Healer 42

238 17 0
                                    

Selamat membaca!

Vio hanya tersenyum simpul menanggapi sapaan perempuan itu. Bukannya dia ingin bersikap sombong, namun pertemuan pertama mereka yang diawali dengan bad impression terhadap perempuan itu, Vio jadi bingung harus bersikap seperti apa.

Dan bagaimanapun, mereka sama-sama perempuan. Vio tahu kalau orang ini sebenarnya memiliki perasaan terhadap Agus. Makanya sejak awal bertemu dengannya, perempuan itu langsung bersikap defensif.

"Selamat ya" perempuan itu mengulurkan tangannya, dan demi kesopanan Vio membalas uluran tangan itu.

"Kamu hebat loh, bisa bikin orang yang berpendirian teguh kaya Agus sampe berubah pikiran"

"Maksudnya?"

"Apa kamu tau kalo sebelum ini, dia itu orang yang suka selibat?"

Vio hampir saja memutar bola matanya. Orang ini, apa yang mau dia bicarain sebenarnya. Jika ingin bermain-main maka Vio akan meladeni permainannya dengan senang hati.

"Tau, terus apa urusannya sama kamu?"

Perempuan itu tersenyum jumawa, dan perasaan Vio semakin tidak enak saja melihatnya.

"Gue salah satunya"

Sebenarnya Vio sudah mempersiapkan hatinya untuk kalimat ini, tapi ketika mendengarnya secara langsung seperti ini jantung Vio tetap saja terasa mencelus sampai ke perutnya.

"Agus ngga pernah punya niatan buat menikah. Masalah keluarga, dia jadi sedikit pesimis"

Baiklah, si Lele ini sampai tahu tentang masalah keluarga Agus. Mau ditahan sampai bagaimanapun tetap saja, hati Vio panas mendengarnya. Berarti hubungan mereka dulu lebih dekat dari sekedar partner ranjang saja?

"Dia yang bilang sendiri beberapa tahun lalu kalau dia ngga tertarik untuk menikah, tapi nyatanya setelah ketemu kamu dia berubah pikiran. What did you do to him?"

"Aku ngga ngelakuin apa-apa. Lagian kamu terlalu naif kalau kamu kira dia ngga akan berubah pikiran dan akan terus jadiin kamu sebagai partner seksnya dia. Manusia berubah, jangankan dalam kurun waktu beberapa tahun, beberapa detik aja mereka bisa berubah pikiran."

Vio kiran balasannya barusan cukup untuk membungkam Lele, tapi ternyata setelah dia balik badan perempuan itu bersuara lagi.

"Yah, mungkin bagian itu berubah, tapi ada satu yang gua yakin ngga berubah dari Agus." Leandra maju beberapa langkah, dan dengan sengaja dia berbisik di telinga Violet. "Agus suka kalau ditindih"

Vio berbalik menatap perempuan itu dengan wajah mengeras, hanya dengan melihat matanya saja orang-orang juga pasti akan tahu kalau dia sedang terbakar emosi.

"Kamu sudah melewati batas, biarpun kamu pernah tidur dengan calon suami saya, ngga sepantasnya kamu bicara kaya gitu"

Leandra masih dengan sikap santainya, atau mungkin lebih tepatnya masa bodo. "Well, gue cuma ngasih tips"

"Oh, sayang banget. Tips kamu ngga berguna buat saya. Daripada kamu sibuk kasih saya tips, lebih baik kamu perbaiki diri kamu. Apa yang keluar dari mulut kamu, itu yang orang lain nilai. Kalau kamu cuma bisa bicarain masalah seksual aja, gimana orang lain mau nilai kamu berharga?"

Tanpa menunggu balasan dari wanita yang wajahnya sudah merah padam di hadapannya, Vio melangkah keluar.

Sepanjang perjalanan menuju ruangan Agus, pikiran Vio berkecamuk. Beberapa kali dia berhenti untuk menarik napas dan menengkan diri. Berusaha sekuat tenaga agar apa yang dia dengar dari mulut Leandra tidak mempengaruhinya. Baik mempengaruhinya dalam bersikap atau mempengaruhi perasaan dia terhadap Agus.

HealerWhere stories live. Discover now