DUA BELAS

684 52 39
                                    

"Benar kau tak mau kuantar?" tawar Chakra, memandang Leora yang sudah siap dengan Eliana di lobi, menunggu supir membawa mobil dari garasi ke depan rumah.

"Apa yang telah kukatakan padamu, Chakra?" jawab Leora datar. "Aku tak mau terlibat apa-apa denganmu, karena itu berhentilah menunjukkan perhatian padaku!"

Chakra mendesis tak percaya. Harga dirinya terkoyak mengingat ada pengasuh Eliana yang mendengar sahutan ketus Leora padanya.

Dia seorang suami, namun dihina di depan pekerja mereka. Bah! Chakra pikir Leora hanya akan merendahkannya di kamar mereka, tapi ini lebih keterlaluan lagi. Ternyata perempuan itu tak segan mempermalukannya di depan orang lain!

Belum sempat Chakra menyemburkan kekesalannya, sebuah mobil sedan mewah hitam (yang Chakra tahu bukan mobil Leora), berhenti di depan lobi. Chakra memperhatikan wajah istrinya yang seketika sumringah.

Seorang pria berwajah oriental dengan lesung pipit turun dari mobil itu. Dahi Chakra mengernyit. Siapa dia?

"Hello my sweet Leora," sapa pria itu terdengar mesra. "Halo juga my princess Eliana."

Chakra menoleh pada anaknya yang juga menyambut pria itu dengan senyum. Dari situ Chakra tahu bahwa pria ini pastilah sudah akrab dengan Leora dan Eliana.

"Chakra, kenalkan ini Shawn. Shawn, ini Chakra, suamiku," kata Leora.

Dengan enggan Chakra menerima uluran tangan pria itu sambil menyebutkan namanya. Satu alis Chakra menaik di depan Leora.

"Oh, Shawn, Chakra belum tahu kau adalah donatur untuk salah satu galeriku," tambah Leora disertai tawa tipis. "Chakra, Shawn ini teman SMA-ku dulu. Kami bertemu di suatu acara pameran seni. Dia, salah satu orang yang berjasa hingga yayasanku berdiri dan kini semua galeriku dikenal banyak orang."

Chakra mengangguk-angguk walau hatinya dongkol. Perlukah Leora memuji kehebatan pria itu di depan Chakra? Mengapa Leora tak ada henti-hentinya menyinggung Chakra?

"Senang bertemu dengan Anda, Pak Chakra. Selama ini saya penasaran bagaimana rupa ayah dari bayi cantik ini," sahut Shawn melirik Eliana. Dia memandang Chakra lagi. "Istri Anda orang yang tegar." Shawn berbisik, "Saya tidak menghakimi pilihan kalian punya anak di luar nikah, sama sekali tidak, malah saya pikir jika Anda tak pernah kembali ke kehidupan Leora, saya akan...." Shawn mengedipkan satu matanya.

"Saya bersyukur saya punya kesempatan untuk bersama Leora." Chakra merangkul bahu Leora. Dapat dirasakannya ketegangan tubuh Leora. "Saya juga berterima kasih pada Anda, Pak Shawn, berkat dukungan dan bantuan Anda, istri saya bisa mewujudkan impiannya untuk punya galeri sendiri. Terus terang saya iri."

Leora memperhatikan bagaimana senyum Chakra mengembang. Pria itu memang penuh percaya diri. Itu sebabnya ayah Leora dulu suka pada Chakra, bahkan sampai kecewa sekali saat pernikahan Leora dan Chakra batal.

Wajah Shawn tampak tak senang dengan kedekatan dua orang di depannya. "Well, sepertinya kedatangan saya ke sini hanya mengganggu waktu kalian. Tadinya saya ingin mengantar Leora dan Eliana ke galerinya."

"Oh tak usah repot-repot," sahut Chakra sambil meremas kuat bahu Leora. "Sudah ada saya di sini."

"Kalau begitu, kita bertemu di galeri?" tanya Shawn. "Exhibition bulan depan kan melibatkan karya-karya dari seniman yang kukenal. Aku ingin make sure acara itu berjalan dengan baik."

