13. MELAWAN JELITA

Começar do início
                                    

"Ah ... " Nur meringis kesakitan. Bamantara tegang dan sejenak menghentikan gerakan tangannya.

"Apakah sakit?" Penuh kecemasan pria itu menatap dari dekat wajah istrinya.

"Ya ... " Nur berucap lirih.

"Aku akan lebih lembut, Sayang." Bamantara pelan mengoleskan salep di badan Nur. "Sayang, aku minta maaf. Sebab kemaren dan tadi malam acuh padamu. Masalah Jelita kau tenang saja. Aku akan membalas setiap perbuatan jahatnya padamu. Aku mencintaimu." Bamantara mengecup pelan punggung Nur.

"Tidak usah. Kak Jelita mengancam jika aku berani mengadu pada Bapak. Akan diperkosa delapan orang." Nur menjelaskan.

"Maksudmu?" Bamantara tidak mau percaya tapi juga penasaran dengan ucapan istrinya.

"Tadi malam Kak Jelita menelpon. Menelpon ke rumah dan diangkat olehku. Kak Jelita bilang aku diminta menjaga rumah, Bapak. Jika ada barang yang hilang satu saja! Mataku akan dicongkel olehnya. Tapi aku lapar hingga itulah sebabnya mencuri mie milik Bapak dan memakannya. Maaf," jujur Nur menyesal.

"Maaf!" seru Bamantara Putra tidak habis pikir menatap Nur. "Ini rumahmu, Nur. Apapun milikku itu adalah milikmu. Terlebih hanya sebuah mie. Jangan bikin aku emosi!" Bamantara menghela nafas lelah dengan kepolosan istrinya.

"Tapi Kak Jelita bilang kau kekasihnya. Apapun yang jadi milikmu itu adalah miliknya. Semalam karena aku mengadu pada, Bapak. Dia marah dan menendang badanku berulang-ulang. Sampai menekan wajahku dengan bantal. Itulah sebabnya aku pura-pura meninggal. Di saat pura-pura meninggal itulah Kak Jelita meremas mulutku dan meninjunya selama lima kali. Meremas tiga kali hingga belakang bibirku rasanya hancur. Lihatlah!" Nur menarik mulutnya hingga luka di dalam mulutnya tidak main-main. Sangat banyak dan parah.

"Benarkah yang kau katakan itu, Noor Dina Asikin? Jangan memfitnah Jelita!" Bamantara tidak suka jika istrinya berubah jadi jahat hanya karena Jelita.

"Aku tidak berbohong. Hiks!" Nur menangis lagi memeluk bantal.

"Tapi dari hasil rekaman cctv, Jelita tidak ada salah sama sekali, Nur. Lihatlah!" Bamantara menunjukkan videonya dan disaksikan oleh Nur.

Di video itu Nur tampak kesakitan tapi tidak ada Jelita di sana. Nur heran sampai menajamkan pandangan matanya fokus menatap rekaman layar di laptop.

"Ini ... seharusnya Kak Jelita ada di sini. Sekarang kenapa tidak ada?! Apakah ada yang mengotak-atik cctv-nya? Aku yakin di rekaman itu ada Kak Jelita, Pak." Nur yang sangat sakit lidahnya jika dibuat bicara, kecewa menjelaskan pada Bamantara Putra.

"Baiklah. Aku yang akan urus, Nur. Tidurlah!" Bamantara Putra tersenyum aneh ke arah istrinya.

"Bagaimana bisa tidak ada, Kak Jelita ada di sana. Jika Bapak tidak percaya. Pada siapa aku harus mengeluh? Kakek, cepatlah datang." Nur bergumam.

Bamantara pergi meninggalkan kamar setelah selesai mengobati Nur.

***

Sore sekitar jam lima, Jelita datang tergopoh-gopoh memasuki rumah Bamantara. Para media berhasil mewawancarai dirinya itulah sebabnya pulang cepat ingin menjelaskan pada Tara. Mengenai hubungannya dengan dirinya yang lagi viral di televisi dan beberapa media online.

"Kau sudah pulang?" Bamantara yang sedang menyiapkan makanan, senang menatap Jelita.

"Tara?!" Jelita langsung memeluk Tara. "Aku minta maaf mengenai berita yang lagi viral, Tara. Aku tidak tahu kenapa bisa ramai di media. Padahal kita hanya berbelanja semalam. Jika tahu diikuti wartawan, aku bakalan menjauh tidak akan dekat-dekat denganmu." Jelita memberitahu.

"Tidak masalah. Sudahlah. Mari makan!" Bamantara mengajak Jelita makan. "Cicipilah."

Jelita menerima suapan dari tangan Bamantara Putra. "Um ... ini makanan kesukaanku, Tara."

