8 | Tanah Yang Berbeda

958 94 0
                                    

Keenam orang itu berkumpul bersama setelah Ardit memberikan data yang tadi Ziva inginkan. Hani sudah memegang data tersebut dan menyimpannya. Kini mereka harus berunding beberapa saat sebelum memulai pekerjaan hari itu.


"Karena korbannya ada pada tiga rumah yang berbeda, maka sebaiknya kita membagi diri menjadi tiga kelompok. Kita belum akan melakukan apa-apa, kita hanya akan memeriksa lebih dulu dan mencari tahu apa yang sebenarnya menimpa para korban," ujar Rasyid.

Mika mengangkat tangannya. Tatapan Rasyid dan yang lainnya pun terarah langsung pada Mika, karena tertarik saat melihat pria itu mengangkat tangan.

"Tolong hari ini aku jangan satu kelompok sama Istrimu, ya. Dia lagi sensi sama aku," pinta Mika.

"Hah! Aku sensi sama kamu? Menurutmu gara-gara siapa aku bisa sensi seperti ini?" sebal Tari.

"Sudah ... sudah ... mau sampai kapan sih kalian adu mulut terus hanya karena perkara Mika bercanda soal Batagor padaku?" lerai Raja dengan cepat.

Kedua mata Rasyid pun membola saat tahu duduk perkara yang sebenarnya antara Tari dan Mika saat itu.

"Apa? Mika bercanda soal Batagor kepadamu? Wah ... sebaiknya kita kirim saja Mika sendirian ke salah satu rumah korban. Biarkan dia tidak menjadi satu kelompok dengan siapa pun hari ini," ancam Rasyid, sambil melayangkan tatapan mautnya ke arah Mika.

Mika pun langsung mendekap lengan Hani dengan erat. Seakan pria itu sudah menumpahkan lem pada kedua tangannya dan tidak akan bisa dilepas lagi dari lengan Hani.

"Han, bilang sama Mas Rian kalau aku akan meminjam lenganmu hari ini demi bisa satu kelompok sama kamu," pinta Mika.

Hani pun langsung menggeleng-gelengkan kepala sambil menutup kedua matanya, akibat frustrasi dengan kelakuan Mika.

"Lepas, Mik. Meski kamu enggak meminjam lenganku, aku tetap akan satu kelompok sama kamu karena Tari tidak akan sudi berada satu kelompok denganmu hari ini," titah Hani, datar.

Mika pun langsung melepaskan lengan Hani sambil memajukan bibirnya beberapa senti. Diskusi saat itu pun langsung kembali ke topik utama tentang pekerjaan mereka.

"Oke, jadi begini yang harus kita lakukan pertama kali. Mika, Ras, dan Raja akan mencoba memeriksa keadaan korban. Kalian wajib memberi tahu kami seberapa parah sakitnya mereka serta seberapa parah gejala yang mereka alami. Setelah itu aku, Tari, dan Hani akan mulai memeriksa bagian halaman dan teras. Jika ketiga keluarga ini memang sakit karena dikirimi teluh, maka kita harus menemukan perantara teluh yang dikirim kepada mereka. Adanya makhluk-makhluk halus di seluruh bagian ketiga rumah itu membuatku agak sedikit ragu untuk menetapkan teluh apa yang dikirim kepada mereka. Jangan sampai kita akhirnya salah langkah hanya karena perkara salah menebak teluh yang dikirimkan," jelas Ziva.

"Oke. Kalau begitu artinya kami akan langsung memulai duluan. Para korban jelas harus segera kami lihat kondisinya agar nanti kita bisa segera melakukan sesuatu untuk mereka," ujar Mika.

"Oh ya, bagaimana dengan air? Kita membutuhkan air seperti biasanya karena itu adalah media paling mudah yang bisa kita dapatkan. Apakah Pak Ardit bisa menyiapkan air dalam jumlah yang banyak?" tanya Raja.

