5 | Merundingkan Dugaan Ziva

1K 95 0
                                    

Retno tiba di rumah Keluarga Adinata setelah menyelesaikan beberapa hal di rumah sakit. Ia sudah membuat janji untuk bertemu, karena ingin memenuhi apa yang Ziva minta kepadanya terkait persoalan hadiah misterius tadi pagi. Mila menyambut kedatangan Retno seorang diri, karena Faris jelas sedang berada di kantor saat ini. Ia mempersilakan Retno untuk masuk dan duduk bersamanya di sofa ruang tamu.


"Silakan diminum, Bu Retno," ujar Mila, usai menyajikan minuman ke atas meja ruang tamu.

"Terima kasih banyak, Bu Mila," balas Retno, yang kemudian segera meminum minuman yang disajikan.

Mila tampak menatap sekilas ke arah sebuah kotak hadiah yang dibawa oleh Retno. Ia merasa tertarik untuk menatap kotak itu, karena kotak itu terlihat sudah dibuka dan kertas kado yang membungkusnya terlihat robek di bagian samping. Setelah meletakkan cangkirnya kembali, Retno pun segera kembali menatap ke arah Mila dengan mimik wajah yang begitu serius.

"Begini Bu Mila, kedatangan saya ke sini sebenarnya karena permintaan dari Ziva. Ziva dan Raja saat ini ada dalam penerbangan menuju Pekanbaru, Riau. Mereka mendapat kasus baru dan mendadak harus pergi disaat ada satu masalah kecil yang belum terselesaikan di rumah," ujar Retno.

Mila mengerenyitkan keningnya selama beberapa saat.

"Masalah? Masalah apa, Bu Retno? Apakah Ziva dan Raja bertengkar?" tanyanya.

Retno pun langsung tersenyum.

"Tidak, Bu Mila. Tidak sama sekali. Ziva dan Raja sangat rukun dan harmonis. Raja berusaha untuk menjadi Suami yang bisa memimpin Istrinya, dan Ziva pun berusaha untuk menjadi Istri yang bisa memahami dan melengkapi Suaminya. Masalah kecil yang saya maksud adalah ini," Retno menyentuh kotak hadiah yang tadi sempat diperhatikan oleh Mila. "Tadi pagi ada kurir yang mengantar hadiah ini ke rumah, namun tidak diketahui siapa pengirimnya. Hadiah ini ditujukan untuk Ziva dan Raja dengan alasan bahwa ini adalah hadiah pernikahan untuk mereka. Sayangnya saat dibuka oleh Raja, ada sebuah surat di dalamnya dan isinya cukup membuat Raja mendadak merasa emosi."

Mila pun segera meminta kotak hadiah itu kepada Retno, agar diberikan kepadanya. Retno jelas langsung menyerahkan kotak hadiah itu kepada Mila dan membiarkannya membuka kotak tersebut dan melihat isi serta suratnya.

"Awalnya saya dan Ziva sepakat untuk membuang kotak hadiah itu, agar emosi Raja cepat mereda. Namun sebelum berangkat, Ziva meminta pada saya secara diam-diam untuk membawa hadiah itu ke sini. Dia mengatakan pada saya bahwa Pak Faris atau Bu Mila jelas bisa membantu untuk melacak siapa pengirim hadiah misterius tersebut. Karena menurut Ziva, dengan kita bisa mengetahui siapa pengirimnya, maka orang itu jelas bisa dengan cepat dihentikan sebelum mengirimkan hal-hal yang lebih buruk ke rumah."

Mila kembali menatap ke arah Retno setelah selesai membaca surat yang ada di dalam kotak hadiah tersebut.

"Lalu, apakah Ziva sudah mengira-ngira tentang siapa si pengirim hadiah misterius ini, Bu Retno?" tanya Mila, yang jelas sangat mengenali putrinya ketika mencurigai sesuatu.

"Iya, Bu Mila. Ziva sudah mengira-ngira soal siapa kemungkinan orang yang mengirim hadiah misterius itu. Raja tadi pagi sempat hampir menuduh Gani saking emosinya. Tapi Ziva menyanggah dengan menyebutkan dua nama lain untuk membuat Raja tetap berpikir jernih."

"Dua nama lain?" Mila tampak terlihat kaget.