"Makanlah!" Bamantara mempersilahkan Jelita makan. "Aku akan mengambil makanan yang baru matang." Bamantara mengambil makanan di dapur yang sangat panas sebab baru saja matang.

Nur yang melihatnya dari atas, makin kesal dan dongkol. "Kau itu suamiku atau suaminya dia, Pak Bamantara? Guru gila!" umpat Nur dalam hatinya.

Jelita yang mengetahui Nur di atas tangga, mendelik seram tapi setelahnya tersenyum. "Nur, kau baik-baik saja? Turunlah! Kita makan bersama. Bamantara memasak makanan yang enak untuk kita berdua. Makanlah!" Jelita bersuara agak keras ingin didengar Bamantara Putra. Menunjukkan bahwa dia sangat perhatian pada Nur Asikin.

"Aku ... Aku tidak lapar, Kak." Nur menolak ketakutan ajakan Jelita.

"Kau pasti lapar, Sayang. Turunlah! Jika kau tidak turun, bagaimana tamu bisa makan. Kau nyonya rumah di sini. Harus melayani Jelita yang seorang tamu ini." Bamantara menaruh makanan di meja dan berucap demikian menjelaskan bahwa Nur yang seharusnya menawarkan makan untuk Jelita dan bukan sebaliknya.

Jelita yang mendengar ucapan Bamantara, jadi sungkan dan malu.

"Lihatlah! Ini semua masakan kesukaanmu, Sayang. Mari turun! Atau ... mau aku gendong? Dasar manja!" Bamantara naik ke atas tangga dan menggendong istrinya. "Jangan takut, ada aku yang akan melindungimu, Istriku." Bamantara mengecup lembut bibir istrinya. Meski bau Bamantara tetap menyukainya sebab mulut Nur belum bisa untuk sikat gigi.

"Jangan menciumku, aku tidak mau." Nur menyadari kondisi mulutnya yang bau.

"Aku lebih suka bau mulutnya istriku daripada mulut wanita lain. Mari makan! Aku lapar!" Bamantara turun ke bawah dengan menggendong Nur di badannya. Sangat kecil bagi dirinya yang berbadan besar dan tegap. Kekar juga.

Jelita yang melihat keintiman mereka berdua, jadi kesal sampai meremas sendok di tangannya hingga kuku tangannya memutih.

"Sayang, mulai saat ini ada pelayan yang akan melayanimu. Kau bisa menyuruhnya sesuka hatimu. Ada sekitar empat orang secara bergantian. Untuk penjaga aku siapkan beberapa orang itu pun dengan cara tersembunyi. Jadi ... Kau tidak perlu khawatir tentang kejahatan temanmu nanti." Bamantara berucap demikian di depan Jelita supaya tahu wanita itu tidak mengganggu istrinya.

"Masalah berita mengenai kita berdua bagaimana, Tara? Semua orang menganggap kita sepasang kekasih sekarang?" Jelita pura-pura tertekan.

"Tidak usah khawatir. Bukan hanya videomu tapi videoku dengan Nur tersebar juga di sosial media, Jelita. Jadi tenang saja." Bamantara mengabaikan Jelita.

"Apa?! Kapan itu terjadi? Kenapa aku tidak melihat?" Jelita heran dan khawatir.

"Makanlah. Tidak usah membahas masalah yang tidak penting." Bamantara menyudahi pembicaraannya dan fokus menyuapi istrinya. "Pelan-pelan saja, Sayang." Bamantara tidak mau mulut Nur sakit lagi. "Apakah enak?" tanyanya tersenyum sayang.

"Iya. Enak sekali, Pak." Nur lega menatap suaminya. Setidaknya tidak membahas masalah Jelita kejam padanya di meja makan.

"Pelayan yang akan menemani kau nanti ada Nara, Shima, Nora dan Andita, Sayang. Selain menemani kamu di rumah, mereka juga akan menemani kamu di sekolah. Jadi sahabatmu sebab mereka juga bersekolah di sana. Untuk pengawal kau tenang saja, mereka selalu ada hanya saja tidak menunjukkan dirinya. Mulai sekarang jika ada yang jahat padamu, maka akan berhadapan denganku dan aku potong tangannya. Apa kau paham, Nyonya Bamantara Putra?" Bamantara menggoda makin dalam istrinya. Nur salah tingkah dicium Bamantara berkali-kali bibirnya.

Sedangkan Jelita, diam tapi bukan berarti mengalah.

SELENGKAPNYA BISA KALIAN BACA DI APLIKASI: KARYA KARSA, KBM, MS Stories. Nama pena Dilla909.

Judul : KESAYANGAN GURU BAMANTARA.

THANKS, ALL ....

KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22+)Onde histórias criam vida. Descubra agora