25 | Pertarungan

891 87 6
                                    

Sosok Heri benar-benar muncul di blok F tak lama kemudian. Ziva sudah menyiapkan pedang jenawi miliknya, sementara Mika sudah siap dengan dua samurai pendek di tangannya. Mika tidak suka dengan pertarungan jarak jauh, ia lebih senang dengan pertarungan jarak dekat agar bisa lebih mengenali musuhnya. Untuk itulah sejak dulu ia memilih bersenjatakan samurai pendek.


"Ruqyah para korban sekarang," perintah Ziva.

"Baik, Ziv," jawab Tari.

"Oke. Akan aku mulai," tanggap Raja.

"Aku juga akan mulai," tambah Rasyid.

Heri berhenti di tempat saat melihat Mika dan Ziva. Ardit tidak ada di sana dan Aksan juga tidak terlihat olehnya. Padahal tanpa dia tahu, Aksan sedang menatapnya dari dalam mobil sesuai dengan yang Ziva sarankan. Ziva tidak menatap ke arah Heri namun menatap ke arah Banaspati yang ada di atap rumah ketiga keluarga yang menerima teluh tanah kubur. Api masih terlihat berkobar pada wadah besi yang dipakai untuk membakar tanah kuburan. Heri kini paham, tentang mengapa di rumahnya tadi bisa terjadi ledakan sedahsyat itu pada meja yang ia gunakan untuk melaksanakan ritual. Ternyata orang-orang di dalam tim itu benar-benar bisa menemukan bagaimana caranya menaklukkan teluh tanah kubur dengan benar dan tepat.

"Tak pernah aku sangka, kalau kalian akan bisa menemukan cara paling tepat untuk mematahkan teluh tanah kubur yang aku kirimkan. Tak pernah aku sangka juga, jika kalian akan tahu bahwa tujuanku mengirim teluh tanah kubur itu adalah untuk menyiksa orang-orang dalam tiga keluarga itu. Kalian cukup hebat rupanya," puji Heri.

Mika pun memperlihatkan ponsel milik Ardit yang baru saja ia keluarkan dari dalam sakunya.

"Mungkin kamu ingin sekalian memuji tentang betapa ahlinya kami ketika menjebak kamu untuk datang ke sini. Bukan Ardit yang membalas pesanmu, tapi kami. Oh ya, siapa tahu berbahasa Indonesia cukup terasa berat bagimu, silakan saja gunakan Bahasa Melayu. Kami mengerti dengan apa yang kamu bicarakan meski kamu menggunakan Bahasa Melayu," saran Mika.

Heri jelas kembali merasa geram saat tahu bahwa dirinya dijebak menggunakan ponsel milik Ardit. Kedua tangannya mengepal dengan kuat, seakan benar-benar sedang berusaha menahan emosinya yang sudah akan meluap.

"Tutup mulut awak! Berhenti buat aku merasa geram! Awak tak tahu ape yang sebenarnye tengah aku hadapi! Awak hanye tahu untuk menuruti perintah dari Aksan!" seru Heri.

"Siape kate kite orang tak tahu ape terjadi?" balas Ziva, tanpa mengalihkan tatapannya dari Banaspati yang ia awasi. "Kite orang tahu soalan yang menimpa awak. Kite orang tahu bahwa awak dipecat setelah difitnah oleh Pak Ramli, Pak Timo, dan Pak Bernard, padahal salah satu dari tige orang tu ialah rekan awak bertugas. Tapi, haruske awak mengirim teluh pade tige orang tu serta keluarge die orang? Meskipon kite orang tahu ape masalah awak dengan tige kepale keluarge tu, mengirim teluh untuk die orang bukan hal yang bise kite orang terime. Ni bukan soalan kite orang menuruti kehendak Pak Aksan. Ni soalan awak dah salah jalan, jadi kite orang tetap harus buat awak berhenti."

Mendengar apa yang Ziva katakan membuat rasa marah Heri semakin menjadi-jadi. Mika bisa melihat betapa besarnya amarah yang tersirat dimata laki-laki itu.

"Awak terlalu banyak cakap! Awak tak pernah ade kat posisi aku! Awak tak rase ape yang aku rase saat tige orang tu bagi fitnah buat aku! Awak tak tahu ape pon!" bentak Heri.

