sekolah kita. Semua murid perempuan menyukainya. Meski ... masih lebih banyak yang menyukai Bapak." Nur ketakutan dipelototi Bamantara.

"Ingat, Nur. Kau istriku. Terus rayu Aku atau Nara akan aku pecat selamanya dan tak akan mendapatkan pekerjaan dari perusahaan manapun lagi. Akan aku sebar berita mengenai dirinya bahwa kerjanya tidak becus. Kau paham?! Jangan memuji Primus di depanku. Di belakang atau di manapun!" Bamantara cemburu dan ingin rasanya menusuk Nur di kamar dengan senjata pamungkas miliknya.

"I-iya. Maafkan aku, Pak." Nur ketakutan menatap Bamantara.

"Panggil sayang!" paksa Tara penuh tekanan tajam.

"Sayang?!" ulang Nur agak keberatan.

"Iya. Sayang!" Bamantara menekan.

"B-baiklah, Sayang. Tidak akan lagi," ulang Nur tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Memanggil sayang pada orang yang tidak ia sukai.

KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22+)Where stories live. Discover now