DUA PULUH DELAPAN

441 31 8
                                    

Flashback

Leora tidak punya siapa-siapa sejak ayahnya pergi. Dia jadi bertekad, untuk memberitahu Chakra tentang kehamilannya, dan meminta pria itu untuk menikahinya.

Saat Chakra sampai di rumah orangtua Chakra, tak ada siapa-siapa di sana. Dia menanyakan hal itu kepada dua orang yang lewat. Mereka menjawab, "Masih di gereja. Ini kami baru dari sana."

"Gereja?"

"Ya, kan Chakra nikah sama pacarnya itu..."

Dunia terasa runtuh saat Leora mendengar itu. Dia berjalan cepat meninggalkan rumah Chakra, kemudian masuk ke mobilnya.

Dadanya terasa sesak. Air matanya mengalir deras. Saat sopirnya bertanya dia mau ke mana, dia menjawab ke gereja terdekat.

Dia meminta sopir untuk parkir agak jauh agar Chakra dan keluarganya tidak menyadari keberadaannya di sana. Dari dalam mobil, dia melihat Chakra menggandeng perempuan itu. Mereka tampak bahagia sekali dengan senyum yang terulas di wajah mereka.

Setelah gereja itu sepi, Leora turun dan masuk ke gereja. Dia memejamkan matanya dengan air mata yang terus menetes.

"Tuhan, aku yang meminta padaMu, bukan.. Aku yang ingin jadi istrinya," desahnya pilu. "Tapi kenapa dia.. Dia perempuan bernama Kirani itu yang bisa memiliki dia. Aku, Tuhan... aku yang mencintai dia."

"Kirani sudah banyak menderita."

Leora terkesiap. Dipikirnya dia hanya sendiri di sana.

"Saya Irawan, dokter yang menangani Kirani. Selama dia menjadi pasien saya, pria yang kini jadi suaminya tidak pernah ada untuk menemaninya." Pria tua itu menatap Leora dengan sinis. "Kau tidak berhak mengeluh pada Tuhan. Kondisi kesehatan Kirani memburuk karena pria yang dicintainya mengkhianatinya, yang saya yakin, dengan Anda."

"Anda tidak tahu siapa saya."

"Saya tahu. Kirani pernah menunjukkan foto Chakra dengan kekasihnya di Jakarta." Didengarnya pria itu mendengus. "Kita berdua adalah dua orang yang patah hati. Saya mencintai Kirani."

"Seorang dokter mencintai pasiennya? Apakah itu boleh?" sahut Leora sinis.

"Tidak ada Undang-Undang yang melarang dokter untuk mencintai pasiennya," jawab Irawan datar.

**

"Shawn....," gumam Leora begitu matanya terbuka. Dirasakannya genggaman yang kuat pada tangannya. "Berapa lama aku tidur?"

"Cukup lama. Ini bahkan sudah malam," sahut Shawn menatapnya cemas. "Tadinya kau pingsan, tapi kemudian kau mendengkur, jadi aku dan Pak Dion berpikir kau hanya kurang tidur."

"Mendengkur?" Wajah Leora memerah. "Ah, memalukan sekali."

"Sangat halus, kok."

"Tetap saja. Oh, Shawn! Lelangnya?"

"Tenanglah, lelang sedang berjalan. Orang-orang dari Balai Lelang sudah datang. Saat ini afslager* juga sedang memandu acara lelangnya."

"Ah, syukurlah."

"Sudah, kau istirahat saja di ruanganmu, ya. Nanti kalau acaranya sudah selesai kau bisa turun dan temui orang-orang. Tak akan lama lagi, kok."

"Shawn."

"Iya."

"Jangan tinggalkan aku sendiri," kata Leora sendu. "Aku takut... Takut dia datang lagi."

"Dia siapa?"

"Irawan. Aku ingat dia siapa. Dia pria yang kutemui di gereja di Bandung. Saat itu dia bilang dia adalah dokternya Kirani, dan dia mencintai Kirani. Mungkin karena itu... Karena itu aku membayangkannya."

"Leora, apa kau setuju jika..." Shawn diam sejenak, mencari kata-kata yang tidak menyinggung. "Jika kau bertemu dengan orang yang bisa menolong situasimu?"

