ENAM

800 55 20
                                    

Pesta pernikahan mereka akan diadakan di rumah mewah Leora. Semua urusan pernikahan pihak Leora-lah yang urus. Ketika Chakra bertanya padanya mengapa tidak di Gereja, Leora menyahut pahit, "Menurutmu setelah apa yang kita lakukan-berzina dan punya anak di luar nikah-kita pantas diberkati di Gereja?"

Saat itu dua hari sebelum hari pernikahan mereka. Chakra ikut membantu Leora memilih dekorasi untuk pernikahan. Selain itu, alasan utama Chakra menyambangi rumah Leora adalah untuk menemui bayinya, Eliana.

Chakra yang sedang menggendong Eliana, menyahuti Leora dengan sorotan menyesal di matanya. "Itu semua terjadi di masa lalu, Leora. Aku percaya jika kita betul-betul bertobat, segala dosa-dosa kita akan terampuni. Kau percaya dengan adanya Roh Kudus, bukan?"

"Chakra. Sayangku." Leora menghela napas berat. "Kita sudah mempermainkan Roh Kudus, Sayang. Bahkan, tak lama ini kita melakukannya, kan? Kau menjual tubuhmu agar aku membantu pengobatan istrimu itu.."

"Apa kau terus mengungkit ini?" tanya Chakra tersinggung.

"Ya," sahut Leora tegas. "Aku akan memastikan kau mengingat betapa rendahnya harga dirimu di mataku." Dagu Leora menunjuk ke sebuah map di atas meja yang berada di dekat mereka. "Nanti setelah bermain dengan Eliana, kau tandatangani perjanjian pranikah kita. Untuk rekap saja, kau takkan menguasai hartaku, namun aku akan berikan kau jabatan dan sedikit sahamku di perusahaan konstruksi ayahku. Dan jika kita bercerai, kau akan kehilangan hak asuh Eliana. Kau dan orangtuamu tak boleh berkomunikasi sama sekali dengan anakku begitu kita berpisah."

Chakra menelan ludahnya sambil menahan kesal. "Aku mengerti kau ingin menjaga hartamu. Tapi anak kita? Anakku?" Chakra menunduk menatap Eliana yang tersenyum padanya. "Mengapa kau tega sekali memisahkan aku dari anakku sendiri?"

"Hah!" Leora berdecak sinis. "Kau bahkan tidak tahu kau punya anak selama ini, Chakra. Kau tidak ada saat aku hamil dan melahirkan anak ini. Beraninya sekarang kau berlagak seakan anakku segalanya bagimu!"

"Kupikir kau menerima lamaranku untuk memperbaiki hubungan kita," kata Chakra masam. "Rupanya pernikahan kita tak lebih daripada caramu untuk membalas dendam. Kau ingin membalas kesalahanku dengan menyiksaku, Leora!"

"Well, ini tawaran dariku," sahut Leora tenang. "Kau bisa tinggalkan rumahku sekarang dan menganggap aku dan Eliana tak pernah ada. Jangan salahkan aku jika kau luntang-lantung begitu kau mengangkat kaki dari sini."

Bila Chakra menjawab "Ya.", dia akan kehilangan haknya sebagai ayah bayinya dan dia juga takkan punya pekerjaan yang pantas karena dia yakin, Leora akan menutup jalan baginya untuk mendapat kerja. Melihat bagaimana Leora menunjukkan kekuasaannya dan betapa dinginnya perempuan itu sekarang, Chakra sadar, Leora bukanlah wanita bodoh.

Akulah yang membuatnya menjadi seperti ini, pikir Chakra pahit. Dan aku harus menerimanya atau jika tidak aku akan merugi sendiri.

Berat hati Chakra menandatangani perjanjian pranikah itu. Sebelum dia menandatanganinya, dilihatnya tanda tangan Leora yang sudah ada di sana. "Pasti kau yang minta lawyer-mu untuk mengatur perjanjian ini sedemikian rupa untuk membuatku menderita, kan?" tanya Chakra dongkol. Dilihatnya wanita itu tersenyum lebar.

Leora bukan hanya menjadi pribadi yang sombong, dia juga pandai menipu dengan kecantikan dan aktingnya. Hari yang sama pula, tanpa diketahui Chakra, wanita itu mengundang orangtua Chakra.

Leora meminta Chakra menyerahkan Eliana kepada ayah Chakra. Dahi orangtua Chakra berkerut bingung.

Di hadapan orangtua Chakra, Leora bersikap ramah selayaknya menantu idaman. Dia juga memperkenalkan Eliana sebagai anak Chakra. Tentu hal itu mengejutkan orangtua Chakra. Leora pun memasang wajah bersalah.

"Tapi saya tidak membenci Chakra, Ambu," kata Leora sambil menggandeng lengan pria itu. "Saya yang salah. Saya yang tidak mengakui soal kehamilan saya. Dan saya tidak mau merebut Chakra yang saat itu menjadi suami..." Leora pura-pura menarik napas berat. Wajahnya pun terlihat sedih. ".. Kirani."

"Oh, Nak Leora." Ambu menarik tangan Leora yang menggamit Chakra. Digenggamnya tangan Leora itu dengan raut sesal di wajah Ambu. "Maafkan kami selaku orangtua Chakra. Pasti berat bagi Nak Leora menghadapi semua ini sendiri."

Leora menoleh pada Chakra yang menatap dingin ke arahnya. Mereka sama-sama tahu Leora sedang berakting.

"Saya minta maaf ya, Nak," sambung Abah. "Ini semua salah kami, yang tidak mendidik Chakra dengan benar."

Ucapan maaf dari orangtua Chakra pasti membuat darah pria itu mendidih. Leora tidak peduli. Dia terus menampakkan raut sedih, namun kemudian dia tersenyum seolah-olah menunjukkan kuatnya dia sekarang.

"Seharusnya kami yang meminta maaf, Abah, Ambu," katanya lirih. "Karena kami sebagai anak tidak bisa menjaga nilai-nilai norma dan moral. Leora harap, setelah kami menikah, kita akan saling membuat diri kita lebih baik. Betul begitu kan, Sayang?"

Terpaksa, Chakra mengangguk.

"Jika Chakra berbuat apa-apa, Nak Leora hubungi Ambu, ya?" tawar Ambu tulus.

"Tentu, Ambu." Leora mengangguk. "Tentu, Ambu, aku akan menelepon Ambu begitu Chakra menyakiti aku." Leora memandang Chakra yang terlihat datar, namun meski begitu Leora yakin Chakra memakinya dalam hatinya. Hati Chakra yang busuk.


** i hope you like the story **

Cintai Aku, Chakra #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang