DUA PULUH LIMA

571 43 5
                                    

Hari itu Chakra memanggil manajer di bagian Project Control untuk menanyakan hal terkait proyek yang sedang berjalan. "Kenapa proyek yang ini belum selesai sesuai target? Harusnya sudah delapan puluh persen, kan?"

"Untuk proyek ini kita kerjasama dengan perusahaan konstruksi lain, dan kata engineer di lapangan, vendor dari perusahaan lain itu yang membuatnya mereka terlambat selesai," kata manajer itu.

"Kamu sudah evaluasi kinerja semua pekerja kita di lapangan?"

"Sudah, Pak, memang ada beberapa yang tidak memuaskan, tapi karena memang mereka masih muda dan jam terbang mereka belum banyak. Di lokasi proyek ini hampir setiap hari hujan, bahkan sebulan sekali ada laporan banjir dari sana, yang membuat mereka meminta waktu tambahan untuk menyelesaikan proyek."

"Klien kita gimana? Apa terima dengan permintaan kita?"

"Perwakilan dari perusahaan klien sedang diskusi internal, menunggu keputusan dari bos mereka. Katanya hari ini mereka akan beri jawaban."

"PT Bintang Rekreasi..," gumam Chakra yang memonitor proyek dari komputernya."Siapa direkturnya sekarang?"

"Shawn Oh, cucu dari pendiri perusahaan itu."

"Kalau dia tidak setuju untuk perpanjang waktu, tolong kasih tahu sekretaris saya untuk buat janji temu dengan direkturnya, ya. Perusahaan ini sudah lama jadi klien kita, dan nilai tiap proyeknya tidak main-main."

"Baik, Pak."

Jadwal Chakra selalu padat, tapi kali itu dia tidak mau terlena dengan pekerjaannya. Dia kepikiran terus dengan Leora. Cerai... Chakra tidak benar-benar ingin cerai dari wanita itu. Awalnya dia hanya menggertak, agar Leora menuruti kata-katanya, tapi apa? Leora tampaknya tenang-tenang saja, bahkan tidak ada keraguan sedikit pun untuk mengiyakan ide cerai itu.

Chakra mendatangi istrinya di galeri pada jam makan siang. Dia tidak memberitahu perihal kunjungannya. Ditungguinya saja Leora di lorong depan ruang kerja wanita itu.

Leora keluar dari ruang kerjanya dengan ponsel di telinganya. "Oh tidak apa-apa. Aku mengerti.. Nanti malam? Bisa, bisa.. Ketemu di sana, ya? Tidak, tidak usah kau jemput, aku ada supir kok. Baik, baik.. Sampai nanti ya."

Chakra yang mendengar itu keki sendiri. Dia berdeham keras.

Leora menoleh padanya, berjengit. "Kau! Sedang apa kau di sini?"

"Kita belum cerai dan kau sudah curi start untuk punya teman kencan duluan," kata Chakra sinis. "Aku dengar perkacakapnmu barusan. Kau tadi bicara dengan Shawn, kan?"

"Bukan urusanmu," sahut Leora kesal.

"Kau istriku!" tandas Chakra keras, membuat beberapa karyawan yang lewat berhenti sejenak, melihat mereka.

Leora tersenyum tak enak dan meminta mereka pergi. "Pelankan suaramu, ini galeriku," kata Leora mengingatkan.

Pria itu mendekatkan tubuhnya ke Leora. Dia menunduk, berbisik tepat di telinga Leora. "Aku sudah mengingatkanmu untuk tahu batasmu, dan selama aku masih suamimu, aku bisa mengatur dengan siapa kau bisa bertemu."

Cih, gayanya seperti suami yang cemburu saja, pikir Leora jengkel. Bukannya dia yang bilang bahwa cemburu adalah tanda cinta? Dan dia tidak mencintai aku, jadi pastilah ini hanya tentang egonya yang tak mau bersaing dengan pria lain!

"Kita bicarakan ini nanti saja," tawar Leora, mundur beberapa langkah menjauhi Chakra. "Aku mau pergi makan siang."

"Di mana?"

"Untuk apa sih kau ke sini?"

"Aku mau makan siang denganmu."