Banaspati yang berada di atas atap rumah ketiga keluarga itu mulai bergerak turun setelah mendengar bentakan Heri. Aksan kini bisa melihat makhluk bernama Banaspati yang tadi dibicarakan oleh Ziva, setelah makhluk itu turun dari atap. Dugaan Ziva soal terpicunya makhluk itu oleh amarah Heri ternyata benar adanya. Apabila Heri terusik oleh seseorang, maka Banaspati itu akan segera bereaksi dan mulai memburu manusia yang membuat Heri merasa terusik.

Heri kini tersenyum licik saat dirinya berhasil membuat Banaspati itu mendatangi Ziva. Namun sayangnya ada hal yang membuat Heri merasa sedikit ganjil pada saat itu. Ziva tampak sangat tenang ketika Banaspati itu turun dari atap untuk menghampirinya. Wanita itu sama sekali tidak panik ataupun takut. Justru dia tampak seperti sedang menantikan Banaspati itu agar segera datang ke hadapannya.

Ziva mencabut pedang jenawinya, sementara Mika mencabut kedua samurai pendek yang ia simpan di bagian punggung sejak tadi.

"Ayo, Banaspati itu akan menghadapi temanku. Kamu sendiri akan menghadapi aku," tantang Mika.

Heri segera mengeluarkan dua buah pisau yang selalu ia selipkan di pinggangnya. Laki-laki itu tampak sudah siap memulai pertarungan dengan Mika yang baru saja menantangnya.

TRANG-TRANG-TRANG-TRANG-TRANG!!!

Suara antara samurai dan pisau yang beradu terdengar dengan sangat jelas. Aksan menyaksikan pertarungan itu dari balik kaca mobil yang menjadi tempatnya bersembunyi bersama sopir dan anak buahnya. Mika tampak terus menyerang ke arah Heri dengan sangat tenang, seakan pria itu sedang bermain-main dengan samurainya.

"Pak, bagaimana dengan wanita itu? Dia benar-benar akan menghadapi makhluk itu sendirian?"

Aksan pun mengalihkan tatapannya ke arah Ziva yang tampak sedang mengambil langkah mengitari wadah besi yang masih berkobar. Banaspati itu juga tampak mengelilingi wadah besi itu seperti yang Ziva lakukan.

"Ya, dia akan menghadapi Banaspati itu. Dia memang salah satu orang khusus di dalam tim yang aku panggil," jawab Aksan.

Pedang jenawi di tangan Ziva sudah siap menangkis serangan apa pun yang akan mendatanginya. Ziva terus bersikap waspada, sampai pada akhirnya Banaspati itulah yang tidak sabar dan menyerang secara tiba-tiba ke arah Ziva. Ziva pun langsung menyabetkan pedang jenawi miliknya, ke arah Banaspati tersebut. Banaspati itu pun terlempar cukup jauh dari hadapan Ziva dan tampak menggelepar sesaat di aspal.

TRANG-TRANG-TRANG-TRANG-TRANG!!!

Mika dan Heri pun kini sama-sama menatap dengan tajam ketika keduanya berhenti beradu senjata. Heri sempat melihat sekilas bahwa Ziva berhasil menangkis serangan dari Banaspati miliknya, dan membuat Banaspati itu menggelepar di tanah.

"Kenapa? Apakah sudah terbayang di dalam pikiranmu, bahwa kekalahan akan segera menghampirimu?" tanya Mika.

"Tutup mulut awak! Aku tak boleh kalah hari ni! Aku akan membuat Aksan membuke matanye, pasal die telah salah memecat orang!" geram Heri.

"Aku juga akan membuat kamu membuka mata. Bahwa bersekutu dengan Iblis tidak akan membawakan keuntungan apa-apa ke dalam hidupmu. Oh ya, aku juga akan membalas soal kekerasan yang kamu lakukan terhadap salah satu rekanku hari ini. Aku akan membuat kamu membayarnya dengan sangat mahal," balas Mika, tenang namun mengerikan.

* * *

TELUH TANAH KUBURWhere stories live. Discover now