"Aku sudah membicarakan itu pada Pak Ardit. Saat ini Pak Ardit sedang menyiapkan air dalam jumlah banyak seperti yang kita inginkan. Mungkin sebentar lagi dia akan mengabari jika airnya sudah siap," jawab Hani, yang sejak awal memang sudah berurusan dengan Ardit sebagai perwakilan dari anggota timnya yang lain.

"Alhamdulillah kalau begitu. Mari, sebaiknya segera kita mulai proses kerja hari ini," ajak Tari.

Mereka pun segera membagi diri menjadi tiga kelompok. Raja jelas tetap berada satu kelompok bersama Ziva, hanya Rasyid dan Mika yang bertukar partner saat itu demi menghindari pecah peperangan dengan Tari yang masih kesal soal bercandaan Mika mengenai Batagor. Mereka masuk ke dalam area ketiga rumah para korban, dan dalam sekejap hawa di sekeliling mereka terasa berubah sangat drastis dari hawa yang sesungguhnya di luar area ketiga rumah tersebut.

"Kalian merasa dingin atau enggak?" tanya Mika, melalui earbuds yang terhubung dengan earbuds orang-orang di dalam timnya.

"Iya, Mik. Sama. Kami juga langsung merasa sangat dingin saat baru saja memasuki area rumah nomor 7F ini," jawab Rasyid.

"Hati-hati dan tetap jangan berhenti berdoa. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada ketiga rumah ini. Rumah nomor 9F ini juga terasa sangat dingin, tapi dinginnya jelas bukan dingin yang masih bisa dikatagorikan sebagai dingin yang wajar," Raja ikut memberi laporan.

"Sebaiknya kalian bertiga segera masuk ke dalam rumah. Jangan lupa ucapkan salam dan berdoa," saran Ziva.

Ketiga pria itu pun mulai melangkah menuju bagian dalam rumah nomor 7F, 8F, dan 9F tersebut setelah Ziva memberi saran. Yang tersisa di bagian luar dari ketiga rumah tersebut adalah Ziva, Tari, dan Hani.

"Mari kita mulai mencari hal yang terlihat janggal di bagian teras dan juga halaman," ajak Ziva.

"Aku sedang menatap teras rumah nomor 8F ini, Ziv. Terasnya cukup ... kotor ... persis seperti yang dijabarkan oleh Pak Ardit saat di perjalanan tadi," lapor Hani.

"Sama, Han. Di rumah nomor 7F ini juga demikian," ujar Tari.

"Tapi aku justru merasa ada yang aneh dengan pot-pot bunga di rumah ini. Aku akan coba mendekat, tapi tidak menyentuhnya secara langsung karena jangan sampai ada apa-apa nya pada pot-pot bunga itu. Sebaiknya kita menyentuh pot-pot bunga menggunakan perantara," cetus Ziva.

Mendengar hal itu, Tari dan Hani pun segera mendekat ke arah pot-pot bunga yang ada di rumah nomor 7F dan 8F tersebut. Mereka mulai memeriksa pot-pot itu seperti yang akan Ziva lakukan di rumah nomor 9F.

"Kamu benar, Ziva. Ada yang aneh dengan pot-pot bunga di ketiga rumah ini," sahut Tari. "Tanah dibagian permukaan pot berbeda dengan tanah yang ada di bagian bawahnya. Tanah bagian permukaan berwarna merah yang cukup mencolok, sementara tanah yang ada di bawahnya berwarna cokelat gelap."

"Eh, betul ternyata! Warna tanahnya beda! Aku sedikit menggali potnya menggunakan sekop kecil yang ada di sini dan sekarang tanahnya terlihat sangat berbeda antara yang dipermukaan dan juga di bagian bawahnya," Hani membenarkan apa yang Tari katakan barusan.

Keadaan pun hening selama beberapa saat.

"Hm ... tanah merah. Tanah yang hanya akan kita temukan pada satu tempat khusus. Berarti yang ada di permukaan pot-pot bunga di ketiga rumah ini adalah tanah kuburan. Orang yang mendendam pada ketiga keluarga ini mengirim teluh tanah kubur ke ketiga rumah yang sedang kita periksa saat ini," ujar Ziva, sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.

* * *

TELUH TANAH KUBURWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu