Healer 14

396 52 8
                                    

"Sekali lagi saya minta maaf. Gara-gara dompet saya ketinggalan, kamu jadi bayar makanannya" Agus memiringkan tubuhnya hingga bahunya bergesekan dengan bahu Violet, ketika orang yang berlawanan arah ingin lewat.

"Mas ngga perlu minta maaf berkali-kali, itu bukan masalah besar"

Ya, bukan masalah besar bagi Violet, tapi jelas itu masalah besar bagi Agus. Dia malu setengah mati! Mukanya mau ditaruh dimana setelah ini?

"Saya boleh minta nomer hp dan rekening kamu?"

"Buat apa?"

"Ya buat ganti uang kamu"

"Ngga perlu mas"

"Vi!" Kini dia sudah menghadap Violet sepenuhnya dan menatap mata wanita itu lekat-lekat, seakan memberi tahu bahwa dia tidak ingin dibantah.

Violet menghela napas pasrah. Wanita itu berhenti berjalan untuk mengambil sesuatu di tasnya. Terlalu fokus pada apa yang dilakukan, mereka tidak sadar bahwa posisi mereka yang berdiri di tengah-tengah restoran--dihimpit oleh meja dan kursi--menghalangi pelayan yang sedang membawa nampan berisi makanan. Ketika pelayan itu hendak berjalan melewati celah yang ada di belakang Violet, kakinya tersandung oleh kaki miliknya sendiri. Nampan yang dibawa terlempar ke depan, mangkok dan piring yang berisi makanan itu langsung jatuh ke lantai, pecah berhamburan bersama makanan yang ada di dalamnya.

Pelayan itu terhuyung, tapi belum sempat dia jatuh, tangannya meraih sesuatu sebagai pegangan. Dia menarik tangan Violet yang paling dekat dengannya, membuat Violet nyaris terjatuh jika saja Agus tidak segera menahan pinggang wanita itu dengan kedua tangannya yang besar.

Satu tangan Agus mencengkram pinggang Violet erat, sementara tangan satunya berada persis di bawah payudara wanita itu.

Jantung Vio berdetak sangat cepat ketika merasakan jemari pria itu menekan benda kenyal miliknya. Vio tahu Agus tidak punya maksud untuk kurang ajar, tapi posisi ini membuatnya tidak nyaman. Otaknya malah dengan kurang ajar memainkan ingatan yang selama ini berusaha ia lupakan.

Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat. Agus dapat melihat pandangan Violet yang kosong, mungkin wanita itu terlalu terkejut? Tapi beberapa detik kemudian alis wanita itu mengernyit dan kilat ketakutan langsung terpancar jelas di matanya.

Agus juga merasakan bagaimana tangan Violet yang bertengger di pundaknya bergetar. Maka Agus memanggil nama wanita itu untuk bertanya ada apa, tapi pertanyaan itu hanya tertahan di tenggorokan karena Violet sudah lebih dulu bicara dengan suara serupa bisikan, sangat pelan.

"T-tolong, antar aku pulang"

💜💜💜

Setelah tadi mengantar Violet pulang ke rumahnya, Agus langsung kembali ke tempat kerja. Dia tidak mampir karena merasa sungkan. Di rumah itu hanya ada mamanya Violet, papa wanita itu masih berada di kantornya. Jadi, Agus hanya menyapa sebentar lalu pamit pulang.

Dan lagi, sikap Violet yang tiba-tiba berubah diam dan berlaku tidak nyaman di dekatnya, membuat dia ingin langsung pergi saja.

Padahal tadi saat makan Violet baik-baik saja, tapi setelah insiden di restoran yang dia hampir jatuh, sikapnya tiba-tiba berubah. Wanita itu bahkan tanpa sadar mengubah panggilannya menjadi 'aku' karena saking shock-nya. Dan ketika mereka sudah sampai di depan rumah Violet, wanita itu hanya mengucapkan satu kalimat, yaitu 'terima kasih'.

Entahlah.

Violet sepertinya butuh waktu untuk sendiri, jadi dia memberikannya.

Walaupun sudah berjam-jam berlalu, tetapi dia masih saja kepikiran dengan keadaan wanita itu. Apa yang membuat dia tiba-tiba berubah? Agus tidak mengerti. Apa mungkin dia jadi ilfeel kepadanya karena Agus tidak membayar makanan mereka? Padahal dia sudah bilang kalau dia yang akan traktir.

Agus bukanlah tipe orang yang suka berlarut-larut dalam masalah. Jadi, jika memiliki masalah, dia akan segera menyelesaikannya.