"Iya. Pertama Ziva menyebut nama Vano, lalu yang selanjutnya dia menyebut nama Pak Faisal. Ziva bilang, Pak Faisal itu adalah seorang Kapolsek di daerah Tanjung Duren yang biasanya meminta pertolongan jika ada kasus baru. Terakhir bertemu dengan Ziva adalah dua hari sebelum pernikahan Raja dan Ziva terlaksana. Pak Faisal tahu bahwa Ziva akan menikah dengan Raja dan bahkan sempat ingin berusaha mempengaruhi Raja untuk menjauhi Ziva. Ziva marah besar padanya lalu dipisahkan oleh Rasyid dan Hani agar Pak Faisal menjauh dari Ziva. Jadi ada kemungkinan kalau Pak Faisal itu adalah orang yang mengirim hadiah misterius tersebut selain Gani atau Vano," jelas Retno.

"Ya, soal itu ... saya juga sudah mendengarnya sendiri dari Rasyid. Bahkan Rasyid mengatakan soal betapa marahnya laki-laki bernama Faisal itu saat kasus yang mereka tangani selesai dan Ziva serta Raja ternyata sudah pulang duluan. Dia menyukai Ziva sejak lama, namun Ziva tidak pernah memberinya kesempatan karena tidak merasa bisa cocok dengan laki-laki itu. Anda tahu sendiri bahwa Ziva adalah orang yang sulit untuk percaya pada lawan jenis, bahkan pada Gani sekalipun ketika Gani masih menjadi calon jodohnya," ujar Mila.

"Saya paham tentang hal itu, Bu Mila. Raja pun demikian adanya. Dia sering menghindar dan menolak didekati oleh setiap wanita yang berusaha mendekat, sehingga akhirnya saya tidak merasa kaget saat dia mengutarakan ingin menikah dengan Ziva. Dia merasa sudah menemukan sosok yang tepat, jadi dia jelas tidak ingin berpikir terlalu lama karena takut kalau Ziva akan meragukannya. Intinya ... mereka saling menemukan satu sama lain dan mereka saling meyakini bahwa masing-masing dari mereka telah menemukan yang mereka inginkan," tanggap Retno.

"Tapi hal itu jugalah yang akhirnya sedikit mengundang masalah bagi mereka sekarang. Ada pihak-pihak yang merasa tidak terima dengan keputusan mereka untuk segera menikah. Karena pihak-pihak itu merasa kalau diri mereka sudah berjuang untuk mendapatkan perhatian dari Ziva dan berharap kalau Ziva akan mempertimbangkan untuk menerima salah satu dari mereka. Mereka tidak bisa terima karena Raja tidak perlu berjuang mati-matian untuk mendapatkan Ziva, karena Ziva langsung setuju ketika Raja mengajaknya menikah. Itu memang sebuah tanda keseriusan, namun bagi beberapa orang di luar sana sudah jelas kalau itu adalah sesuatu yang tidak adil. Perjuangan mereka tampak seperti tidak ada artinya setelah Ziva dan Raja akhirnya benar-benar menikah," Mila mengungkapkan apa yang dipikirkannya saat itu.

Retno pun hanya bisa angkat bahu di hadapan Mila sambil tersenyum tipis.

"Mau bagaimana lagi? Wanita yang tipenya seperti Ziva memang hanya butuh satu kepastian dari seorang pria, bukan butuh janji manis yang tidak tahu kapan akan ditepati."

Mila pun akhirnya ikut tersenyum seperti yang Retno lakukan. Apa yang Retno katakan jelas benar seratus persen. Ziva memang tidak suka berbasa-basi dan itu adalah sifatnya yang paling dominan. Jadi jelas bukan salah Ziva jika akhirnya ia lebih memilih menerima ajakan menikah dari Raja daripada ajakan-ajakan tidak jelas dari pria lain.

"Mari kita jangan bicarakan lagi sifat mutlaknya Ziva, Bu Retno. Intinya sekarang saya akan mengusahakan untuk mencari tahu tentang siapa orang yang telah mengirimkan hadiah misterius ini," Mila tampak berusaha menahan tawa agar tidak meledak.

"Iya, Bu Mila. Mari tidak usah bicarakan lagi soal sifat mutlak Ziva. Saya yakin, dibicarakan berkali-kali pun tetap saja sifatnya tidak akan bisa digoyahkan," tanggap Retno, setuju dengan permohonan Mila.

* * *

TELUH TANAH KUBURWhere stories live. Discover now