"Maksudmu, dokter?"

Shawn mengangguk.

"Ya, tentu, aku cukup sadar aku butuh bantuan profesional untuk ini. Shawn."

"Iya."

"Terima kasih, ya," kata Leora, memandang Shawn dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih kau sudah mau mendengarkan aku."

Shawn mengangguk sambil tersenyum menguatkan. "Ya, sama-sama."

**

Dari balik jendela kamarnya, Chakra dapat melihat istrinya yang turun dari mobil Shawn. Dalam hati Chakra memaki Leora. Bisa-bisanya Leora sibuk pacaran sementara dia seharian mengurus Eliana yang sakit.

Chakra menoleh pada anaknya yang sudah tidur pulas. Hari ini Chakra kewalahan, mengatasi Eliana yang menangis terus dan menolak makan. Untung saja setelah tadi membawa anaknya ke dokter dan memberikan anaknya obat-obat yang diresepkan, keadaan anaknya membaik.

Hari ini tidak berjalan cepat untuk Chakra. Dia menjadi kesal melihat istrinya yang asyik di luar bersama pria lain.

"Leora!" bentak Chakra begitu Leora masuk ke kamar mereka. Suaranya memelan, teringat bahwa anaknya ada di kamar mereka. "Bagaimana bisa kamu.. Ah, sudahlah."

"Bisa apa?" tanya Leora bingung.

"Wajahmu. Pucat sekali," kata Chakra, mendekati Leora yang duduk dengan lemas di depan meja rias.

Tangan Chakra terulur memegang dahi perempuan itu. "Kau sakit juga?"

"Aku bahkan tadi pingsan. Untung saja ada Shawn yang menolong," jawab Leora lemah.

"Ya, aku tidak perlu tahu bagian dia menolongmu," sahut Chakra jengkel. Dilihatnya Leora tersenyum menyebalkan.

Perempuan ini, keluh Chakra. Bisa-bisanya memanasiku di saat dia sedang sakit.

"Leora, tidurlah. Aku akan siapkan makanan dan obat untukmu," tawar Chakra.

"Apa aku tidak salah dengar?"

"Tidak. Kau sudah bekerja keras untuk acara pameran ini. Itulah kenapa kau sakit, kan."

Leora menggeleng. "Bukan karena itu."

"Apa lagi kalau bukan itu?"

"Irawan. Aku pernah bertemu pria itu." Leora menatap Chakra tajam. "Saat dulu kau berpacaran denganku, apa kau tahu siapa dokter yang menangani Kirani?"

"Terang aku tidak tahu." Chakra mengangkat bahu. "Aku kan sibuk di Jakarta saat itu. Sibuk mendekati anak bos lebih tepatnya."

"Ya, Irawan-Irawan itu, mengaku sebagai dokternya Kirani. Dan dia bilang dia mencintai Kirani."

"Beraninya seorang dokter punya perasaan sama pasien..," geram Chakra menunjukkan kecemburuan.

"Masih cinta ya dengan istri pertamamu?" sahut Leora datar.

"Kau ini sakit atau nggak sih? Kok masih bisa ngajak aku berantem?" jawab Chakra mengelak.

"Aku sudah mendingan. Tadi sebelum pulang aku makan dulu dengan Shawn, dan aku juga sudah meminum obat. Aku hanya perlu istirahat sekarang."

"Leora."

"Hm?"

"Aku cinta padamu. Dan cinta ini lebih besar daripada cintaku kepada Kirani."

"Apa kau berani mengatakan itu pada Kirani?"

"Memangnya dia ada di sini?"

"Dia tepat di belakangmu."

"Kau bercanda, kan?" belalak Chakra ketakutan. Tiba-tiba dia merasa merinding.

"Ya, aku bohong," sahut Leora, tertawa.

Namun kemudian dia tersenyum, bukan pada Chakra, namun pada Kirani yang berdiri di belakang pria itu. Wajah Kirani tampak tak senang.

** I hope you likethe story **

** Pemandu Lelang (Afslager) adalah orang yang membantu Pejabat Lelang untuk menawarkan dan menjelaskan barang dalam suatu pelaksanaan lelang.

Cintai Aku, Chakra #CompletedWhere stories live. Discover now