Healer 3

747 65 11
                                    

Selamat membaca!

Sejak tadi jemari Agus terus bergerak di atas papan keyboard, matanya terus menyusuri dua layar komputer yang di posisikan berjejer atas-bawah di hadapannya. Dia sedang berada di studionya--eh, bukan studionya, sih sebenarnya. Agus masih bekerja dibawah naungan perusahaan, dia belum memiliki studio sendiri. Studio ini pun milik perusahaan yang disediakan untuk dirinya.

Sehari-hari, Agus selalu menghabiskan waktu disini. Menulis, membuat, dan juga mengaransemen lagu. Tidak jarang dia menginap disini, membawa bantal, juga perlengkapan mandinya kesini, dan bahkan ini sudah hari kedua dia berada di ruangan ini. Alasannya simple, karena semua peralatan musiknya ada di studio ini, jadi kalau tiba-tiba dia dapat ide, dia bisa dengan mudah menuangkannya.

Saat sedang bekerja Agus memang sulit untuk diganggu, getar handphone-nya yang berada di atas meja sejak tadi dia abaikan, sampai akhirnya berhenti sendiri. Saat getaran itu terasa lagi, dia melihat layar ponselnya untuk mengetahui siapa si penelpon.

Ternyata adiknya.

"Kenapa, dek?"

"Mas bisa tolong jemput aku ngga?"

"Ngga bisa, mas lagi kerja" setelah itu dia tutup begitu saja.

Lalu Agus melanjutkan kembali kegiatannya. Selang berapa lama, ponselnya kembali bergetar. Lagi, dia abaikan siapapun yang menelpon, tapi rupanya si penelpon pantang menyerah. Ia kerap mendial nomor Agus dan mengganggu pria itu yang tengah sibuk.

"Halo?"

"Mas, itu adik kamu minta jemput kenapa ngga ditolongin?"

Ah, adiknya mengadu ke ibu mereka rupanya.

"Aku lagi kerja, ma"

"Tinggalin dulu kerjaannya sebentar! Itu Vian motornya mogok, dia ngga bisa pulang!"

Agus memutar bola matanya jengah "Kan ada ojek online, taksi online, tinggal pesan"

"Kamu kenapa sih, mas? Adik kamu minta tolong gitu aja kok rasanya berat banget buat bantuin?!"

"Iya, aku jalan sekarang" ucapnya setelah menghembuskan napas lelah.

"Loh, Gus, mau kemana?" Sapa Leandra--seorang produser wanita, rekan kerja Agus--saat pria itu baru saja keluar dari ruangannya.

"Eh, Le! Mau keluar sebentar"

"Yah, aku baru aja mau ke ruangan kamu" ucap wanita itu dengan bibir sedikit dimajukan.

"Ada apa?"

"Ada yang mau aku omongin"

"Penting banget?"

"Iya, masalah kerjaan. Kamu harus banget pergi sekarang?"

"Iya"

"Yaudah deh kalo gitu nanti aja, ya?"

Agus menganggukan kepalanya dan segera berlalu dari sana.

Di jalan saat sedang menyetir mobilnya, dia melihat penampakan seseorang perempuan yang sedang kesulitan membenarkan rantai sepedanya yang copot. Agus memelankan laju kendaraannya untuk melihat orang tersebut, karena sepertinya dia kenal. Dan orang itu ternyata si mbak butik yang kemarin--siapa namanya, dia lupa?

Perempuan itu terlihat sporty dan juga cantik tanpa meninggalkan kesan feminimnya dengan memakai sepasang baju training warna abu dan pink, sneakers berwarna putih, lalu rambutnya di kuncir ponytail. Dia terpana melihat penampilan perempuan itu yang entah mengapa terlihat seksi di matanya.

Ah! Kenapa lagi dia ini?

Agus menggelengkan kepalanya yang mungkin konslet karena selalu fokus pada penampilan wanita itu tiap kali mereka bertemu.

Wanita itu terlihat kesusahan sekali membenarkan rantai sepedanya yang copot, Agus merasa kasihan dan ingin sekali membantu. Tapi dia memiliki kesulitan untuk berinteraksi dengan orang asing, lagipula mereka juga baru sekali ketemu dan Agus yakin nanti juga ada orang lain yang akan menolong dia. Jadi, Agus hanya melewatinya begitu saja.

Sampai di tempat tujuan, Agus langsung memboyong Vian masuk, motor adiknya ditinggalkan begitu saja disana, biarlah nanti dia telepon bengkel untuk mengurus motor adiknya yang rusak.

Selama perjalanan tidak ada obrolan apapun diantara adik-kakak tersebut. Mereka berdua bungkam dengan urusan masing-masing. Vian memilih bermain ponsel untuk mengusir rasa bosan, sementara Agus memilih untuk fokus menyetir dan pikirannya sibuk menggali nama perempuan pemilik butik yang tadi dia lihat di jalan. Saat matanya tidak sengaja melihat gantungan kunci motor adiknya yang berwarna ungu, Agus langsung teringat namanya.

"Ah, Violet!"

"Hah? Kenapa, mas?" Kata Vian seketika menoleh ke arahnya.

"Em, ngga apa-apa"

Lalu hening lagi.

Hari sudah gelap dan entah mengapa Agus tiba-tiba merasa khawatir, perasaan menyesal menghinggapi hatinya.

Saat mobilnya kembali melewati jalanan yang sama tempat dimana dia tadi melihat Violet, kepalanya secara otomatis menengok ke sebelah kiri, tapi tidak dia temukan perempuan itu.

Dia pasti udah pulang, kan? Batinnya sibuk bertanya

Tbc.

Guys, main tebak tebakan yuk!

Yang jadi adiknya agus kira2 siapa hayo?

Nih, aku kasih clue. Dia member bts juga😀

Jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk apresiasi kpd penulis, biar penulis makin semangat nulis ceritanya

I 💜 U

Ig: catypattinson10

HealerWhere stories live. Discover now