Kalimat itu mengingatkan Leora pada masa lalu, sebelum mereka bertunangan. Chakra berusaha keras untuk mendekatinya, mengajaknya keluar rumah, membawanya ke apartemen pria itu..

"Apa kau takut bercerai? Dulu kau juga seperti ini, saat kau mengincar jabatan dari ayahku," kata Leora tajam.

Chakra tidak tersinggung. Dengan tidak tahu malunya dia menjawab enteng, "Ya, aku ingin kau jadi milikku."

"Aku tidak mau. Untuk apa kita saling memiliki kalau tidak cinta?"

"Cinta terus yang kau pikirkan," gerutu Chakra kesal. "Apa kau tidak punya hal lain untuk kau pusingkan?"

"Menurutmu kenapa dulu ayahku kecewa padaku? Aku bukan orang yang punya mimpi besar. Cita-citaku memang sederhana. Punya galeri sendiri, punya suami yang mencintai aku, punya banyak anak..." Leora menatap Chakra lekat-lekat. "Tapi orang seperti kau, yang punya ambisi besar seperti ayahku, tidak mengerti orang seperti aku."

Cara Leora memandangnya membuat Chakra tersentak, tapi sesaat kemudian dia malah tertawa yang terdengar merendahkan. "Tentu aku tidak mengerti, sama seperti kau tidak mengerti betapa tidak mudahnya hidup jika tidak punya uang." Chakra menyunggingkan senyum masam. "Kau ingat bagaimana aku menjual tubuhku padamu untuk Kirani, kan? Ya, sesulit itu untuk mendapatkan uang. Andai saja aku terlahir dengan uang berlimpah seperti engkau, aku tak perlu melakukan hal-hal kotor untuk menyelamatkan dia."

Hati Leora seperti ditusuk ujung jarum ketika pria itu melisankan nama Kirani. "Ya aku ingat, dan akan selalu ingat," sahut Leora sedatar mungkin. Sakit hati? Oh, tentu tidak.. Dia sudah bisa mengendalikan rasa sedihnya lebih baik sekarang. Di hadapan pria itu, dia terlihat tenang. "Alasan kau dekati aku untuk perempuan itu. Lalu.. lalu apa maumu sekarang?"

"Aku tidak mau kita bercerai. Dalam dunia bisnis, keuntungan tidak datang pada permulaannya, sama seperti hubungan kita. Mungkin nanti.., ya nanti, aku bisa mencintaimu, Leora, dan kita bisa bahagia sesuai dengan yang kau inginkan."

"Aku hargai keinginanmu untuk mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak, Chakra." Leora menggeleng tenang. "Untuk apa aku menghendakimu lagi? Aku punya Shawn. Dia pria yang sempurna. Dia kaya, pemilik Bintang Rekreasi, tapi terlepas dari harta yang dimilikinya, dia tak pernah merendahkan aku, malah dia menghargai passion-ku di dunia seni."

"Kau bilang apa barusan?" Kedua mata Chakra menyipit.

"Dia menghargai passion-ku.."

"Bukan, sebelumnya. Dia yang punya PT Bintang Rekreasi?"

"Iya. Dia klien perusahaan konstruksi ayahku juga setahuku."

"Ya ya.. wajar saja kau sekarang mau mendepak aku untuknya, dia memang sangat kaya," kata Chakra menunjukkan jelas kejengkelannya. "Tapi aku tidak akan melepaskanmu, Leora."

"Aku tidak kaget," sahut Leora tersenyum menyebalkan. "Kau pasti tidak mau kalah dari Shawn karena itu kau ingin tetap denganku." Leora melirik arlojinya. "Ah, aku mau makan sekarang. Kau pergilah."

"Kalau aku tidak mau, kau bisa apa?" Chakra merangkul bahu istrinya. Dapat dirasakannya ketegangan Leora. "Sesekali jangan keras kepala dengan menolakku."

Wajah Leora memang terlihat keberatan, tapi kehangatan yang menjalar di hatinya tak bisa dihindari saat posisi tubuhnya dekat sekali dengan suaminya.

** I hope you like the story **

Cintai Aku, Chakra #CompletedWhere stories live. Discover now