Agus men-dial nomer Vio dan langsung diangkat pada dering kedua.

"Halo! Ini siapa?"

Agus menarik napasnya, baru menjawab. Tiba-tiba dia jadi gugup "Hai! Ini saya"

"Oh! Mas Agus, ada apa?"

Agus bisa mendengar nada bicara wanita itu yang sudah kembali normal. Normal disini maksudnya adalah nada ceria dan ramah yang selalu Agus dengar ketika wanita itu berbicara.

"Cuma mau nanyain keadaan kamu"

Ada hening sebentar, baru dia mendengar jawaban Violet. "Saya baik-baik aja, mas"

"Syukurlah. Soalnya tadi kamu keliatan shock banget"

"Iya, saya terlalu kaget tadi"

"Tapi bener cuma kaget aja? Bukan karena kamu marah sama saya?"

"Loh, marah kenapa emangnya?"

"Karena kamu yang bayar makanannya"

"Astaga mas! Masa cuma karena itu saya marah? Ini udah tahun 2021, ngga masalah mau cewek atau cowok yang bayar makan"

"Yeah, but we're not in that kind of relationship," belum lanjutnya dalam hati "so that's matter for me. Lagian tadi kamu tiba-tiba diam, saya pikir kamu marah"

Vio terkekeh "ya enggalah mas, masa kaya gitu aja saya marah. Oh ya, ngomong-ngomong mas dapat nomer saya dari mana?"

"Waktu itu eomma kasih kartu nama kamu pas saya dan keluarga saya mau fitting baju. Saya baru ingat kalau di sana selain ada alamat butik kamu juga ada nomer telepon kamu"

"Kamu niat benget, ya, mau balikin uang saya?"

"Of course! Karena bagi saya itu hutang"

Agus mendengar tawa Violet mengalun bersama suara kecipak air. "Yaudah gini aja, untuk bayar hutang kamu, gimana kalau kita makan bareng lagi? Dan pastiin mas yang bayar kali ini. Jadi mas gak perlu gantiin uang saya yang tadi. Gimana?"

Agus berpikir sebentar. Menimbang-nimbang keputusan apa yang akan dia ambil.

"Tawaran yang menarik. Sure! Kita bisa makan bareng lagi lain kali. Tapi saya tetap akan ganti uang kamu yang tadi" putusnya kemudian.

"Mas..." Vio mendesah putus asa.

"Vi, saya ngga suka dibantah" ucapnya dengan tegas.

"Pemaksa!"

Agus terkekeh mendengar nada merajuk wanita itu. "Sorry" katanya benar-benar menyesal, pasalnya dia memang sulit dibantah jika sudah memutuskan sesuatu.

Dahi Agus mengernyit heran ketika mendengar suara kecipak air lagi dan kali ini lebih kencang dari sebelumnya. "Vi, apa saya ganggu kamu?"

"Hm? Ngga, kok, mas ngga ganggu. Saya cuma lagi berendam aja"

"You what?!"

"Badan saya rasanya tegang semua, mas. Jadi, sebelum tidur saya berendam air hangat dulu"

Agus tercekat. Vio sedang berendam. Itu artinya dia tidak memakai sehelai benangpun di tubuhnya?

Astaga! Mengapa wanita ini polos sekali? Mengatakan dia sedang berendam kepada Agus yang jelas-jelas pria dewasa. Apa Violet tidak berpikir akibat yang akan dia timbulkan pada diri Agus?

Tiba-tiba saja tubuhnya menjadi tegang. Oh, atau miliknya yang tegang? Karena kini otaknya sudah memproyeksi bayangan-bayangan tubuh telanjang Violet yang pasti akan terlihat mengkilat saat terkena air. Dia akan dengan senang hati memanjakan wanita itu, memuja tubuh indah Violet yang basah dengan tangan, mulut, lidah dan yang pasti benda perkasanya.

Astaga, astaga! Dia tidak mau menjadi berengsek. Baru juga pdkt, masa dia sudah membayangkan yang tidak-tidak tentang wanita itu.

"Halo? Mas?"

Agus berdeham, berusaha menormalkan suaranya. "Berendam terlalu lama ngga baik buat tubuh. Saya tutup teleponnya" tanpa menunggu jawaban Violet, Agus langsung menutup panggilan itu.

Sepertinya dia juga harus mandi untuk menormalkan tubuh bagian bawahnya yang terasa keras.

Mas agus knp jd traveling?🤣

Lanjut?

Ig: catypattinson10

HealerKde žijí příběhy. Začni objevovat