Sejenak Leora tidak bisa menyahut apa-apa. Dia tidak sampai hati menunjukkan kedekatannya dengan Shawn, tapi di sisi lain dia kesal dengan Chakra yang semakin unjuk gigi dengan statusnya sebagai suami Leora.

Leora mengangguk. "Sampai ketemu di sana."

Shawn mengangguk. Dia berpamitan, dan membawa mobilnya meninggalkan rumah Leora. Sebelum Leora berjalan ke mobilnya sendiri, Chakra menahan bahunya.

"Aku ikut."

"Untuk apa?" tanya Leora heran. Dia menjauhi dirinya dari Chakra. "Tak ada yang bisa kau lakukan di galeriku, Chakra."

"Tentu ada, Sayang," sahut Chakra meninggi. "Selama kau sibuk dengan pekerjaanmu, aku yang akan jaga Eliana."

"Chakra, aku tidak mau kau tahu sama sekali tentangku, terutama pekerjaanku."

Chakra menyuruh pengasuh Eliana untuk membawa Eliana lebih dulu ke mobil. Kini hanya ada dia dan Leora. "Kenapa? Apa karena kau ingin berduaan dengan Shawn itu? Kau tidak mau aku mengganggu kencanmu dengan dia?"

"Sama sekali tidak!" bantah Leora tersinggung. "Jahat sekali tuduhanmu. Bahkan saat kita tak bersama pun aku tak suka padanya!"

"Mana kutahu? Saat kita pacaran dulu, kau sangat senang disentuh olehku. Mungkin saja kau juga melakukannya dengannya, kan?"

Leora melotot. "Brengek kau! Asal kau tahu saja, hanya ada satu laki-laki yang pernah tidur-ah sekali pun tak usah aku jelaskan, sebab pria ganjen sepertimu menganggap semua orang sama menjijikkannya denganmu!"

Secercah lega menghampiri hati Chakra. Tentu dia senang hanya dia pria satu-satunya yang bisa menghangatkan ranjang Leora.

"Ya lalu kenapa?!" tanya Chakra lagi. "Kalau kau mau menyakiti aku, silakan kau lakukan itu setiap malam, Leora. Aku mengerti kau masih sakit hati padaku. Tapi aku tidak bisa diperlakukan buruk olehmu di depan orang lain! Dan aku tidak mau kau mengkhianati aku, begitu pun aku akan selalu setia padamu. Kau paham?!"

"Cukup berikan perhatianmu pada anak kita saja," kata Leora, menghela napas panjang. "Atau aku akan mengajukan cerai."

"Cerai," desis Chakra menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau pikir aku takut dengan ancamanmu?"

Di masa lalu aku sering bercerita padamu tentang cita-citaku, pikir Leora getir. Saat itu senyummu yang manis dan matamu yang berbinar menunjukkan seolah kau betul menyemangati aku, peduli padaku. Apa menurutmu aku bisa terbuka lagi padamu dengan kepura-puraanmu yang seakan perhatian padaku, Chakra?

Aku ingin mengubah nasibku menjadi orang kaya, agar suatu hari aku bisa membahagiakan Kirani dengan uang yang aku punya.

Jujur aku tak mau jadi orang yang jahat, gumam Leora menatap Chakra tajam-tajam. Tapi rasa sakit itu... rasa sakit karena ditipu, dikhianati dan dipermainkan tak akan bisa kulupakan.

Agar tak terlihat lemah, pandangan Leora pada pria itu berubah datar. "Aku sudah berbaik hati dengan mengenalkanmu pada Eliana. Jangan tekan aku sampai aku bisa melakukan hal yang akan kau sesali."

"Bukan aku yang akan menyesal, tapi kau," kata Chakra mencemoohnya. "Kita berdua tahu betapa kau mencintai aku, tapi setan alas masih merasuk tubuhmu hingga yang bisa kau lakukan hanya menyakiti aku. Suatu saat nanti, kau akan sadar, bahwa lebih baik memaafkan daripada berdiri di tiang egomu."

Leora tersentak dengan ucapan itu. Dengan mata yang basah menahan tangis, dia menggeleng kuat. "Aku tidak akan menyesal, Chakra. Aku akan pastikan kaulah yang akan paling menderita sampai akhir."


** i hope you like the story **

Cintai Aku, Chakra #CompletedWhere stories live. Discover now